15

17K 776 8
                                    

Broken Heart

Sudah seminggu Venatici senior berada di Manhattan. Dan hari ini dia harus kembali ke Singapura untuk menjalankan perusahaan yang ada di sana. Rilla dan Theo mengantar Venatici senior ke bandara sesudah Theo hampir meledakkan kantor hanya gara-gara rapat di tunda sehingga Theo sama sekali terlambat untuk makan siang bersama Rilla.

"Aku harus menelpon klien sebentar. Dad, aku titip Carilla."pamit Theo saat mendapat telpon dari Ana.

"Paman... Aku sudah memikirkan semuanya. Aku sudah membuat keputusan."ucap Rilla begitu Theo menghilang dari pandangan mereka.

***

Theo dan Rilla langsung pulang ke rumah Theo begitu mengantar Venatici senior. Mereka sepakat untuk tidak tinggal di Silver Peak kalau Theo tidak sedang di luar negeri. "Apa setelah ini kamu ada acara?"tanya Rilla pelan saat Theo baru membukakan pintu untuk Rilla setelah sampai di rumah Theo.

Theo menatap Rilla dalam, dan kemudian tersenyum. "Tidak ada. Kenapa?"tanya Theo sambil menyesuaikan langkah dengan langkah Rilla saat masuk ke dalam rumah.

"Kencan yuk?"ajak Rilla yang langsung membuat Theo kaget.

Ada apa dengannya??bathin Theo bingung tapi masih sempat tersenyum lembut sambil mengangguk pelan. "Boleh."sahut Theo cepat, "Dan ada hal penting yang ingin aku katakan sebelum semuanya terlambat."

Rilla tersenyum,"Kalau gitu, aku ganti baju dulu. Dan kamu gak mungkin kan ke taman hiburan pakai jas?"ujar Rilla riang lalu berlari menuju kamarnya.

Setengah jam kemudian kedua orang itu sudah sampai di taman hiburan yang dulu pernah mereka datangi saat Rilla sedang galau karena masalahnya dengan Cello. Lagi-lagi Rilla nyaris membuat Theo pingsan dengan terus-terusan mengajak Theo naik wahana yang ekstrim. Mereka baru keluar dari taman hiburan saat jam sudah menunjukkan jam makan malam. Theo membawa Rilla ke sebuah restoran Italy yang cukup mewah.

"Ada yang ingin aku katakan..."ujar Theo saat mereka sudah selesai memesan makanan.

"Apa?"tanya Rilla santai.

"Aku sudah lama menyuruh banyak orang untuk menyelidiki masalah ini. Bahkan sejak masalah ini mulai kudengar. Dan hasilnya tepat seperti yang aku perkirakan."

"Theo... Tolong langsung aja. Aku sama sekali gak ngerti kalau kamu banyak basa basi seperti ini..."ujar Rilla pelan.

"Anak yang dikandung Miranda bukan anak Cello. Itu adalah anak Alex, dokter yang pernah merawatmu sekaligus yang menyebabkan kamu masuk rumah sakit."ujar Theo pelan, cemas menunggu reaksi Rilla.

Rilla tersenyum lembut,"Aku sudah tahu. Lalu?"

Kali ini Theo yang terkejut. Dia memang tidak menyangka kalau Rilla sudah tau, tapi yang lebih tidak terduga adalah reaksi Rilla yang malah bertanya balik apa maksud Theo. "Kamu sudah tahu? Dari siapa?"

"Dee, dan itu sudah seminggu yang lalu."

"Apa ini bukan masalah untukmu?"tanya Theo semakin cemas.

Rilla menggeleng pelan,"Tentu saja bukan masalah. Untuk apa aku mempermasalahkannya? Toh mereka sudah menikah. Pernikahan itu suci, Theo. Pernikahan bukan hal yang bisa dilakukan dengan kesepakatan dan kemudian dengan mudah dibatalkan."

"Bukankah kamu masih mencintainya?"

Rilla menatap langsung mata Theo,"Dulu aku selalu merasa kalau aku mencintainya. Aku selalu merasa kalau aku tidak dapat hidup tanpa Cello. Aku selalu meyakini kalau aku akan sedih tanpa Cello disisiku. Tapi aku sadar. Itu semua hanya ilusi. Aku sama sekali tidak mencintai Cello. Aku hanya terlalu bergantung akan keberadaannya di sisiku. Aku sadar kalau yang aku butuhkan dalam hidupku bukan Cello. Tapi kamu... Aku sadar kalau aku tidak bisa bertahan selama ini tanpa kamu yang selalu ada disisiku. Karena kamu selalu ada, makanya aku tidak pernah menyadari betapa pentingnya arti dirimu bagiku."

Love Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang