Forgiven or Unforgiven?
Di sebuah hotel bintang 5, Cecil mengenakan gaun putih yang sangat mewah dan disebelahnya Dennis berdiri dengan gagahnya.Gaun pernikahan itu terbuat dari bahan tulle ballgown yang dipadukan dengan renda Alencon dan bunga handmade yang ditaburi kristal Swarovski pada bagian bawahnya. Bagian atasnya berupa korset dengan zipper di bagian belakang, memamerkan bahu telanjang sang pemakai.
"Cecillia... Sampai kapan kamu mau menunda pernikahan ini, Nak? Semua undangan sudah datang. Kita sudah bisa memulainya sekarang."ujar seorang pria benar-benar serius sambil melotot kesal pada Cecil.
"Dad... Dengar, acara tidak akan dimulai kalau Rilla belum datang. Dan aku harap Dad tenang saja karena aku percaya kalau Rilla pasti akan datang. Benar kan, sayang?"tanya Cecil lembut pada Dennis.
"Tenang saja ayah. Feeling Cecil tidak akan salah."sambung Dennis sambil memandang Cecil dengan begitu lembut. Dia mengerti perasaan calon mempelainya ini.
Diantara begitu banyak tamu, Cello terlihat duduk di salah satu meja barisan depan. Di sisinya, Miranda terlihat begitu cantik dan anggun. Penyusunan tempat duduk diatur berdasarkan hubungan tamu dengan keluarga mempelai.
Tepat saat jam berdentang menandakan pukul 5 sore, yang berarti sudah 2 jam acara ditunda, pintu ballroom terbuka. Di sana Theo dengan stelan mahal_yang membuatnya bahkan jauh lebih menarik dan tampan dari pengantin pria_berdiri dengan menggandeng tangan Rilla yang mengenakan gaun hitam panjang bermodel neck pleat rancangan Biba. Rilla juga mengenakan sepasang anting yang menggunakan Peruvian black diamond yang menambah kesan glamor di tubuh gadis itu. Kedua orang itu berjalan memasuki ballroom dengan begitu anggun.
Sejujurnya Rilla nyaris tidak percaya dengan apa yang baru saja dialaminya. Sejak dia mengatakan kalau Cecil akan menikah, Theo langsung menyibukkan diri dengan ponselnya. Dan kemudian menghabiskan waktu bersama Rilla seolah tidak terjadi apapun. Dan keesokan harinya Rilla hanya tahu kalau dia diseret menaiki sebuah pesawat jet pribadi dengan interior mewah yang bisa membuat pesawat kepresidenan bukan apa-apa. Tidak hanya itu, Rilla juga menyadari ada banyak orang yang ikut terbang bersama mereka dan menit berikutnya Rilla tidak tahu apapun lagi selain kenyataan kalau orang-orang itu adalah orang yang akan mendandani Rilla di pesawat_catat itu Rilla bersiap-siap di dalam pesawat diatas ribuan kaki dari permukaan laut_dan juga menyiapkan apa yang harus Rilla kenakan. Semuanya berjalan cepat. Begitu turun dari pesawat sebuah Roll-Royce Phantom menjemput mereka dan mengantarkan mereka ke tempat ini.
"Maafkan keterlambatan kami. Acaranya bisa dimulai sekarang."ucap Theo pelan saat mereka berada sudah cukup dekat dengan Cecil sambil mengedipkan sebelah matanya.
Cello benar-benar terkesiap melihat Rilla. Selama mereka pacaran, Cello belum pernah mengajak Rilla ke pesta resmi manapun yang perusahaannya adakan. Status Rilla yang masih merupakan siswi SHS membuat Cello tidak ingin terlalu memamerkan hubungan mereka. Jadi, baru kali ini Cello melihat Rilla dengan penampilan begitu formal dan menyadari kalau Rilla memang sangat berharga dibandingkan apapun di dunia.
"Cello?"panggil Theo yang lebih dulu menyadari kehadiran Cello dan segera membawa Rilla menghampiri meja Cello.
Rilla tersenyum bahagia melihat Cello, dia sudah memaafkan semua kesalahan Cello dan memilih untuk melupakan masalah itu. Rilla sadar kalau Cello hanyalah manusia biasa yang juga sering melakukan kesalahan. Rilla mencintai pria itu apa adanya, termasuk dengan kebiasaannya yang kurang peka dan sering melakukan kesalahan.
Miranda menatap Cello cukup lama sebelum akhirnya berbisik pelan,"Jangan lupa janjimu, Cello."
Cello mengangguk sebentar sebelum menatap Rilla,"Bisa kita bicara sebentar?"tanya Cello pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Between Us
RomanceCarilla, gadis yang ceria dan setia. Cello, pengusaha muda kaya raya yang sangat mencintai Carilla. Theo, taipan muda Manhattan yang tampan namun tidak jujur pada dirinya sendiri. Apa yang terjadi saat cinta mengubah hubungan ketiganya?