Mobil sedan putih yang ditumpangi Sena berjalan melesat melewati jalan tol yang terlihat lenggang.
Air matanya perlahan menetes, membentuk sungai kecil di pipinya yang tirus karena tak dapat dibendung lagi.
Dave..... kenapa kau datang lagi? Kenapa? Kenapa?....
Kata kata itu terus menggema didalam otak Sena.Ia pun menunduk dan semakin menunduk sampai pada akhirnya ia menumpukan wajah dipahanya dengan tangannya.
Tangisnya akhirnya pecah, mengeluarkan semua yang telah ia tahan dan ia pendam selama ini.
Setelah 6 tahun ia berusaha memperbaiki dan menutup lukanya dengan susah payah, kini hatinya hancur kembali hanya dalam hitungan detik.
Ia tak mengerti, ia juga tak paham pada dirinya sendiri mengapa dirinya seperti ini.
Vino hanya menatap atasannya itu dengan pandangan bingung dan juga sedih. Pasalnya ia tak pernah melihat bosnya itu menangis, apalagi sampai sesenggukan seperti itu.
Sebenarnya ia penasaran dan ingin bertanya. Tapi, ia tau ia tak berhak menanyakan itu. Akhirnya Vino pun diam, mendengarkan tangisan bos nya yang membuat siapapun yang mendengarnya ingin menangis juga, termasuk dirinya.
-----------
Agung mengendarai mobilnya dengan cemas, jari-jarinya tak berhenti mengetuk-ngetuk setir mobil itu berulang kali.
Agung mendapat kabar dari Vino bahwa Sena masuk Rumah Sakit karena pingsan setibanya dikantor.
Tanpa pikir panjang ia langsung meninggalkan kedai kopi nya dan menuju Rumah Sakit.
"Shitt!!" Agung mengumpat saat ia kalah cepat dengan lampu merah yang terlebih dahulu menyala.
Kondisi jalanan saat itu juga sedang padat-padatnya, ditambah jam pulang kerja dan gerimis yang membuat kepadatan jalan raya yang semakin merayap.
Bunyi klakson yang bersaut-sautan sangat amat jelas terdengar di telinga Agung. Membuat laki-laki 28 tahun itu semakin emosi.
Ketika lampu merah berubah menjadi hijau, Agung langsung menancapkan gas nya dan menembus kemacetan kota Jakarta dengan kecepatan yang cukup tinggi
---------
Sesampainya di Rumah Sakit, Agung langsung berlari menuju lift yang terletak didekat ruang Administrasi Rumah Sakit tersebut.
Bibirnya tak henti-hentinya berdoa supaya Sena baik baik saja.
Namun karena lift yang ia tunggu terlalu lama, akhirnya ia pun berlari lagi ke arah tangga darurat di ujung lobby.
Ia menaiki tangga dengan kecepatan penuh hingga lantai 4, nafasnya tersengal. Sejenak ia menumpukan tangan di lututnya untuk menormalkan nafasnya kembali.
Ia berjalan sambil memegang tembok menuju kamar Sena.
VVIP ROOM
Selena Monica (28)
FemaleAgung membaca papan nama berukuran kecil yang menempel disamping pintu coklat berkaca buram itu sambil menghembuskan nafasnya
Ia memejamkan mata sejenak dan membuka pintu itu perlahan.
Dilihatnya Sena yang tertidur dengan selang infus yang terpasang di pergelangan tangan kirinya.
Ada Vino disana yang duduk di sofa, tertidur sambil melipat kedua tangan di dadanya.
Agung pun menghampiri Sena dan duduk disisi kanan perempuan yang bisa dibilang selalu bersamanya.
Diusapnya kepala wanita itu dengan segenap kasih sayangnya. Di genggamnya jemari lentik yang dulu sering menyubit pipinya yang agak chubby.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Mistake
Romance"You are never need me to be more colorful, because you have a lot of colors which can make another people around you to be happy." Agung Kurniawan "Rainy day in yesterday made me sad cause you leave me under the rain when I love you so much." Selen...