Maaf baru update :( soalnya Author lagi bimbang :( happy readinf :)
###
Karin berjalan dilorong koridor rumah sakit. Pandangannya menerawang. Tatapannya kosong dan wajahnya berantakan.
Entahlah. Karin terlalu bingung dengan semuanya. Terlalu banyak yang terjadi hari ini. Terlalu banyak hingga Karin tak mampu mencernanya satu persatu.
Masalah ayahnya yang datang lagi ke dalam hidupnya. Ayahnya yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Ayahnya yang memanggil namanya setelah sekian tahun lamanya menghilang. Hingga masalah Tante Mira yang ikut terbaring lemah di rumah sakit ini.
Karin sendiri tidak mengerti kenapa Tante Mira bisa menjadi masalah bagi Karin. Hanya saja, kejadian beberapa saat yang lalu sangat mengganggu pikirannya. Bahkan mengganggu hatinya.
Flashback on
"Eh iya mah."
Karin mengernyitkan dahinya. Apa dia tidak salah dengar? Iya ma?
'What the hell! Kok yang jawab bukan Adam?' Pikir Karin heran.
Rey menatap Karin dan Adam secara bergantian. Dia tersenyum. Entah senyuman apa yang dia berikan. Karin sendiri pun tidak mengerti. Tapi senyum itu punya artinya sendiri. Yang mampu membuat Karin bertanya-tanya.
Rey berjalan ke ranjang Tante Mira lalu mengecup dahi wanita itu. Sekilas Karin melihat senyum mengembang di wajah Tante Mira.
'ini kenapa sih?! Kok Rey nyebut Tante Mira pake mama?!'
Karin menatap wajah Adam yang kini telah pucat pasi. Tubuhnya menegang dan rahangnya mengatup keras. Karin yakin lelaki itu pasti sangat marah sekarang. Namun Adam mencoba menahan amarahnya kuat-kuat.
"Itu pacar kamu?" Tanya Tante Mira pada Rey.
Rey menggeleng ragu-ragu.
"Wahhh! Berarti pacarnya Adam? Kenalin sama mama dong! Adam itu gak pernah pacaran loh. Jadi tante seneng banget dia punya pacar!"
Adam bungkam mendengar ucapan mamanya. Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa. Mengiyakan atau membantah ucapan mamanya.
'Jangan buat mama kamu sedih dan banyak pikiran. Itu bisa mengganggu fungsi otak dan memorinya. Jangan buat dia mengingat sesuatu yang gak perlu dia inget. Jangan memaksanya. Jika kamu memaksanya, kamu sama saja menyiksanya!' Perkataan dokter Raka terulang dipikirannya.
Entah kerasukan setan apa. Dia merangkul pinggang Karin dan tersenyum padanya. Senyum yang membuat wajahnya semakin lebih tampan. Senyum yang entah kenapa mampu membuat sesuatu didalam hati Karin bergejolak. Tanpa sadar, Karin membalas senyum Adam. Namun senyum itu seketika memudar saat Adam mengucapkan....
"Iya. Dia pacar Adam!"
Flashback off
Karin menjambak rambutnya, frustasi. Bagaimana bisa Adam menyebutnya kekasih? Padahal selama ini mereka selalu bertengkar.
Tiba-tiba, perkataan Adam terngiang dipikirannya. Membuatnya terhenyak.
"Nyokap gua punya penyakit Alzheimer. Penyakit yang bisa ngerenggut semua memorinya. Makanya dia gak kenal lo."
"Buat kali ini aja. Bantu gua. Pura-pura jadi pacar gua. Gua mohon. Kali ini aja."
Tanpa sadar, Karin tertawa hambar. Hanya berpura-pura? Tidak buruk. Lagi pula itu demi kesehatan Tante Amira juga kan? Jadi tidak ada alasan untuk Karin menyetujui permintaan Adam. Toh, Tante Mira adalah sahabat mamanya, tidak ada salahnya kan membantu Adam?
KAMU SEDANG MEMBACA
PERBEDAAN
Random"Tuhan memang satu tapi kita yang tak sama" 1 kalimat dengan berjuta makna. Apa jadinya jika seorang perempuan non muslim bertemu lelaki yang rasis?