Liam Payne - Catching Feelings

2.3K 173 8
                                    

-Liam Payne Oneshot-

"Sam!!"

Liam berlari ke arahnya dan langsung ambruk dalam pelukan sahabatnya, Samantha. Lelaki berbaju hitam tersebut menyeka air matanya dan kembali memeluk Sam erat.

"Kate lagi ya, Lee?" tebaknya.

Leeyum, nama panggilan Sam untuknya.

Liam mengangguk lemah. Sam menepuk-nepuk punggung Liam dengan lembut supaya ia berhenti menangisi pacarnya.

Berbeda dengan postur tubuhnya yang tinggi besar dan berdada bidang, Liam bisa dibilang orang yang rapuh. Sangat rapuh.

Apalagi hubungannya dengan Kate terancam hancur.

Beruntung dia punya Sam yang selalu disampingnya tiap waktu, yang rela menyediakan tissue tiap ke rumahnya, dan menyediakan pundak tiap bertemu di sekolah.

"Apalagi yang dilakukan wanita heartless itu?"

"Dia.. menelponku tadi malam.." jawabnya lirih. "Dan meminta maaf padaku."

Sam menyilangkan kedua tangannya di depan dada, "Lalu kau maafkan begitu saja? Setelah tertangkap basah selingkuh dengan sepupumu sendiri?"

Liam lagi-lagi menggeleng, "Belum ku jawab. Aku.. langsung mematikan telponnya." Ia menghela nafas berat dan menunduk, menatap kosong kedua sepatunya, "Dia juga bilang kalau dia dan Niall sudah tidak ada apa-apa lagi. Dia sepertinya sangat menginginkanku"

"Hm, dilema.." gumamnya.

Liam menyandar lemas pada pundak Sam. Seperti biasa, yang Sam lakukan setelah itu adalah menepuk punggung Liam.

"Menurutmu, aku harus bagaimana?"

"Mm.." Mata gadis itu mengarah pada langit-langit kelas. "Entahlah, kata hatimu bagaimana?"

Lelaki berambut coklat tersebut menyipitkan matanya, "Aku.. uhm, entahlah. Aku masih merasa sakit hati, tapi.. aku juga tidak kuat lama-lama berjauhan dengannya." Ia mengedikkan kedua bahunya.

"Itu berarti, kau masih mencintainya. Kenapa tidak bilang 'ya' saja dari tadi malam?"

"Tapi banyak hal-hal tentangnya yang ingin ku sampaikan. Terutama perasaan sakitku." Liam kembali mengangkat kepalanya dari pundak Sam.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya.

"Err.. berarti kalian harus saling temu. Tidak mungkin membahas semuanya di telpon kan?"

Liam memanggut pelan, kemudian menoleh Sam lagi.

"Temani aku."

.

.

.

Sam mengintip dari balik pohon. Di kejauhan, seorang gadis berambut blonde dengan dress putih duduk sendirian di bangku taman. Sesekali melirik jam tangan silvernya dan celingak-celinguk sekitar.

"So, Liam, kau sudah siap?" tanyanya, merapikan kerah baju Liam.

Liam menghirup nafas dan membuangnya, kemudian mengangguk mantap.

"Good, semoga berhasil!"

Ia berjalan menghampiri Kate, sementara Sam mengamatinya.

Kate terlihat sangat senang bertemu dengan Liam. Mereka terlihat berbincang-bincang. Liam sempat terdiam sebentar, lalu tersenyum. Liam pun menarik Kate ke pelukannya.

Sam menyunggingkan senyum puas, kemudian berjalan pergi dari taman itu.

---

"Morning, Sam!!" Liam menggebrak meja Sam, sedangkan ia hanya membalas dengan senyuman.

Liam hari ini terlihat sangat ceria dan bersemangat. Mungkin karena sudah baikan dengan Kate. Ia menarik bangku dan duduk di sampingnya.

"Jadi kau sudah baikan dengannya?"

Liam mengangguk cepat, "Dia benar-benar berubah sekarang. Seperti makin dewasa." ucapnya, "Setelah berminggu-minggu tidak ketemu, Kate semakin cantik. Rambutnya yang dulu sering dikeritingkan, sekarang dibiarkan lurus natural. Yaah, tidak macam-macam lagi."

"Dan itu tipemu kan? Haha" Sam menyenggol lengan Liam dengan sikutnya.

"Yup."

"So," Gadis brunette itu mengulurkan tangannya ke hadapan Liam, "Selamat, kawan! Kalian akhirnya balikan!"

Bukannya menjabat tangan Sam, ia justru mengerutkan alis dengan aneh.

"Balikan?"

"Apa? Ada yang salah dengan pengucapanku?"

Liam menggeleng pelan dan tersenyum, kedua tangannya menurunkan tangan kanan Sam kembali.

"Kami tidak balikan."

Kini giliran Sam yang mengerutkan alisnya dengan aneh. Merasa salah dengar atas apa yang baru saja dikatakan Liam.

"Aku tidak tertarik lagi dengannya." Ia menghembuskan nafas ringan, "Karena aku tahu, kalau aku kembali padanya, aku pasti akan jatuh pada lubang yang sama"

"Oh.." Sam membelai lembut pundak sahabatnya. "I'm so sorry, Lee."

"Nah, it's okay. Dan juga.." Senyum Liam kembali mengembang. "Aku baru saja bertemu yang baru!"

"oh, really?! Tell me! Tell me!"

"Nope. Kau pasti selalu menertawakanku sehabis memberi tahu." Ia menyilangkan tangannya.

"Oh, pretty please?"

Liam menggaruk tengkuk lehernya, "Hm, aku juga belum yakin sih, karena ini sangat baru."

"Cepat beri tahu aku!"

"Tapi benar ya jangan tertawakan?"

"M-hm!" Sam mengangguk dengan mantap.

Liam pun bergerak mendekatkan mulutnya pada telinga Sam. Ia menghela nafas sejenak sebelum akhirnya memejamkan mata.

"Kamu."

Lalu mengambil kesempatan mencium pipi sahabatnya itu.

Sometimes the one you love turns out to be the one who hurts you the most, and sometimes the friend who takes you into their arms and cries when you cry turns out to be the love you never knew you wanted ❞ -Ritu Ghatourey

---

A/N: Udah pasaran banget ya oneshot beginian-_-

Summer Breeze (Oneshots)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang