Bella membantu Bagas membereskan meja makan dan mencuci peralatan makan malam mereka. Ia harus memaksa dulu dengan alasan biar cepat selesai karena sebelumnya Bagas ngotot melarang dan akhirnya mengalah.
Setelah semua selesai, Bella dan Bagas memutuskan nonton TV."Mas Bagas..." panggil Bella nyaris berbisik.
"Uhm?" sahut Bagas sama pelannya sambil menoleh sekilas.
"Makasih banyak ya buat semuanya."
"Aku enggak bikin apa – apa kok. Cuma beli bunga sama kalung. Makasihnya buat Bagus aja. Dia yang siapin semuanya." Kata Bagas merendah.
"Sama – sama deh. Semuanya."
"Berarti kalo aku ulang tahun nanti kejutannya harus heboh ya?" pinta Bagas setengah menggoda.
"Kok gitu?"
"Eh, jangan deh. Yang biasa aja. Soalnya itu juga hari ulang tahun Bagus. Kamu kan istriku."
"Eh?" Bella langsung bengong mendengarnya tapi tak lama ia tersenyum geli.
"Iya dong. Aku juga gak mau ya kembaran sama dia."
Kalau tadi Bella hanya tersenyum sekarang ia terkekeh. "Ya kan kembar."
"Bukan anak kecil lagi, tau!" sungut Bagas tak terduga.
"Iya deh."
"Hmm...pinter." Bagas mengangguk puas.
"Yeee..."
"Kita jarang ngobrol kayak gini ya?" kata Bagas tiba – tiba.
Bella mengangguk.
"Banyakan aku yang perintahin kamu ini, itu ya...maaf."
"Eh?" Bella menggeleng. "Ah, enggak juga..."
Bagas melirik tak percaya. "Jujur aja deh."
"Agak bossy sih iya...hehehe..."
Bagas tersenyum. Lalu, "Besok aku perlu ikut atau anterin kamu aja?"
"Kok gitu?" Tanya Bella kaget.
"Ya kan girl's day. Adanya cewek – cewek mulu, takutnya ganggu kalian gossip."
"Iiih...memangnya kita tukang gossip. Sembarangan!" gerutu Bella. "Ikut aja. Sama Mas Bagus kalo mau. Kan jadinya gak sendirian."
"Hmm...iya ya. Oke deh nanti aku bilangin dia."
Dan sisa malam itu sampai waktunya pergi tidur, untuk pertama kalinya Bella dan Bagas menghabiskan waktu dengan mengobrol santai tanpa tujuan.
Jarum jam menunjuk angka sepuluh lebih sepuluh ketika Bella akhirnya naik ke kamarnya. Bagas masih tinggal, melanjutkan nonton TV yang tinggal sedikit lagi.
Lima menit kemudian Bagus pulang. Ia hanya menyapa saudara kembarnya ala kadarnya tanpa semangat seperti biasanya dan langsung naik ke kamarnya.
Bagas hanya bisa memandang heran sambil mengernyitkan keningnya. Sesuatu terjadi pada saudara kembarnya dan ia merasa tidak akan menyukainya. Tanpa menunggu lagi ia bangkit dan mematikan TV kemudian menyusul Bagus. Terkadang mereka saling memberi waktu bagi yang lain untuk menenangkan diri dulu tapi ada kalanya tidak seperti kali ini, apalagi ketika ia merasa tahu apa yang dirasakan saudara kembarnya.
Ia mengetuk pelan kamar Bagus. Tidak terkunci. Ia pun masuk, menutup pelan dan bersandar di pintu dengan kedua tangan terlipat di dada dan hanya memandang kembarannya dengan sabar.
Bagus balas memandang. "Ouh..." keluhnya. "Bisa kan aku sendirian dulu?"
Bagas menggeleng. "Lebih baik kita selesaikan sekarang. Aku merasa gak akan suka mendengarnya, jadi kita selesaikan sekarang."

KAMU SEDANG MEMBACA
BAHAGIA BUAT BELLA
Beletrie(SUDAH TERBIT Di Playstore/Playbook) Ketika BELLA ROSA THAMRIN harus kehilangan mama dan rumahnya, ternyata masih ada yang sayang padanya. Edwina, sahabat mamanya langsung mengajaknya tinggal bersama. Tapi karena Edwina harus ikut suaminya tugas ke...