Au melirik jam tanganku, sudah jam 5 sore kenapa pesawatnya belum datang juga? Padahal seharusnya sudah sampai sejak jam setengah empat tadi.
Aku beranjak dan menghampiri petugas. Menanyakan kedatangan pesawat nomor sekian dengan penerbangan Los Angeles-London. Tapi tetap, petugas itu malah menatapku aneh dan memberikan jawaban yang sama.
Astaga, aku benar-benar bosan dengan jawaban itu.
Aku memilih untuk duduk kembali dan tetap menunggu.
Atau mungkin dia tidak melihatku disini dan sudah pulang duluan? Bisa saja aku pulang sekarang dan mengecek, tapi kalau ternyata dia belum pulang? Aku memilih untuk tetap menunggu.
Orang-orang di tempat ini mulai silih berganti.
Sepertinya hanya aku yang bertahan disini daritadi. God, kenapa dia lama sekali datang?
"Harry," guncangan Liam membuatku terbangun.
Aku mengusap mataku dan menyadari lampu disini sudah menyala, saat ku lihat jam... pukul 8 malam.
Louis, Niall, dan Zayn berdiri di belakangnya, melihatku dengan cemas.
"Oh, hey boys!" Aku menguap. "Apa dia sudah datang?"
Mereka saling bertatapan, kemudian menggeleng pelan.
"Untuk apa kau masih menunggunya? Dia sudah meninggalkanmu begitu saja" Niall menghembuskan napas ringan. "Move on, Harry."
"Kau ini bicara apa? Aku tentu akan terus menunggunya. Kalau dia kebingungan mencariku bagaimana?"
"HARRY!" seru Louis, duduk di sampingku. Dia sedikit mengguncang kedua pundakku. "Ikhlas, Harry! Ikhlas! Kecelakaan pesawat itu sudah 5 bulan yang lalu!"
"Aku tidak mengerti maksudmu, Lou" Aku menutup kedua telingaku. "I don't wanna hear it anymore"
"Louis benar. Kau harus merelakannya." Zayn mulai ikut-ikutan. "Kau masih punya kami, Directioners, keluargamu. Terutama dua generasi penerus yang harus kau urus."
Aku melihat nanar pada kedua putri kembarku yang sedang digendong Zayn dan digandeng Niall.
"Daddy?" putriku yang berambut wavy menatapku dengan polos.
Dia benar, aku masih memiliki Sydney dan Darcy. Mereka pasti juga tidak senang melihat ayahnya terus-terusan murung begini.
"Jadi.. dia tidak akan kembali?" tanyaku.
Liam tersenyum, menepuk pundakku. "Dia akan kembali. Di lain waktu dan lain tempat. Di tempat indah yang Tuhan sudah rencanakan."
Mulutku baru bisa menyunggingkan senyum. Aku menggendong Darcy dan Sydney, kemudian mengikuti mereka berempat keluar dari sini.
Tapi ada satu yang membuatku terlonjak.
Apa aku baru saja melihatnya datang menggeret koper dengan pakaian serba putih?
❝ If we could only have this life, for one more day. If we could only turn back time ❞ -Moments, One Direction.
Dedicated to NindaOfficial.
Wahah, maaf ya nama kamu ga dicantumin :(
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Breeze (Oneshots)
FanfictionEvery love story is beautiful, but ours is my favorite. Was first published in 2013/2014 and still unedited. So sorry for any inconvenience or grammatical errors🙏🏻