"Farrel..." secara otomatis tangan Sena terulur untuk menggapai pangeran kecilnya
"Ada apa sayang?" Sena memangku Farrel, dan mengelus rambut anaknya dengan sayang.
"Aku dengel mama tadi teliak, aku takut. Mama gak papa kan?" Tanya Farrel polos khas anak kecil. Sena tersenyum lembut sambil mengusap pipi chubby Farrel
"Mama gak papa sayang, yaudah kalo Farrel takut, sini bobo sama mama" Sena membenahi selimutnya, dan Farrel pun berbaring di pelukan Sena.
Sena menatap anak semata wayangnya dengan tatapan yang saat ini pun ia belum mengerti arti tatapan itu sendiri. Baginya, Farrel adalah alasan ia tetap bertahan, tetap menjalani hidup yang menurutnya sama sekali tidak adil.
Tiba-tiba sekelebat ingatan pahit itu datang kembali, mengusik jiwa Sena yang kini membuat hatinya perih lagi. Kenangan yang sama sekali tidak ingin ia ingat, kenangan yang sama sekali tidak pantas dikenang.
Bulir air mata tak terasa jatuh, membasahi wajah cantiknya.
"Maafkan mama ya nak, belum bisa menjadi ibu yang baik untuk kamu...." ucapnya disela tangisannya yang tak bersuara.
----------
"Farrel, jangan lari nanti jatuh" Sena sedikit berteriak kepada Farrel yang saat ini tengah berlari kesebuah kedai kopi yang Sena tau sudah tidak asing bagi anaknya itu.
Teng
Suara lonceng yang sengaja dipasang di pintu kaca itu berbunyi diiringi deru nafas Farrel yang terengah.
"Om Agung!!" Agung yang berada di belakang mesin kasir pun tersenyum senang
"Hai jagoan om" ia segera keluar dari meja kasir dan menggendong Farrel.
"Udah pulang sekolah?" tanya Agung, Farrel mengangguk "Mama mana?" Belum Farrel menjawab, yang ditanyakan langsung muncul.
"siang Sen" sapa Agung
"siang" jawab Sena sekenanya. Agung menurunkan Farrel dari gendongannya.
"Masih kesal padaku?" Sena hanya
menatapnya sebentar "aku pesan Cocoa dan jika kau memberikan aku Latte lagi, aku akan benar benar marah padamu gung" Sena memberi peringatan, dan yang diberi peringatan tertawa"Hahah oke oke, aku tidak akan memberikan Latte lagi. Suci! Kesini sebentar" Agung memberi perintah
"Ya pak?"
"Tolong berikan nona Sena Cocoa dan satu kotak susu coklat untuk Farrel"
"Baik pak" Agung kembali fokus pada Farrel yang tengah bermain dengan robot Ultraman nya.
"Farrel" bisik agung
"Ya?" Farrel turun dari pangkuan Sena dan menghampiri Agung yang ada di depannya.
Agung membisikan sesuatu dan langsung dijawab mau oleh Farrel. Sena hanya menatap mereka bingung, sebenarnya apa yang mereka lakukan batinnya.
Lalu Agung beranjak dari duduknya dan membawa sebuah paper bag dari dalam ruangannya. Farrel berteriak senang hingga memeluk Agung.
"Farrel suka?"
"Suka, makasih om Agung" Sena tersenyum, dielusnya rambut hitam anaknya itu dengan sayang.
"Jadi ini yang membuat Farrel ngotot ke cafe mu?" Sena akhirnya angkat bicara. Agung mengangguk
"Kemarin waktu ke Hongkong aku melihat atribut Ultraman di pinggir toko. Aku jadi ingat Farrel, makanya aku memberikannya... ah sebentar, kopi mu sudah jadi" Agung beranjak dari duduknya, dan mengambil sebuah nampan dari meja kasir.
"Farrel, minum dulu susunya, abis itu baru main lagi" Sena memberitahu Farrel yang asik bermain bersama robot Ultraman nya.
"Farrel!!" Sena kembali memanggil Farrek tapi tetap tidak didengarkan
"Fa..."
"Farrel, mainannya udah dulu yuk, minum susu dulu baru nanti mainnya dilanjutin lagi" Farrel mengangguk, Agung pun mengelus kepala Farrel dengan sayang
"Anak pintar" Farrel duduk di pangkuan Agung sambil meminum kotak susunya.
"Kamu hebat gung. Aku yang notabene ibu kandungnya saja tidak didengarkan, sedangkan kamu?" Sena tersenyum tipis.
"Itu artinya Farrel membutuhkan seorang Ayah Sen" Agung menatap lurus bola mata Sena. Sena tertawa sinis
"Ayah? Bah...."
"Om sudah habis" perkataan Sena dipotong Farrel yang menyerahjan kotak susu kosong kepada Agung.
"Bagus, sekarang Farrel boleh main lagi. Tapi mainnya disini aja ya, jangan jauh-jauh" Farrel mengangguk
Agung menatap Farrel yang berlari kearah Suci-karyawannya dan beralih menatap Sena.
"Aku tau kau pasti marah dengan aku mengatakan seperti itu. Tapi tolonglah Sen.... pikirkan masa depan Farrel, dia benar-benar butuh seorang ayah saat ini. Jangan..."
"Farrel tidak butuh seorang Ayah. Aku bisa membesarkannya seorang diri tanpa bantuan siapapun!" Sena menatap Agung nanar, Agung menghela nafasnya.
"Selena! Dengan kau seperti ini sama saja kau menghancurkan hidup Farrel! Farrel tidak bisa tumbuh tanpa seorang ayah Sen.. jangan hanya karena masa lalu mu kau juga menyeret Farrel kedalam lukamu!"
"Kau juga perlu ingat! Farrel ada juga karena masa laluku!" di mata Sena terpancar amarah yang sangat dalam. Luka yang sangat perih, dan lubang yang sangat lebar.
"Selena! kau tau, kenapa aku selama ini memberikanmu Latte? Karena aku ingin kau melupakan Dave! Berhenti membencinya, Melupakan segala kenangan diantara kalian"
Sena tertawa pahit "kau kira semudah itu melupakannya? Melupakan semua yang terjadi diantara kami? Melupakan luka yang telah ia gores cukup dalam dihatiku? Kurasa tidak!"
"Baik, aku tidak melarangmu jika masih membencinya. Tapi satu hal yang harus kau ingat! Dave, tetaplah ayah Farrel. Dan kau tidak boleh melupakan itu! Aku permisi" Agung beranjak meninggalkan Sena yang setengah mati menahan marah dan perih dihatinya.
Dia melihat logo kedai kopi itu dengan mata yang berkaca-kaca.
Caffè Latte... dia yang memberikan nama itu kepada Agung 7 tahun lalu saat pria itu ingin membuka usaha kopi nya.Ia sangat menyukai Latte.. itu dulu... sebelum kenyataan pahit itu datang menghampiri Sena dan merubah seluruh kehidupan Sena. Baginya, Latte adalah secangkir kopi manis yang membawa kenyataan pahit didalamnya. Sena pun menggeleng, ingin menjauhkan ingatan pahit itu di kepalanya. ia pun memanggil Farrel
"Sayang... ayo pulang, sudah sore"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Mistake
Romance"You are never need me to be more colorful, because you have a lot of colors which can make another people around you to be happy." Agung Kurniawan "Rainy day in yesterday made me sad cause you leave me under the rain when I love you so much." Selen...