Seorang pemuda menatap kalender di mejanya dengan mata berbinar senang. Teman sekamarnya sudah lama terlelap namun dia sepertinya masih belum ingin membaringkan tubuhnya yang lelah setelah seharian di kampus. Ada sebuah tanggal disana yang sudah dilingkarinya jauh sebelum memasuki bulan ini. Pemuda itu sudah menantikan tanggal itu lebih dari siapapun. Akhirnya dia bisa pulang dan memberikan kejutan pada orang yang dicintainya. Dia sudah menahan diri selama sebulan untuk tidak menelpon orang tersebut. Mencari segala cara untuk mendapatkan kabar dari orang itu tanpa harus berhubungan langsung dengan yang bersangkutan. Berharap penantiannya selama ini membuahkan hasil seperti yang diharapkannya.
Dike mengalihkan perhatiannya pada email yang sedang dibacanya.From : EireneV@yahoo.co.uk
To : Dike_Themis@yahoo.co.uk
Subject : REPLY!!! ><
Dike Themis!!!
Are you crazy? Ini sudah emailku yang ke100 dan tidak satupun yang kau balas! Baca ini dan percayalah kalau aku benar-benar menghitungnya! Kau benar-benar ingin merasakan murkaku? Balas email ini dan yang sebelumnya. Setiap email! Kalau ada satu saja yang kurang, aku bersumpah akan menguburmu hidup-hidup!
Kekehan geli meluncur dari bibirnya begitu selesai membaca surel dari wanita kedua yang bisa membuatnya takut selain ibunya. Ingin sekali Dike tertawa, tapi dia menahan diri karena akan membangunkan teman sekamarnya. Gadis ini benar-benar membuat hidupnya berwarna, dan jangan tanya bagaimana hidup Dike tanpa sosoknya. Tapi kali ini Dike punya alasan kenapa dia tidak membalas surel itu. Dia bahkan berani bertaruh kalau Rene tidak akan memarahinya sedikitpun saat menerima kejutan itu. Dan Dike sangat memahami gadis itu seperti dia memahami dirinya sendiri.
Setelah memastikan kalau dirinya membaca ke100 email itu, Dike memutuskan untuk tidur. Besok adalah hari penting untuknya dan dia butuh fisik yang sehat dan pikiran yang segar. Dike tidak mungkin gagal ujian setelah usahanya selama ini hanya karena kurang tidur. Setelah meletakkan laptop dan bukunya kembali di tempat semula, Dike beranjak naik ke ranjang ukuran single dalam kamar asramanya dan menyusup ke balik selimut tebal.
Goodnite, Rene. Sleep tight and have a nice dream, princess.bisik hati Dike lalu memejamkan mata, menyambut dunia mimpi secepat yang dia bisa.
Jauh diseberang benua sana, seorang gadis sedang uring-uringan di kamarnya. Dia sudah menelpon entah untuk berapa kalinya selama satu bulan terakhir dan semua panggilannya ditolak. Dia juga sudah mencoba mengirim surel pada orang itu, namun surel itupun bernasib sama. Tidak satupun dari 100 surel yang dikirimnya mendapatkan balasan. Tidak satupun dari ratusan panggilannya yang mendapatkan jawaban. Seandainya Rene percaya pada sihir, maka dia pasti sudah memantrai Dike atas sikapnya selama satu bulan terakhir agar setidaknya mengirimkan surel ataupun pesan singkat di sela kesibukannya.
Rene sudah menahan kekesalannya selama satu bulan. Bagaimana tidak kalau Dike hanya menolak merespon semua hal darinya namun dengan cepat merespon siapapun selama orang itu bukan Rene. Karena itulah setidaknya Rene tahu kalau jauh disana Dike baik-baik saja terlepas dari sikapnya yang aneh, seolah sengaja menghindari Rene. Tidak akan ada yang pernah bisa membayangkan betapa sakitnya hati Rene karena hal itu. Rene tahu terkadang dia bisa bersikap sangat menjengkelkan. Namun saat terakhir kali bertemu dengan Dike, mereka tidak ada masalah dan segalanya baik-baik saja. Jadi selama sebulan ini Rene benar-benar kehabisan ide kenapa Dike menjauhinya sampai seperti ini.
Ketukan pelan di pintu kamarnya membuat Rene tambah kesal. Dia sedang tidak ingin diganggu, tapi sepertinya siapapun yang mengetuk pintu itu tidak berniat memberinya waktu untuk menyendiri. Dengan langkah kesal Rene berjalan untuk membukakan pintu kamarnya yang sesungguhnya tidak terkunci dan siap untuk melontarkan segala kemarahannya. Namun begitu pintu terbuka, Rene bukannya mengomel, tapi dia langsung menghambur ke pelukan laki-laki yang mengetuk pintunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Between Us
RomanceCarilla, gadis yang ceria dan setia. Cello, pengusaha muda kaya raya yang sangat mencintai Carilla. Theo, taipan muda Manhattan yang tampan namun tidak jujur pada dirinya sendiri. Apa yang terjadi saat cinta mengubah hubungan ketiganya?