Disinilah aku sekarang. Duduk di ruang tunggu sendirian, menyalahkan dan mengutuk diriku sendiri. Aku benar-benar tidak sanggup untuk menunggunya di ruangan, terlalu menyakitkan batinku.
Jika saja aku bisa memutar ulang waktu, aku akan merubah segalanya dan tidak akan melakukannya. Semua ini salahku.
Jika saja aku tidak berciuman dengan teman lamaku kala itu, mungkin dia tidak akan seperti ini. Semua ini salahku.
Jika saja aku bisa melihat kalau hanya cintanya lah yang tulus, semuanya tidak akan seperti ini. Semua ini salahku.
Salahku telah menyelingkuhi dia dan membuatnya marah. Dia kabur dari rumah dengan mobilnya dan terakhir yang ku dengar... seorang wanita muda kecelakaan.
Sekarang dia masih terbaring lemah. Dia koma.
Disaat yang lain menyuruhku untuk mengikhlaskannya, aku justru terus-terusan berdoa agar dia bangun dan aku bisa meminta maaf dan mengulang semuanya dari awal.
Untuk yang kesekian kalinya, tanganku menarik-narik rambutku sendiri dengan emosi.
Mataku membulat begitu melihat seseorang berjalan melewatiku.
Tidak mungkin. Kenapa dia ada disini? Bukannya seharusnya dia masih koma?
"Babe!" seruku, membuatnya berhenti dan menoleh ke arahku. Tanpa berkata apa-apa lagi, aku berlari dan memeluknya erat, tidak ingin kehilangannya untuk yang kedua kali. "I'm so sorry.."
"Zayn..."
"Aku minta maaf telah mencurangimu, aku buta. Aku seharusnya sadar kalau kau lah yang terbaik! Aku minta maaf..." Air mataku membasahi pundaknya.
Tangannya yang lembut memelukku balik, kemudian membelai kepalaku penuh sayang. Dan itu sudah membayar kerinduanku akan sentuhannya. Dia tersenyum.
"Aku sudah memaafkanmu sejak pertama kali aku melihatmu dengannya. Aku tidak pernah marah padamu, karena aku tahu kau juga yang terbaik untukku, maka itu aku benar-benar menjagamu" Ia mengusap air mataku, kemudian mencium pipi kiriku.
"Aku juga minta maaf karena kabur dari rumah. Saat itu aku masih kaget, tapi sungguh, aku tidak pernah marah atau benci padamu, Zayn"
Perkataan itu membuatku bisa sedikit tersenyum.
"Bisa kita ulang semuanya dari awal? Aku janji aku tidak akan macam-macam lagi" Aku menggenggam tangannya erat.
Ia menyelipkan rambut bagian depannya ke belakang telinga.
"Tapi sebelumnya, maaf Zayn, sepertinya ada yang memanggilku tadi. Aku harus segera kesana" Ia kembali berjalan.
Niitt....
"Apa itu?" Aku mengerutkan dahi begitu mendengar suara dari kamar rawat.
Tapi saat ku masuk ke dalam kamar, justru yang ku temukan adalah dia yang terbaring pucat tak bernyawa, di pinggiran matanya terlihat sebuah bekas aliran air mata. Dan 'dia' yang bicara denganku tadi, sudah menghilang entah kemana.
"Impossible.."
Ternyata yang memanggilnya tadi adalah Tuhan.
❝ Tidak ada kata terlambat. Tuhan selalu memberikan umatnya kesempatan jika ia bersungguh-sungguh ❞ -Anonymous
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Breeze (Oneshots)
FanfictionEvery love story is beautiful, but ours is my favorite. Was first published in 2013/2014 and still unedited. So sorry for any inconvenience or grammatical errors🙏🏻