"Niall, astaga!!" seruku girang begitu bertemu dengannya kembali setelah berbulan-bulan terpisah. Keluarganya pindah ke Cambridge sejak lama, dan dia kembali ke Irlandia khusus hanya untuk menemuiku malam ini.
Penampilannya berubah sedikit. Rambutnya agak kelimis dan mungkin karena kantung matanya yang besar membuat wajahnya kelihatan sedikit tua.
Aku berlari memeluknya. Badannya dingin sekali. Pasti karena dia lupa pakai jaket. Typical Niall, ceroboh. Ia mendekapku erat, tak lama melepaskannya. "Apa kabar?"
"Baik." jawabnya pendek, memperhatikanku dari bawah sampai atas. "Kau sudah besar ya"
"Tentu, aku manusia, Niall, tentu saja aku tumbuh" celetukku sembari memutar mata.
"Haha, kalau aku sih masih segini-segini saja." Niall menggeleng, tertawa kecil. "Mau jalan-jalan sebentar ke taman? Sudah lama kita tidak berdua kan?"
Aku mengangguk cepat dan mantap. "Mau, ayo" aku melingkarkan tanganku di lengannya. Buru-buru lari ke taman dekat rumah. Taman itu dulu tempat bermain kami, karena banyak mainan seperti ayunan, perosotan, dll. Ya, aku tahu itu kekanak-kanakan.
Kami duduk di sepasang ayunan. Mengayun-ayun pelan diri sendiri dibantu dorongan kaki. Aku memperhatikan Niall dan tersenyum-senyum sendiri. Aku tidak bisa jelaskan seberapa senangnya aku saat ini. Bertemu teman kecil kembali.
"Kenapa? Naksir?" perkataan Niall membangunkanku. Sial, tertangkap basah. Memalukan sekali.
"Ge-er!"
"Hahaha" cekikiknya. "Untung saja kau memotong rambut panjangmu, jadi bisa melihat jelas wajah tampanku"
"Haha, aku tidak pernah punya rambut panjang, tahu" aku membalas dengan cekikik juga. "Kau ini aneh ya" Beruntung tawaku langsung membuatnya terdiam, menatapku dengan datar. Tepat setelah tawaku berhenti, ada telepon masuk di ponselku. "Sebentar"
Aku merogoh saku celana, membaca caller ID di layar. Mom.
"Siapa?" tanya Niall, menaikkan sebelah alisnya sambil sedikit melongo ke ponselku.
"Mom"
"Jangan angkat."
"What? Why?"
"Kalau kau tidak mau kaget" Mengulum sebuah smirk.
"Tapi aku mau tuh" Aku menjulurkan lidah sebelum mengangkat telepon. "Halo?"
"Sayang! Astaga, kau dimana?"
"Aku sedang di taman."
"Kau harus pulang sekarang! Ada berita buruk yang harus disampaikan"
Aku melirik Niall sekilas. Dia benar. "Berita buruk apa?" mulai panik mendengar suara mom yang kelihatan bergetar. Jangan bilang dad lupa memberi makan kucing lagi!
"Mom tidak bisa memberitahumu lewat telepon"
"Tapi aku harus tahu!" kataku keras kepala. Aku paling tidak tahan dengan sesuatu yang ditahan-tahan. Kalau ada sesuatu yang harus ku ketahui, aku ingin mendengarnya segera.
"Baiklah, tapi mom takut kau tidak tahan. Mom juga benar-benar terpukul begitu tahu"
"Cepatlah!" seruku tidak sabar.
Mom terdengar mengambil napas dalam-dalam, "Mom Niall baru telepon, kalau.. tadi sore Niall menghembuskan napas terakhirnya setelah tertabrak truk saat menyebrang."
Mataku membulat tak percaya. Apa ini sebuah lelucon? Orangnya saja ada di sampingku. "Kau bercanda, Niall kan ada di Irlandia sekarang." Aku tertawa sumbang, melirik Niall lagi yang sedang menunggu bertelepon.
"Justru kecelakaan itu terjadi saat ia akan berangkat ke bandara, dear."
Kali ini aku percaya dengan perkataan mom. Hatiku langsung remuk menjadi serpihan kecil. Sahabat kecilku... baru saja meninggal. Dia meninggal saat ingin menemuiku di Irlandia. Tapi... siapa Niall yang ada di sebelahku?
Tanpa ku sadari, ponselku jatuh dari tanganku. Aku merunduk untuk memungutnya saat baru ku sadari satu hal.
Kaki Niall tidak ada.
Hanya terlihat seperti celana yang menggantung saja di atas ayunan. Benar-benar tidak ada.
Aku terkesiap. Berusaha untuk tenang, memungut ponselku, lalu bangkit dari ayunan, memberanikan diri menatap wajah nya.
"A-a-aku.. m-mom.. menyuruhku untuk pulang karena sudah malam. Aku.. duluan ya" ucapku terbata-bata.
Namun saat hendak beranjak pergi, tangan dingin itu menahanku. Membuatku berbalik kembali. Mata Niall menggelap, sebuah smirk menghiasi wajahnya. Jantungku serasa dibuat keluar saat ia berkata,
"Sudah malam atau... sudah tahu?"
❝ Kau yakin orang terdekatmu adalah... mereka? ❞ -Anonymous
Lol, bisa-bisanya gue bikin cerita horror amatiran begini. Yang mau didedikasiin bilang aja yow x
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Breeze (Oneshots)
FanfictionEvery love story is beautiful, but ours is my favorite. Was first published in 2013/2014 and still unedited. So sorry for any inconvenience or grammatical errors🙏🏻