"Rin lo gak kenapa-kenapa?" Tanya Dara panik saat melihat Karin siuman.
"Gu--gue gak kenapa-kenapa kok," jawab Karin dengan sekuat tenaga. Sejujurnya kepala Karin benar-benar pusing kali ini. Namun dia tidak ingin membuat temannya ini khawatir.
"Bagus deh. Gua kaget banget pas liat ada darah di tangan lo. Gua kira itu darah lo! Ternyata itu darah ayam!" Kata Dara.
Karin mengernyitkan dahinya. Darah ayam? Kenapa ada orang yang tega menaruh darah ayam di kolong mejanya?
"Darah ayam?"
"Iya! Gak elite banget kan pake darah ayam?!" Ucap Dara kesal.
"Lo tau dari mana itu darah ayam?" Tanya Karin.
"Dari guru. Tadi guru udah nyelidikin siapa dalangnya. Ternyata Adam! Gua sih gak heran kalau dia yang ngelakuin. Toh lo masih beruntung."
Karin terkekeh. Dia sudah tau kalau dalang dari semuanya adalah Adam. Karena Karin ingat bagaimana cara Adam tersenyum meremehkan Karin saat darah itu membasahi tangannya, itu sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan semuanya.
"Kok beruntung?" Tanya Karin.
"Iya. Karena dulu pernah ada anak non muslim yang dia buat patah tulang!"
Karin terhenyak. Dara salah, dia bukan beruntung. Tidak menutup kemungkinan bukan kalau nanti Karin akan menjadi korban selanjutnya?
Karin menghembuskan nafas berat. Kenapa kejadian ini kembali terulang? Apakah ini karma? Tapi kenapa rasanya begitu menyakitkan? Lebih menyakitkan dibandingkan dengan kejadian di sekolah lama gua? Kenapa?
"Tenang aja. Lo gak perlu takut," Ucap seseorang mengejutkan mereka berdua.
"Rey?" Tanya Karin heran. Sejak kapan Rey ada diruang UKS?
"Gua gak bakal biarin siapapun nyakitin lo. Termasuk Adam," Ucap Rey dan mengelus rambut Karin.
"Gua juga gak bakal biarin siapapun nyakitin lo! Termasuk Adam!" Ujar Dara menirukan gaya bicara Rey.
Karin tersenyum. Menurutnya, karma ini tidak sepenuhnya lebih menyakitkan. Karena Karin punya orang-orang yang akan melindunginya. Orang-orang baru yang tak akan pernah menyakiti dirinya.
.
.
.
KRIINGG!!!
Bel pulang sekolah berdering. Semua murid didalam kelas bersorak girang, tak terkecuali Karin. Menurutnya tidak ada suara yang lebih indah dari bel pulang sekolah, bahkan suara Raisa yang terkenal merdu tak mampu menandingi bel pulang sekolah.
"KARIINN!!!! PULANG YUK!!" ajak Dara antusias.
"BERISIK TAI!" Teriak Adam geram.
"Dih. Kesambet lo?" Cibir Dara acuh lalu menggandeng tangan Karin dan beranjak keluar kelas.
Keadaan diluar kelas sudah sepi. Tidak ada lagi siswa atau siswi yang bercakap-cakap di koridor sekolah. Karin dan Dara berjalan dengan senyum yang tak pernah terlepas dari wajah keduanya.
"Kok lo bisa kenal Rey?" Pertanyaan Dara memecah keheningan diantara mereka.
"Waktu itu kita kenalan di pinggir lapangan basket," jawab Karin.
"Ouh. Lo beruntung bisa deket sama Rey!"
"Loh? Kenapa?" Tanya Karin heran.
"Rey itu kakak kelas yang susah dijamah!"
"Susah dijamah? Maksudnya dia terlalu dingin gitu?"
"Ah! Lo terlalu banyak baca novel!" Cibir Dara. "Dia itu fansnya banyak. Jadi susah aja dapetin dia. Saingannya banyak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
PERBEDAAN
Random"Tuhan memang satu tapi kita yang tak sama" 1 kalimat dengan berjuta makna. Apa jadinya jika seorang perempuan non muslim bertemu lelaki yang rasis?