-
-
-Karin berjalan ke sekolah barunya. Dia benar-benar gugup. Ini pertama kalinya dia pindah sekolah karna dikeluarkan.
Kalau saja musuh terbesarnya tidak membuat ke ributan dan berkata jujur bahwa bukan Karin yang salah, dia mungkin tidak berdiri didepan sekolah ini.
Karin sangat berat meninggalkan sekolah lamanya. Terlalu banyak kenangan yang tak akan pernah bisa dia lupakan.
Mata Karin mengedar, dia sedikit risih dengan pakaian sekolahnya yang berbeda dengan anak-anak disekolah ini.
Karin membandingkannya diam-diam. Rok Karin diatas lutut sedangkan mereka panjang sampai menyentuh sepatu. Lengan baju Karin pendek, sedangkan mereka berlengan panjang.
Wajar sebenarnya karna dia dipindahkan ke sekolah swasta dengan mayoritas muslim ternama di kotanya. Karin sempat mengumpat dalam hati. Bagaimana nanti jika teman-teman dikelasnya bertanya tentang sekolah lamanya? Ah, Karin benar-benar tidak bisa membayangkannya.
Dia masuk ke sekolah ini karna bantuan ibunya. Ibunya adalah Kepala Sekolah disini jadi sangat wajar jika dia bisa masuk dengan mudahnya.
"Di kelas kita kedatangan murid baru," Perkataan guru itu membuat semua murid terdiam.
"Siapa pak? Cewe apa cowo? Kalau cewe, cantik gak pak?" Tanya salah seorang murid. Karin tidak tau siapa murid itu, karna dia disuruh menunggu didepan kelas.
"Mana ada cewe disekolah ini yang cantik! Jelek semua! Masih cantikan tetangga sebelah!" Celetuk seorang lelaki yang berbeda. mungkin tetangga yang dimaksud adalah sekolah di sebelah sekolah ini.
Semua orang dikelas tertawa, ada juga sebagian perempuan yang mengumpat secara terang-terangan.
"Sudah-sudah! Kamu anak baru yang diluar, silahkan masuk," Perintah guru yang Karin tahu bernama Pak Ilham.
Karin masuk ke dalam kelas dengan perasaan takut. Mata Karin membulat saat melihat semua perempuan dikelas ini berkerudung, kecuali dirinya.
Seketika kelas jadi rusuh. Ada yang berbisik, ada yang meremehkan tapi ada juga sebagian yang terpesona dengan Karin.
"Perkenalkan diri kamu," Perintah Pak Ilham lagi. Karin mengangguk.
"Selamat pagi," Ucap Karin.
"Harusnya assalamualaikum!" Celetuk lelaki dikursi belakang.
"Woi! Lo gak liat?! Dia gak pake kerudung!" Timpal perempuan yang berada dikursi paling depan.
Setelah perkataan dari perempuan tadi terlontar, kelas menjadi sangat-sangat hening. Membuat Karin merasa tidak nyaman.
"Selamat pagi. Nama saya Karin Permata Sari. Kalian bisa memanggil saya Karin. Saya harap kalian senang dengan adanya kehadiran saya. Salam kenal." Karin memperkenalkan diri seraya memecah keheningan diantara mereka.
"Ada yang mau bertanya?" Tanya Pak Ilham.
"Agamanya apa?" Tanya lelaki yang berada di kursi belakang. Karin menelan ludah, gugup. Sepertinya dari pandangan Karin, lelaki itu sangat rasis.
"Kristen."
Semua orang tersenyum bahkan ada yang melambai ke arah Karin. Bahkan lelaki yang tadi bertanya, merubah tatapannya. Dia tidak lagi terlihat jijik melihat Karin. Mungkin mereka pikir Karin adalah seorang muslimah yang enggan memakai kerudung.
Karin tersenyum melihat respon dari teman-temannya. Ternyata mereka tidak seburuk yang Karin kira. Tapi ada satu orang yang menarik perhatian Karin. Lelaki yang duduk tepat disamping jendela, menatapnya datar sambil melipat tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERBEDAAN
Random"Tuhan memang satu tapi kita yang tak sama" 1 kalimat dengan berjuta makna. Apa jadinya jika seorang perempuan non muslim bertemu lelaki yang rasis?