Still Alive

2.4K 173 5
                                    

10 years later...

"Kar, bangun!"

"Bentar lagi..."

"Ih, cepetan bangun!"

"5 menit lagi..."

"..."

"Carissa..."

"Bangunin ntar aja lah kalo bu Fani udah masuk!"

Setelah itu bukannya makin tenang, mereka membuat suara tawa yang semakin menganggu. Aku mengangkat kepalaku yang sedari tadi menempel di meja. Pandanganku belum sepenuhnya fokus. Tapi aku bisa menebak seseorang tengah berdiri di depan mejaku dan tidak mengenakan seragam SMA.

"Kamu mau lanjutkan tidurmu lagi, Carissa?" Aku merinding hanya dengan mendengar suaranya. Bu Fani! sejak kapan ada di sini?!

"E.. enggak bu..." jawabku gugup. Aku melirik Tania yang duduk di sebelahku memberi tatapan iba.

"Kalo begitu, bawa bukumu dan belajar di luar." Aku mengambil beberapa buku dan menghindari tatapan teman-teman sekelasku. Satu kata untuk hari ini : MEMALUKAN!

Ketika berada di luar, angin sepoi-sepoi bertiup. Terbesit di benakku untuk melanjutkan tidurku tapi sebaiknya aku tidak menguji kekejaman bu Fani karna bisa saja ia menyuruhku memanjat tiang bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan di sana. Aku menampar pipiku hingga nyerinya membuatku tetap terjaga.

"Ini akibatnya kalo kamu begadang terus..."

Aku mengabaikan suara itu. Tanpa melihat pun aku tau itu siapa.

"Gak usah sok tau."

Dia menghela napas.

"Terserah. Mukamu lama-lama jadi mirip panda tau." Spontan aku mengusap bawah mataku. Apa seburuk itu?

Tiba-tiba ia menjentikkan jarinya, mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Ia meletakkannya di atas buku yang ada di pangkuanku.

"Masker mata? Kamu gak ngerampok toko orang, kan, Bim?" Harus kuakui Bima sudah banyak berubah dari segi penampilan. Dia gak punya lipatan lemak lagi di perut. Tapi, masa sih dia juga punya barang ginian? Dia masih normal gak, sih?

"Gak usah mikir macem-macem. Ini gratis kok."

Dia tersenyum jahil lalu melambaikan tangannya, melenggang pergi entah kemana.

"Dasar tukang bolos!" Geramku.

Aku kembali melanjutkan tidur pada waktu istirahat. Aku benar-benar mengantuk.

"Aku mau ke kantin nih. Kamu mau aku beliin apa?" Tawar Tania.

"Red bull, kalo ada. Atau kopi. Yang mana aja deh." Aku bahkan gak denger Tania bilang apa sesudahnya karna setelah mengucapkan itu, aku sudah tertidur.

Seseorang menepuk pundakku. Ah, rasanya aku baru saja tertidur. Aku memiringkan kepala agar bisa melihat siapa yang membangunkanku. Kuharap bukan Bu Fani.

"Kar, bel udah bunyi. Kamu masih ngantuk ya?" Aku mengangguk.

"Kamu mending tidur di UKS deh. Atau kamu mau di sini aja sambil di dongengin Pak Wahyu?" Aku tersenyum. Pelajaran sejarah memang selalu membuatku mengantuk. Tapi bukan berarti aku selalu ketiduran di jam pelajaran ini.

Aku dan Tania berjalan menuruni tangga dan menuju ruang UKS yang berada di pojok kanan gedung ini.

Beberapa junior menyapa kami. Ada beberapa yang kukenal. Entahlah, aku susah menghapal nama atau tempat.

"Permisi..." ucap Tania ketika kami memasuki ruang UKS. Ruangan itu kosong. Aku langsung menghambur ke kasur walaupun sedikit terganggu dengan bau apek.

Stockholm SyndromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang