Lima

1.9K 146 0
                                        

Bella mengetuk kamar Bagus. Ia sendiri menempati kamar Anggun yang kosong dan mengembalikan kamar tamu seperti kondisi dan fungsi semula.

"Masuk, Bel." Sahut Bagas dari dalam.

Bella masuk dan melihat Bagas tengah berkutat dengan laptopnya. Ia ragu. "Sibuk gak?"

"Ada apa, Bel? Ngomong aja."

Bella menutup pintu dan duduk di atas tempat tidur yang sudah kembali maskulin seperti semula. "Masalah les kemarin..."

Bagus masih sibuk dengan laptopnya dan tak memandang Bella sedikitpun. "Kenapa?"

"Mas Bagas memang ada rencana kerja di Unesco atau Unicef gitu?"

Tangan Bagas yang tengah mengetik berhenti dan ia memandang Bella. "Itu? Iya sih, pengennya. Kenapa?"

"Gak apa - apa sih...Cuma..."

"Gini ya, Bel, aku minta kamu les Inggris itu buat kamu sendiri, kalo Perancis buat ngisi waktu aja."

Bella mengangguk. "Gitu ya?"

"Oh ya, mulai besok sore aku ngajar privat. Gak apa - apa ya kamu makan malam sendiri. Soalnya Bagus juga harus ke toko kue."

Bella mengangguk lagi. "Iya, gak apa. Ehm...oke deh, aku les Inggris sama Perancis." Katanya setengah berbisik.

"Apa?"

"Aku mau les Inggris sama Perancis."

Bagas terdiam sejenak dan menatap Bella serius. Lalu, "Oke. Kamu mau daftar sendiri atau sama aku?"

"Sama Mas Bagas aja."

"Ya udah. Aku cari waktu dulu ya, nanti baru aku antar kamu."

"Oke."

"Ya udah, aku mau lanjutin ngerjain tugas dulu. Ehm, Bel, bisa minta tolong bikinin teh anget?"

"Oke." Bella beranjak dari tempatnya dan keluar.

Bagas kembali berkutat dengan laptopnya.

Di bawah, Bella bertemu Bagus yang baru pulang.

"Mas Bagus? Mau teh anget? Kebetulan aku baru mau bikin buat Mas Bagas."

"Boleh deh, Bel. Aku ganti baju dulu."

Bagus naik ke kamarnya dan Bella ke dapur. Tak lama kemudian Bagus turun lagi dan menunggu di meja makan.

"Bagas lagi apa?"

"Lagi ngerjain tugas."

Setelah menunggu beberapa saat, teh anget pun jadi. Ia letakkan milik Bagus di meja makan lalu mengantar punya Bagas ke kamarnya.

"Kamu sudah makan?" Tanya Bagus setelah Bella kembali ke bawah dan menemaninya di ruang makan.

"Sudah sama Mas Bagas tadi. Dia yang masak malah."

"Nasi goreng?"

"Iya."

Bagus tersenyum. "Mulai besok kamu bakal sering makan sendiri, enggak apa - apa?"

"Gak apa. Tadi Mas Bagas sudah bilang kok."

"Oh..." Bagus manggut - manggut. "Dulu, dari SMP - SMA Bagas itu atlit basket tapi pas tahun terakhir SMA, kakinya cedera. Padahal banyak yang tertarik sama kemampuannya. Untungnya dia jago main piano bahkan jadi guru privat. Eh, setahun lalu kecelakaan dan gak bisa main piano lagi. Ngajar pelajaran sekolah, ditaksir muridnya jadinya ia jengah. Apes terus nasibnya, makanya dia lebih sering di rumah."

"Oh, gitu ya..." hati Bella langsung mencelos mendengar penuturan Bagus tentang kembarannya. Apa itu sebabnya Mas Bagas menyuruh aku menikmati hari - hari santaiku selagi bisa?

BAHAGIA BUAT BELLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang