3. Maaf

85 9 0
                                    

Agung membuka pintu ruangannya pelan, kepala nya setengah mengintip ke arah luar, memastikan Sena sudah pergi dari kedai kopinya.

Ia kembali menutup pintunya, ia menghela nafas sambil memejamkan mata. Menyenderkan kepalanya dipintu Kenapa begitu sakit Tuhan? Batinnya.

Ia pun berjalan gontai ke arah kursinya, memijit pelipisnya yang sudah cenat cenut sedari tadi. Tiba-tiba ponselnya berdering, ia merogoh sakunya dan tertera nama yang dulu sangat tak asing baginya

Sheila

---------

"Saya harap, kalian bisa menutup kerugian perusahaan kita. Jika ide marketing kali ini bocor kembali, saya tidak akan segan segan untuk mengeluarkan siapa saja yang terlibat! Kalian boleh keluar!" Sena menghela nafasnya. Akhir-akhir ini otaknya seperti tidak dibiarkan untuk beristirahat.

Dimulai dari pertengkarannya tadi pagi dengan Agung, hingga masalah keuangan perusahaan tekstil nya.

"Cobaan apalagi ini Tuhan...." ia mendesah panjang, menyenderkan kepalanya dikursi kebesarannya.

Tok

Tok

"Siang bu Selena"

"Kenapa Vin?" Sena menegakkan kembali posisi duduknya.

Vino memberikan beberapa berkas ke Sena,"Perusahaan tekstil di Jerman, membalas email yang kita kirimkan"

"Benarkah? Lalu apa jawabannya" Wajah Sena langsung sumringah mendengar berita tersebut. Pasalnya sudah berbulan bulan perusahaan tekstil raksasa di Jerman itu menggantungnya

"Mereka menerima proposal yang kita ajukan, minggu depan wakil presdir mereka akan bertolak ke Jakarta. Untuk kedatangannya, mereka belum mengkonfirmasinya."

"Urus semuanya Vin, booking hotel yang terbaik di Jakarta, pokoknya jangan sampai mereka kecewa, karena hanya mereka lah yang bisa menyelamatkan kita" ujar Sena semangat

"Baik bu, oh iya, tadi pak Agung kemari dan menitipkan ini kepada saya, pak Agung bilang jika sudah membukanya tolong menghubunginya."

Sena memandangi paper bag yang dibawa oleh Gervino-sekretarisnya. Sebenarnya ia tidak ingin mengambilnya, tapi entah mengapa tangan itu sudah menggapi paper bag yang ada di depannya

"Terima kasih, kamu boleh keluar"

"Baik bu, saya permisi"

Ia akhirnya membuka bingkisan yang diberikan oleh Agung, terdapat sebuah surat kecil menggantung di ujung kotak bingkisan itu. Sena membukanya

Selena Monica..... maaf membuatmu marah(lagi). Aku tak berniat membuatmu sedih ataupun kecewa, Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk Farrel. Kau tau kan? Farrel sudah seperti anakku sendiri, aku juga tidak ingin kau terus sendiri.... jadi.... pertimbangkanlah saran sahabatmu ini ya? Semoga kau suka dengan parfum nya,dan sekali lagi maaf, aku menyayangimu.

Ps: kau pernah bilang foto kita dan Farrel hilangkan saat kau pindah rumah? Aku mencetaknya kembali, dan jangan sampai hilang lagi, oke?

My MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang