Tiga

1.9K 150 0
                                    

Begitu Bella mengiyakan, Edwina langsung menghubungi keluarga orangtua kandung Bella untuk menjelaskan bahwa keponakan mereka akan menikah. Kebetulan kakek dan nenek dari mama dan papanya sudah tidak ada. Bagaimanapun ia ingin bukan saja mengabari tapi melakukan prosedur dengan benar sekalipun pernikahan sudah dipastikan. Tentu saja bagian paling tidak mengenakkan adalah memberitahu Hermina.

Edwina dan suaminya bisa melihat sikap ikut berbahagia Hermina punya maksud tersembunyi walau sempat memandang rendah dan menuduh Bella berbuat yang tidak – tidak. Bagas yang saat itu juga ada disana dan ikut mendengarkan untuk pertama kalinya ingin menonjok seseorang.

Untungnya wajah Bagas tetap datar seperti biasa walaupun Bella bisa melihat kalau cowok itu marah sekali dan berusaha menahannya. Entah apa jadinya kalau saat itu Bella tidak memegang erat belakang kemeja Bagas.

Keluarga mama dan papa Bella senang keponakannya tidak sendirian saja mengingat mereka tinggal terpisah jauh sekali. Acara lamaran pun diadakan di rumah Edwina dan Bima demi kepraktisan. Begitu selesai lamaran, esok harinya Bella dan Bagas langsung mengurus surat – surat yang diperlukan untuk menikah.

Dan sambil menunggu semua beres, Bella diajak Edwina untuk membeli kebaya pengantinnya di toko khusus baju pernikahan baik tradisional maupun gaun ala barat. Sebetulnya Edwina ingin menjahitkan saja tapi waktunya terlalu mepet, akhirnya diputuskan untuk beli yang sudah jadi saja.

"Tapi, Tante...kan enggak rame – rame katanya..." Bella berusaha protes. Ia sungkan dan segala perasaan lain campur aduk.

"Sayang, menikah itu kan sekali untuk seumur hidup." Kata Edwina.

Bella mengerti itu, lalu ia ingat, ya tentu saja biarpun kebaya yang akan dipakai hanya untuk sekali seumur hidup dan hanya beberapa jam yang seharga tiga juta sekalipun tetapi itu wajar saja karena keluarga barunya itu bukan dari keluarga ekonomi menengah ke bawah melainkan atas.

Saat ini mereka baru saja meninggalkan toko. Hanya berdua. Bagas yang rencananya hanya pakai setelan jas saja, tidak ikut hari ini karena ada kuliah. Besok rencananya Edwina dan Anggun baru akan datang lagi untuk membeli kebaya mereka. Sepertinya bersama Arina juga. Bagas juga akan ikut serta untuk membeli setelan jasnya, awalnya ia memaksa mamanya untuk memakai yang sudah ada. Tapi dengan alasan yang sama seperti yang dikatakannya kepada Bella, Edwina memaksa anaknya untuk membeli setelan jas baru untuk pernikahannya.

Bella masih tak percaya kalau sebentar lagi ia akan menikah.
"Bel, kalau bisa kamu ke spa ya, Sayang?" saran Edwina sambil membuka pintu mobil.

"Ke spa, Tante?" Tanya Bella sambil membuka pintu mobil yang satunya dan masuk.

Edwina yang sudah di dalam mobil langsung menutup pintu dan menyalakan mesinnya begitu Bella sudah masuk dan memakai sabuk pengamannya. "Iya dong. Namanya menikah ya tetap menikah, apapun bentuknya. Kan?"

"Ya tapi..."

"Biar kinclong." Edwina tersenyum tanpa bermaksud menggoda. "Biar bersih, cantik dan bersinar. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kan buat sekali seumur hidup? Biar di foto juga hasilnya bagus, kan mau dibawa ke Singapura juga. Minggu depan ya kita spa bertiga? Tante, kamu dan Anggun."

Bella hanya diam. Ia tidak bisa menolak maupun mengiyakan.
Sekarang mereka sedang dalam perjalanan menuju kampus Bagas. Mereka akan membeli barang – barang seserahan sekaligus memilih cincin kawin. Hari ini Bagas sengaja dilarang bawa mobil sendiri dan berangkat bersama Bagus, jadi pulangnya mereka bisa pergi bersama – sama.

Tak sampai satu jam CR-V Edwina sudah nangkring manis di tempat parkir kampus dan menunggu Bagas yang baru akan selesai sekitar setengah jam lagi katanya. Ia hanya membuka kaca mobil saja.

BAHAGIA BUAT BELLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang