Rey melihat punggung Adam yang berjalan menjauh. Tatapannya sendu dan tangannya bergetar hebat.
Sampe kapan lo gini terus Dam, Lirihnya dalam hati.
Rey berjalan menghampiri Karin yang masih terpaku pada posisinya. Entah kenapa Rey merasa ada sesuatu yang berbeda antara Karin dan Adam.
Adam tidak pernah seperti ini sebelumnya. Dia tidak pernah sudi mengucapkan kata maaf kepada orang yang sudah dia bully.
"Hei?" Sapa Rey membuyarkan lamunan Karin.
"Eh? Oh Hei! Lo sejak kapan disini?" Tanya Karin gelagapan.
"Barusan," ucapnya.
"Gua heran sama Adam. Sikapnya gak pernah bisa ditebak," Kata Karin heran.
"Gua boleh minta tolong? Sekali aja," Pinta Rey tanpa menggubris perkataan Karin.
"Apa?"
"Bantu Adam buat berubah."
***
Karin membuka matanya perlahan-lahan. Pagi ini dia bangun lebih awal dari teman-temannya. Karin berjalan menuju toilet lalu bergegas mandi.
Dia menyalakan shower dan berharap air yang keluar dari shower mampu menjernihkan pikirannya. Kejadian kemarin membuatnya makin pusing. Apalagi jika dia mengingat permintaan dari Rey.
Dia menghembuskan nafasnya dengan kasar. Rasanya ingin sekali menolak permintaan itu, namun jika permintaan itu berasal dari Rey-yang selalu menolongnya- dia bisa apa? Ya, setidaknya dia akan mencoba walaupun Karin tidak yakin akan berhasil.
Karin mematikan shower setelah kegiatan mandinya selesai. Lalu memakai baju dan keluar dari kamar mandi.
"WOI BANGUN! UDAH PAGI!" teriak Karin sambil membangunkan satu persatu teman-temannya.
"Apaan sih Rin? Masih pagi!!" Gerutu Dara malas dan kembali tidur.
Karin mendecak sebal lalu membuka tirai jendela, membiarkan sinar mentari masuk begitu saja.
"KARIIIN!!! SILAUUU!!!" teriak Salsa kesal dan duduk di atas ranjang. Karin terkekeh melihat sahabatnya satu persatu duduk diranjang menatapnya kesal.
"Anak cewe itu gak baik bangun siang!!" Ledek Karin dan berjalan ke luar kamar.
"BBM GUE KALAU SEMUA UDAH SIAP!" Kata Karin sebelum menutup pintu kamar.
Hotel masih sepi karena sekarang masih jam 06.30.
Karin berjalan menyusuri hotel dengan pikiran yang berkecamuk. Kemarin malam, ibu Karin memberinya sebuah pesan yang menyuruhnya untuk berhati-hati.
Karin tidak mengerti apa maksud dari pesan ibunya. Berhati-hati untuk apa? Apakah akan ada sesuatu yang akan membahayakan Karin hingga dia harus berhati-hati?
Mata Karin tertuju pada sosok lelaki yang berdiri dipinggir kolam. Karin berjalan kearah Adam dengan langkan pelan.
Adam-adam-adam. Kenapa selalu nama itu yang menghampiri pikiran gua akhir-akhir ini?
Adam yang rasis, Adam yang selalu gangguin gua, Adam yang gak pernah bersikap baik sama gua, Adam yang cuek, Adam yang licik dan bagaimana mungkin gua bisa merubah Adam? ngebayanginnya aja gua gak bisa.
Mata Karin melebar saat melihat Adam sedang menangis sambil memejamkan matanya.
"Lo kenapa?" Tanya Karin, tapi yang ditanya hanya membuang muka lalu mencoba menghapus sisa air matanya.
"Bukan urusan lo," ucapnya dingin. Karin menghela nafasnya.
"Gua bisa kok jadi temen curhat lo, itu sih kalau lo mau," Ujar Karin.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERBEDAAN
Random"Tuhan memang satu tapi kita yang tak sama" 1 kalimat dengan berjuta makna. Apa jadinya jika seorang perempuan non muslim bertemu lelaki yang rasis?