"Siang dokter Agung." Sapa seorang suster saat Agung berjalan melewati mereka.
"Siang." Agung pun menundukkan kepalanya sedikit dan meneruskan perjalanannya menuju ruangannya. Saat ingin berbelok, suara seseorang yang memanggilnya."Agung!" Agung menoleh kesumber suara. Dian berlari kecil menghampiri Agung yang menyebabkan suara dari heels 5cm nya bergema disepanjang koridor rumah sakit.
"Ya, kenapa Di?" Dian menatap Agung dari ujung kaki sampai ujung rambutnya. Agung memaikai jas berwarna abu-abu dengan dalaman kemeja berwarna putih. Rambutnya pun digel rapi.
"Kau dari mana?"
"Ohh ada urusan tadi. Kenapa?" Sejujurnya Dian tidak puas dengan jawaban Agung, tetapi ia lebih memilih memendamnya.
"Nanti jam 2 ada rapat untuk operasi transplantasi hati anak dari pemilik rumah sakit. Dokter Arya memintamu datang untuk ke rapat nanti."
"Oh dia sudah mendapatkan donor?" Ujar Agung sambil masuk kedalam ruangannya dan melepaskan jasnya.
"Sudah."
"Kapan?" Agung pun mengambil jas putih dokternya yang menggantung disamping meja kerjanya.
"Seminggu yang lalu." Agung tersenyum kecil sambil merapihkan kerah kemejanya didepan kaca setinggi tubuhnya.
"Kau tau bapak Sulaiman?" Dian mengernyitkan dahinya.
"Pasien di kamar 215?" Agung menjentikkan jarinya dan berbalik menghadap Dian.
"Tepat sekali. Bapak Sulaiman sudah 3 bulan menjadi pasienku dan dia juga butuh donor hati untuk operasi transplantasi hatinya. Anak pemilik rumah sakit ini baru sekitar dua minggu kita tangani sudah mendapatkannya. Bahkan bisa dibilang kondisinya masih cukup stabil. Sedangkan beliau? Mungkin setelah ini bapak Sulaiman tidak akan bertahan lama."
"Agung! Jaga cara bicaramu." Agung malah tertawa dan mendekati Dian. Wajahnya berubah menjadi serius dan sedikit terpancar amarah dari matanya.
"Diandra. Jika kau ingin maju ke meja operasi gadis itu, silahkan. Aku tidak akan hadir di rapat itu. Aku akan terus berjuang untuk mendapatkan donor untuk orang-orang yang lebih membutuhkan. Dan kau sangat tau aku kan? Aku tidak suka berbasa basi hanya demi sebuah nama! aku harus pergi. Masih banyak pasien yang harus kutangani. Permisi." Agung pun meninggalkan Dian yang mematung dengan ucapan yang dilontarkannya.
Agung belum berubah. Masih peduli dengan orang-orang disekitarnya yang membutuhkannya. Agung selalu mencoba sekuat yang ia bisa demi menolong orang-orang yang tidak mampu. Karena Dian tau, Agung pernah diposisi itu. Dimana tiada seorang pun yang peduli akan dirinya dan keluarganya. Sampai dia bertekad akan menjadi salah satu orang yang mengabaikan kakek dan neneknya. Yaitu menjadi seorang Dokter.
*
"Kau kenapa Dave? Lesu begitu." Ujar Sheila saat dirinya sampai di kantor cabang perusahaan Dave di Jakarta.
Gadis itu meletakkan tas selempangnya yang berwarna pink muda diatas meja tamu diruang Dave. Lalu ia duduk sambil menyilang kaki menghadap Dave yang sedang membaringkan kepalanya di sandaran sofa.
"Apa kau tau Agung sudah mempunyai anak?" Sheila langsung menegapkan duduknya. Merasa terkejut tentang topik pembicaraan yang dibicarakan oleh Dave.
"Kau serius?" Dave pun mengangkat kepalanya dan membenarkan posisi duduknya. Ia mengambil cangkir kopi yang sudah dingin dan menyeruputnya sedikit.
"Aku tadi lihat dia bersama seorang anak kecil ya berusia sekitar 5 tahunan lah dikantor Sena." Pandangan Sheila langsung terkunci dicangkir Dave yang laki-laki itu letakkan di meja.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Mistake
Romance"You are never need me to be more colorful, because you have a lot of colors which can make another people around you to be happy." Agung Kurniawan "Rainy day in yesterday made me sad cause you leave me under the rain when I love you so much." Selen...