Bagas mengijinkan Bella ikut Bagus ke toko kue mama mereka. Tapi harus naik mobil saja. Karena motor Bagus adalah motor cowok. Akhirnya Bagus dan Bella pergi dengan CR-V hitam mama yang menganggur.
"Kenapa tadi enggak pake matix yang di rumah aja?" Tanya Bella di tengah perjalanan.
"Ya ampun... Iya, lupa. Kamu kok baru ngomong sekarang sih, Bel?" ujar Bagus.
"Ya baru ingetnya sekarang."
"Gak apa deh, sudah terlanjur juga. Si Bagus jagain kamu banget ya."
"Iya." Bella memang merasa beruntung ternyata Bagas orangnya perhatian.
"Nanti kita ke outlet yang di mall dulu ya, baru ke toko pusat."
"Oke."
Jalanan agak macet karena jam orang pulang kerja. Setelah kenyang di jalan, akhirnya sampai juga di mall yang dimaksud.
Dan baru saja menginjakkan kaki di dalam mall, sudah ada yang memanggil.
"Bagus! Gus!"
Bagus berhenti dan menoleh ke asal suara lalu melambaikan tangan sambil tersenyum.
Ada tiga cowok dan dua cewek mendekat.
"Siapa tuh, Gus? Pacar baru nih?" goda seorang cowok berwajah oriental.
"Bisa saja kamu, Den!" sahut Bagus tetap tersenyum.
"Jadi, pacar baru nih?" yang ini cowok cakep khas Jawa dengan tinggi dan postur ideal.
Bagus menggeleng pelan. "Bukan. Semuanya, ini kenalin, Bella, istrinya Bagas."
"Bagas?!" ulang mereka serempak.
Bagus seolah tak peduli dengan kehebohan yang ada di depanya. "Dan Bel, cowok oriental itu Dennis, yang tinggi ini Irsyad, sebelahnya itu Gio. Kalo yang cewek dikuncir itu Sasa dan yang pake hijab Rashida."
"Halo semua. Bella." Bella yang dari tadi hanya tersenyum sambil memperhatikan saja, langsung menyalami mereka satu persatu.
"Kapan nikahnya? Kok aku enggak diundang?" protes Irsyad.
"Sebelum Papa – Mama ke Singapura. Memang gak rame – rame soalnya Mamanya Bella baru meninggal. Papanya juga sudah meninggal jadi dipercepat."
Bella tak tahu harus bagaimana mengucapkan terima kasih kepada Bagus atas karangan ceritanya yang tak sepenuhnya bohong.
"Ya, tapi minimal kan aku dikasih tahu." Irsyad masih tidak terima.
"Maaf." Ucap Bella.
"Ye...siapa elo? Miapa coba aku undang kamu?" ledek Bagus.
"Terus kalian mau kemana?" Tanya Sasa.
"Mau ke toko kuenya Mama. Ngecek disana. Karena Bella kan menantu baru, makanya aku ajak." Jawab Bagus.
"Bagasnya kemana?" Tanya Rashida.
"Dia ada kerjaan."
"Oh."
"Kalian mau ikut?"
"Dikasih gratisan gak?" celetuk Gio.
"Enak aja! Kalian sendiri mau apa?"
"Nonton. Mau ikut?"
"Aku kan kesini mau kerja. Si emak minta laporannya tiap hari nih."
"Hahaha..." Dennis tak bisa menahan tawanya. "Yawes, jadi anak baik saja sana."
"Bella ikutan kita juga boleh, entar kita anterin ke kamu deh." Ajak Sasa.
"Aku sih gak apa – apa, tapi kalo Bagus tiba – tiba nyariin bininya? Lain kali saja deh kita pergi sama – sama."
"Ya udah, kita duluan ya..." Irsyad mewakili yang lain pamit.
"Aduh, mereka itu malu – maluin!" gerutu Bagus. "Maaf ya, Bel."
"Gak apa kok. Tapi kok mereka kelihatan kaget dengar Mas Bagas udah nikah?"
Bella dan Bagus meneruskan perjalanan mereka menuju outlet kue mereka.
"Mereka itu udah pernah ketemu Bagas. Kalo Irsyad memang udah akrab. Yach, kamu tahu sendiri sifat Bagas gimana, jadi ya kaget dong dengar Bagas nikah."
"Kalo yang nikah Mas Bagus, mereka gak bakalan kaget juga?"
"Gak sekaget itu."
Bella mencibir tak percaya.
Mereka menuju outlet sambil mengobrol macam – macam. Dan setelah berjalan agak lama, akhirnya sampai juga.
Sebelum melakukan pekerjaannya, Bagus memperkenalkan Bella kepada seluruh pegawai. Dan seperti biasa setiap ke toko kue, Bella selalu tergiur dengan aroma dan bentuk kue yang lucu – lucu.
"Ehm, Mbak, disini ada yang memang khas outlet ini atau semua sama dengan di toko pusat?" Tanya Bella kepada salah satu pegawai. Seorang gadis manis yang kebetulan berdiri dekat dengannya.
"Ada. Blondies yang disitu." Jawab gadis itu sambil menunjuk kue yang dimaksud.
Mas Bagas suka gak ya? pikir Bella.
"Satu deh, Mbak."
Ketika Bella mengeluarkan uang dari dompetnya, Bagus yang sedang mengecek pembukuan melihatnya.
"Kamu mau beli apa, Bel?"
"Blondies."
"Blondies? Blondies yang disitu?" Bagus menunjuk salah satu rak.
Bella mengangguk.
"Aduh, Bel, gak usah bayar kali. Biar masuk bon keluarga."
"Tapi, Mas..." Bella jadi merasa tidak enak.
"Mbak, masukin di tempat biasanya ya?" pinta Bagus kepada kasir.
"Iya, Mas." Sahut kasir.
Bella tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya ketika menyimpan kembali dompetnya dan menerima kantong kue dari kasir.
"Makasih." Ucapnya dengan senyum sungkan.
Cukup lama Bagus mengecek outlet karena ternyata ada sedikit masalah dengan peralatan. Setelah beres, mereka langsung ke toko pusat.
Karena Bella sudah pernah datang beberapa kali sebelumnya, para pegawai langsung menyapanya dulu. Tapi beberapa mengira ia datang bersama Bagas.
Kali ini Bella tidak ingin hanya menuggu di kantor seperti biasanya. Sementara Bagus melakukan tugasnya, ia minta diijinkan membantu di belakang counter dengan alasan mau sekalian belajar.
"Ya udah, kalo capek langsung istirahat di kantor aja ya?"
"Oke." Bella meletakkan tas dan blondiesnya di sofa yang ada di kantor dan segera membantu di depan. Salah seorang memberinya celemek lalu mendampinginya untuk mengajari apa saja yang harus dilakukan atau memberitahu roti apa, dimana dan berapa harganya.
"Mbak, saya minta ombre yang ukuran sedang itu." seorang pembeli cantik menunjuk salah satu roti di etalase. "Lho, Bella?"
Latonia!
Bella yang hendak mengambilkan ombre kaget lalu tersenyum. "Hai." Sapanya. Ia pun kembali mengambil ombre yang dimaksud.
"Kamu disini? Sama Bagas?"
Bella menyerahkan ombre ke kasir. "Enggak. Dia ada kerjaan. Aku sama Mas Bagus."
"Oh."
"Mbak sendirian?"
"Iya. Mau beliin buat Mama."
"Ultah?"
"Enggak."
"Mau aku panggilin Mas Bagus?"
"Jangan deh, dia pasti lagi sibuk. Titip salam aja ya?" Latonia membayar di kasir dan, "Duluan ya, Bel..."
Bella membalasnya dengan lambaian tangan. Kemudian kembali membantu melayani pembeli yang lain. Dan karena baru pertama kali, ia melakukannya sedikit kaku dan lambat tapi untungnya tidak salah. Dan nyaris tidak bertemu Bagus.
"Mbak Bella," panggil Jenny, sekretaris manajer. "Disuruh istirahat dulu sama Mas Bagus. Sudah dibuatkan minum juga."
"Ditinggal aja, Mbak," kata pegawai yang dari tadi menemani Bella. "Sudah tidak serame tadi kok."
Bella pikir juga begitu, ia pun pamit masuk ke kantor dulu.
Di kantor, Bella melihat Bagus sibuk di depan laptop mengerjakan laporan.
"Hai, Bel. Sebentar ya?" Bagus hanya melihat iparnya itu sekilas. "Itu, di meja minuman kamu."
"Santai aja." Bella duduk di sofa dan mengambil cokelat hangat di meja. Lalu ia memeriksa ponselnya.
Ada miscall lima kali dan sms dua kali. Semua dari Bagas. Sms pertama tanya ia sedang apa. Yang kedua, kalau masih di toko, ia bakal nyusul.

KAMU SEDANG MEMBACA
BAHAGIA BUAT BELLA
General Fiction(SUDAH TERBIT Di Playstore/Playbook) Ketika BELLA ROSA THAMRIN harus kehilangan mama dan rumahnya, ternyata masih ada yang sayang padanya. Edwina, sahabat mamanya langsung mengajaknya tinggal bersama. Tapi karena Edwina harus ikut suaminya tugas ke...