hehehehe.... sorry kalo sebelumnya ga ada pemberitahuan... ini the last part loh a.k.a part ending... silakan dinikmatiiiii~~~~
__________________________________________________________________________________
Forever
Theo sudah mempersiapkan segalanya. Dia sudah menyiapkan tempat untuk tanggal 16 Februari. Theo sudah mengundang semua orang yang dikenalnya. Bahkan Theo juga sudah mempersiapkan sebuah jet khusus untuk menjemput orang-orang istimewa. Tidak ada seorangpun yang tahu apa yang akan dilakukan oleh Theo dengan semua persiapannya ini. Theo bahkan tidak melibatkan Ana, Stefan, Matt, ataupun Dee dan Mark dalam rencana rahasianya ini.
"Apa semuanya persiapan sudah selesai?"tanya seorang wanita yang sangat menawan saat makan malam bersama Theo.
Theo tersenyum puas,"Tentu saja, Diane. Aku tidak tahu harus mengatakan apa untuk semua yang kamu lakukan untukku. Aku berutang sangat banyak padamu."ucap Theo tulus.
"Apa yang aku lakukan belum setimpal dengan apa yang sudah kau lakukan, Theo. Aku berani bertaruh kalau bukan hanya aku yang berani melakukan sebanyak ini untukmu. Ini tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan apa yang sudah kau lakukan untuk anakku."
"Terserahlah. Yang pasti aku sangat berterima kasih. Dan tolong ingat ini, anak yang kau bilang itu adalah seorang Venatici. Mau tidak mau, kau harus mengakuinya, Diane. Cepat atau lambat, dunia akan tau tentang ini."ujar Theo sambil mengangkat gelasnya dan bersulang untuk rencana rahasia mereka.
***
Jam sudah menunjukkan larut malam saat Theo menelpon seseorang. Suara wanita menyambut telpon Theo di seberang.
"Bagaimana keadaan mereka?"tanya Theo langsung.
"Sehat seperti biasa Tuan Muda... Ah, maafkan saya, Tuan Besar."
"Sudahlah. Jangan panggil aku seperti itu lagi. Panggil saja aku seperti kau dulu memanggilku saat Mom masih disini, Suzie."
"Baiklah, Matheo. Ada lagi yang ingin kamu tanyakan?"
Theo menggeleng pelan,"Tidak. Mengetahui mereka sehat-sehat saja sudah cukup untukku. Setidaknya, kalau mereka sehat, maka aku bisa melanjutkan hidupku. Dan jangan lupa. Jaga mereka untukku, sampai aku kembali bersama mereka. Ini sudah waktunya, bukan?"
"Ya. Kamu benar, Matheo. Jangan menunda lebih lama lagi. Ini hanya akan memperburuk keadaan."
"Aku tahu. Selamat malam, Suzie."ujar Theo lalu langsung mengembalikan telpon ke tempatnya.
***
16 Februari
Rilla melakukan kegiatannya seperti biasa. Setelah jogging pagi, Rilla akan membeli sarapan untuk dia dan Susan sebelum kembali ke apartement-nya. Tapi yang didapati Rilla di rumah bukanlah hal yang biasa. Susan dan Ceres tidak ada di rumah. Rilla sudah mencari mereka ke sekeliling apartemen tapi tetap tidak menemukan mereka. Rilla benar-benar bingung harus mencari keduanya dimana. Dengan terburu-buru Rilla menelpon ke ponsel Susan. Dan Rilla nyaris pingsan saat mendengar siapa yang menjawab telponnya.
"Apa kabar, Carilla?"sapa orang itu.
Hanya ada satu orang yang memanggilnya Carilla. Hanya satu orang yang bisa membuat Rilla gemetar hanya dengan mendengar namanya diucapkan oleh orang itu. Hanya satu orang yang bisa membuat jantung Rilla berdetak lebih cepat hanya dengan mendengar suaranya. Hanya seorang Theo yang bisa membuat Rilla menjadi tidak rasional seperti ini.
"Ba,bagaimana mungkin ponsel Susan ada padamu, Theo?"tanya Rilla setelah mengumpulkan keberaniannya.
"Kamu masih mengenal suaraku rupanya. Aku senang."ujar Theo."Susan ya? Aku dulu selalu memanggilnya Suzie. Bibi Suzianne, atau kadang dapat dibaca Susan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Between Us
RomanceCarilla, gadis yang ceria dan setia. Cello, pengusaha muda kaya raya yang sangat mencintai Carilla. Theo, taipan muda Manhattan yang tampan namun tidak jujur pada dirinya sendiri. Apa yang terjadi saat cinta mengubah hubungan ketiganya?