Di hari yang sudah ditentukan, perasaan Bella semakin tak karuan. Ia cemas dan panik. Untung saja ada Vivia yang menemani, apalagi Vivia adalah satu - satunya teman yang diundangnya. Ada Arina juga yang cantik dengan kebaya modern warna pink kembaran dengan Anggun. Bagas sendiri juga hanya mengundang satu sahabat dekatnya, Marco. Lalu ada Latonia yang juga dekat dengan Bagus.
Tetangga dari rumah lama diundang untuk ikut menyaksikan, sedangkan tetangga yang sekarang yang merupakan tetangga Edwina dan Bima yang diundang hanya satu blok saja. Sisanya hanya saudara - saudara kandung dari pihak mama dan papa Bella beserta keluarga, lalu keluarga dari pihak Bima dan Edwina. Keluarga papa tiri Bella hanya Hermina sekeluarga. Edwina memang sengaja mengaturnya begitu. Sisanya adalah beberapa orang dari kantor Bima. Dan jumlah seluruhnya ternyata tidak sampai 300.
Sesuai janji Edwina, tidak ada pesta sama sekali. Hanya upacara dan tasyakuran kecil - kecilan. Dan hanya sampai orangtua Bagas berangkat ke Singapura, Bella akan tidur satu kamar dengan Bagas.
"Bel, sudah waktunya." Kata Edwina masuk ke kamar Bella.
"Iya, Tante." Bella mengangguk. Wajahnya pucat.
"Panggil Mama dong, Sayang." Edwina tersenyum bahagia. Ia memeluk Bella. "Sudah, sudah, semua pasti baik - baik saja. Mamamu pasti senang." Lalu ia melepas pelukannya dan membimbing Bella keluar kamar diikuti Vivia dan Arina.
Di ruang tamu, Bagas yang melihat kedatangan Bella yang tampak cantik dengan kebaya putihnya tapi kelihatan pucat pasi itu langsung menyambutnya, yang langsung ditanggapi dengan godaan oleh seluruh keluarganya termasuk keluarga besarnya sendiri.
Bagas yang sendirinya dalam hati juga gugup tapi berhasil menutupinya menggandeng Bella dengan erat. Ia tersenyum menenangkan Bella. Senyuman paling manis dan tulus yang diterima Bella.
Beberapa saat kemudian acara dimulai, dan...
"Saya terima nikah dan kawinnya Bella Rosa Thamrin binti Rafan Thamrin dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" ucap Bagas lantang dan mantap sekali tanpa pengulangan.
Seluruh yang hadir terutama Edwina, Bima, Bagus, Anggun, Vivia, Marco dan Bella juga Bagas sendiri menghembuskan kelegaan.Bella tak kuasa menahan air matanya dan semakin berderai ketika saling menyematkan cincin pernikahan, kemudian mencium tangan Bagas dan dibalas dengan kecupan di kening.
"Anakku." Edwina juga tak kuasa menahan haru ketika Bella mencium tangannya dan Bima.
Karena make up Bella rusak oleh air mata, semua orang terpaksa menunggu sejenak perias pengantin memperbaikinya dulu. Setelah itu baru dilanjutkan lagi acaranya termasuk tanda tangan surat nikah dan foto bersama.
Setelah beramah - tamah dengan semua tamu dan saling berkenalan dengan anggota keluarga yang lain, Bagas mengajak Bella yang masih kelihatan pucat itu naik ke kamar mereka.
"Anggun, nanti tolong antar makanan sama minuman buat Mbak Bella ke kamar ya?" pinta Bagas ketika bertemu adiknya di depan tangga.
"Oke. Ihi...cuit, cuit." Goda Anggun.
Bella berusaha tersenyum.
"Ayo, Bel." Satu tangan Bagas merangkul pundak Bella, satunya memegang tangannya karena takut istrinya itu pingsan. Sementara tangan Bella yang bebas sedikit menarik jariknya karena susah untuk dipakai menaiki tangga.
Masuk ke kamar Bagas, Bella hanya bisa berseru kaget karena kamar bernuansa maskulin itu kini tampak cantik dengan kombinasi warna pink dan putih. Bunga segar dimana - mana, terutama mawar merah dan putih.Bagas menutup pelan pintunya. "Kamu duduk aja di tempat tidur. Sandaran."
"Nanti kita tidur sekamar?" Tanya Bella tanpa sadar.
![](https://img.wattpad.com/cover/63851017-288-k84042.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BAHAGIA BUAT BELLA
General Fiction(SUDAH TERBIT Di Playstore/Playbook) Ketika BELLA ROSA THAMRIN harus kehilangan mama dan rumahnya, ternyata masih ada yang sayang padanya. Edwina, sahabat mamanya langsung mengajaknya tinggal bersama. Tapi karena Edwina harus ikut suaminya tugas ke...