Roma
Cello masih tertidur saat jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Dengan malas dia membalik badannya dan merasakan ada sesuatu yang aneh di tempat tidurnya. Cello berusaha meraba apa yang aneh di ranjangnya, dan betapa kagetnya Cello saat membuka matanya dan mendapati Miranda berbaring sambil memeluk dirinya tanpa sehelai benangpun. Bukan hanya Miranda yang tanpa pakaian, Cello-pun tidak mengenakan pakaian apapun. Cello berusaha mengingat apa yang terjadi, tapi kepalanya benar-benar sakit, dan yang dia ingat hanya saat mereka masih di restoran, dan kemudian mendatangi sebuah club yang biasa didatangi Cello kalau sedang stress.
Apa yang sebenarnya sudah terjadi?Miranda memang memenuhi janjinya dengan mengatakan apa yang dia tahu tentang Rilla, tapi kenapa kami bisa begini?bathin Cello frustasi.
Cello melihat kalau celana panjang yang dikenakannya semalam tersampir di kursi di sebelah ranjangnya, dengan hati-hati Cello turun dari tempat tidur dan mengenakan kembali celananya sebelum berjalan ke kamar mandi. Cello membasuh mukanya dan menatap dalam ke dalam matanya yang terpantul di cermin.
Miranda mengatakan kalau Rilla bukan menghilang, dia pergi ke Italy. Hanya saja Miranda sama sekali tidak mengetahui tujuan mereka yang sebenarnya. Aku ingat kalau aku kecewa karena Rilla lebih memilih untuk melarikan diri dari masalah kami dengan pergi bersama Theo daripada menyelesaikan masalah denganku. Dan kemudian kami pergi ke Nine CE... Terus...
"Ya Tuhan!! Aku ingat! Aku terlalu banyak minum dan mabuk. Miranda membawaku pulang dan..."ucap Theo lirih,"Sial! Aku menganggap Miranda itu Rilla."gumamnya sambil meninju cermin di atas westafel.
"Cello?"panggil Miranda lembut dari kamar tidur.
Cello langsung mencuci lukanya dan membalutnya dengan perban sebelum kembali ke kamar tidurnya.
"Ada yang ingin aku bicarakan..."ujar Cello dingin sambil duduk di sofa tunggal di bawah jendela kamarnya.
Miranda menggeleng pelan,"Jangan bersikap dingin, sayang. Setelah apa yang terjadi semalam kau masih bersikap dingin padaku? Berarti tubuhmu jauh lebih jujur ya?"ucap Miranda lembut.
"Cukup, Miranda! Aku minta kita sama-sama melupakan apa yang sudah terjadi. Aku sama sekali tidak berniat melakukan hal itu denganmu."
Miranda langsung menegakkan tubuhnya, membiarkan bagian depan tubuhnya terbuka,"Apa kau bilang? Sejak kapan kau menjadi pengecut seperti ini Marcello Seirios? Bagaimana kalau aku hamil? Apa kau yakin kalau kau mengenakan pengaman semalam?"tanya Miranda emosi.
"Aku akan bersikap seperti seorang pengecut kalau dengan begitu aku tidak kehilangan Rilla. Aku tidak sanggup kalau harus kehilangan dia. Aku tidak boleh kehilangan dia."
"Lalu apa jawabanmu atas pertanyaanku tadi? Apa kau tidak mau bertanggung jawab kalau aku sampai hamil?"
Cello terdiam. Kemungkinan Miranda hamil tidak terpikirkan olehnya sebelum ini. Namun setelah Miranda mengatakannya dengan lantang, Cello akhirnya sadar. "Kalau itu memang terjadi, Miranda... Kau menang. Kau berhak memilikiku. Ragaku. Hanya tubuhku. Karena aku tidak akan sanggup hidup tanpa Rilla. Hatiku akan selalu menjadi miliknya. Dan jawaban atas pertanyaanmu adalah, kalau kau sampai hamil, aku akan bertanggung jawab dengan menikahimu, tapi kalau itu tidak terjadi aku mohon pergilah lagi dari kehidupanku dan jangan kembali. Aku tidak ingin melukai Rilla. Dia malaikat untukku. Dia terlalu baik untuk aku sakiti."
"Kau pengecut, Marcello! Tapi aku akan menerima syarat itu. Tenang saja, aku akan menghilang lagi, seperti dulu, kalau ternyata aku memang tidak hamil. Aku bersumpah."ujar Miranda dingin sambil turun dari tempat tidur dan memunguti pakaiannya sebelum masuk ke kamar mandi, meninggalkan Cello dengan hati yang hancur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Between Us
Storie d'amoreCarilla, gadis yang ceria dan setia. Cello, pengusaha muda kaya raya yang sangat mencintai Carilla. Theo, taipan muda Manhattan yang tampan namun tidak jujur pada dirinya sendiri. Apa yang terjadi saat cinta mengubah hubungan ketiganya?