Hari pertama les bahasa Inggris, Bella agak gugup karena merasa paling bodoh sendiri. Tapi karena metode pengajarannya menyenangkan perlahan rasa itu hilang. Ada juga sedikit rasa minder karena mayoritas teman – teman sekelasnya berasal dari golongan keluarga menengah ke atas. Ia merasa sebagai orang luar, walaupun tak pernah menunjukkan sikap itu ataupun perasaannya.
Bagas dan Bagus menegurnya ketika ia ceritakan hal itu. Mereka menyuruhnya mensyukuri rejeki yang sedang dimilikinya, bagaimanapun bentuknya.
Kata Bagas, belajar bahasa asing terutama Inggris dimanapun sama saja. pada dasarnya semua gurunya pasti kompeten di bidangnya. Tapi kalau punya kesempatan belajar langsung dengan guru natif, kenapa tidak diambil saja?
Kemudian pada hari sabtu, minggu pertama di bulan berikutnya, Bella berangkat bersama Bagas dan Bagus les bahasa Perancis di Pusat Kebudayaan Perancis yang dulunya bernama CCCL kini berganti nama menjadi IFI.
Sampai di tempat les, masih belum ada yang datang.
"Aduh, aku gak pede. Nanti tambah kliatan blo'onnya." Gumam Bella saat menunggu bersama si kembar.
Bagus ngakak. "Ma belle, kamu nih suka mikirnya gitu sih. Gak sesusah itu kok. Mirip – mirip cara baca bahasa Indonesia kok."
"Bukannya Inggris ya?" Tanya Bella kaget.
"Itu juga kalo kamu udah tahu cara bacanya dengan benar, pasti gampang kok. Jadi saranku, kamu ingat – ingat tuh cara bacanya."
"Udah, dibawa santai aja." Ujar Bagas menambahi. "Banyak kok yang gak bisa sama sekali. Baru pertama belajar, itu wajar kok. Tenang aja. Yang udah lama belajar aja banyak yang masih gak bisa juga ada kok."
"Iya?" Bella tak percaya.
"Tergantung niat sama kerja keras."
Tak lama kemudian satu persatu siswa datang, entah yang baru entah yang lama. Dan...
"Hai, Gas, Gus!" sapa suara perempuan yang sepertinya dikenal Bella. Ia yang membelakangi si pemanggil, menoleh untuk melihat siapa itu.
Latonia!Latonia juga tampak kaget melihat Bella, kemudian biasa lagi. Ia tersenyum dan bergabung dengan mereka.
"Bella ikut?" tanyanya.
"Non. Elle va apprendre le Français." Bagus yang menjawab.
"Vraiment?" Latonia memandang Bella kaget lalu kembali tersenyum. "Ah, bon."
Bella yang mendengar percakapan singkat itu hanya bisa bengong karena tidak mengerti apa artinya.
"Bienvenu à IFI." Ucap Latonia.
Bella menggeleng sambil tersenyum yang dibalas senyuman oleh Latonia.
"Ini Bagas atau Bella nih yang gak pengen pisah?" goda Latonia.
"Biar dia enggak cuma di rumah aja. Kuliah juga masih tahun depan." Jawab Bagas diplomatis.
"Yakin?"
"Ya menurutmu?"
"Widih...ciee..ciee..."
Akhirnya teman – teman mereka juga mulai berdatangan dan beberapa diantaranya bergabung di meja mereka. Tentu saja Bella diperkenalkan kepada mereka juga dan hampir semuanya kaget mendengar statusnya sebagai istri Bagas.
"Jadi, kalian – kalian yang ngefans Bagas, mulai sekarang ngefans aku aja. Kan mukanya sama. Bagas kan udah disegel, lha aku kan belum. Okeee?" ujar Bagus promosi diri.
"Yeee...maumu! Muka e emang sama tapi kelakuan ndak isa bohong. Kamu pecicilan e." sahut salah seorang.
"Lho, demi kalian, aku dan Bagas menampilkan karakter masing – masing. Wong yang kayak gini aja kalian masih suka salah seh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BAHAGIA BUAT BELLA
General Fiction(SUDAH TERBIT Di Playstore/Playbook) Ketika BELLA ROSA THAMRIN harus kehilangan mama dan rumahnya, ternyata masih ada yang sayang padanya. Edwina, sahabat mamanya langsung mengajaknya tinggal bersama. Tapi karena Edwina harus ikut suaminya tugas ke...