pt. 3 - Why?

2.5K 215 7
                                    

Seungcheol pun bangun dari posisinya dan menoleh ke arah Jeonghan. Jeonghan kaget dan takut secara bersamaan, takut Seungcheol marah padanya. Tetapi setelah itu Seungcheol malah menatap keluar jendela-lagi.

Jeonghan menghela nafas lega. Ia pikir Seungcheol akan memarahinya. Entahlah, Jeonghan rasa ia kurang beruntung mendapat teman sebangku seperti Seungcheol.

Tak terasa, waktunya pulang tiba. Para siswa langsung berhamburan keluar kelas setelah bel pulang berbunyi. Tersisa Jeonghan dan Seungcheol yang masih duduk di bangkunya. Keduanya terdiam. Berkutat pada pikiran masing-masing.

"Oppa! Lama sekali! Ayo pulang." Jeonghan dikagetkan oleh suara adiknya, Jeongah. Jeongah terlihat kesal karena harus menunggu bahkan sampai menyusul ke kelas kakaknya. Jeonghan segera mengemasi barang-barangnya.

"Umm... Seungcheol-ah kau tidak pulang? Aku duluan ya?"

"Hmm" sahut Seungcheol. Jeonghan terdiam.

"Sampai ketemu besok, Seungcheol-ah" Jeonghan berjalan menuju adiknya. Tetapi Seungcheol memanggil namanya sehingga Jeonghan berhenti dan menoleh.

"Berhentilah seolah kau temanku, jangan bersikap ramah padaku."

Jeonghan berusaha mencerna apa yang dikatakan Seungcheol. Kenapa? Kenapa Seungcheol berkata seperti itu? Jeonghan hanya mengedipkan matanya beberapa kali.

"Kenapa? Bukankah kita memang teman?"

"Pulanglah."

Jeonghan bingung. Tapi suara Jeongah menyadarkannya untuk segera pulang. Akhirnya Jeonghan meninggalkan kelas dan meninggalkan Seungcheol sendirian.

"Bodoh! Apa yang kau lakukan Choi Seungcheol aish" kata Seungcheol pada dirinya sendiri.
Seungcheol segera mengambil tasnya dan meninggalkan kelas.

***

"Kami pulang" kata Jeonghan dan Jeongah bersamaan.

"Ah akhirnya kalian pulang, bagaimana hari pertama kalian?" Sang ibu langsung memeluk anak perempuan kesayangannya.

"Sangat menyenangkan eomma! Teman-teman sekelas sangat baik." Jawab Jeongah.

"Bagaimana denganmu Jeonghan?"

"Tidak buruk eomma." Jawab Jeonghan singkat.

"Baiklah, kalau begitu kalian segera mandi dan kerjakan tugas kalian. Eomma akan menyiapkan makan malam. Kalau sudah siap eomma panggil."

"Arraseo eomma" jawab kedua anaknya. Keduanya langsung naik ke kamar mereka masing-masing.

Sesampai dikamar Jeonghan langsung merebahkan dirinya di kasur kesayangannya. Jeonghan terdiam, ia hanya memandang langit-langit kamarnya. Sekelibat ingatan tentang kejadian di kelas muncul di kepalanya. Ia bingung, kenapa Seungcheol tidak mau menganggapnya sebagai teman.

"Dosa apa yang kulakukan padanya? kenapa dia seperti membenciku? Kenal saja baru hari ini huh"
Jujur saja, dirinya kesal pada sikap teman sebangkunya itu.

"Hmm... Lihat saja nanti Choi Seungcheol." Bukan Jeonghan namanya kalau gampang menyerah.
Jeonghan beranjak dari kasurnya dan pergi mandi. Ia rasa badannya lengket setelah seharian sekolah.

"Jeonghan-ah, kau sudah mandi? Makan malamnya sudah siap" ibunya mengetuk pintu kamar. Jeonghan baru saja keluar dari kamar mandi dan menyisir rambutnya yang masih basah.

"Ne eomma, aku akan turun sebentar lagi."

"Baiklah"

Setelah makan malam dan mencuci piring Jeonghan langsung naik ke kamarnya. Dia ingin segera tidur.
Tetapi sesampainya di kasur kesayangannya, ponselnya berbunyi menunjukkan ada pesan masuk. Jeonghan mengambil ponselnya di meja dekat kasurnya dan melihat nama si pengirim pesan. Pesan dari nomor tak dikenal. Jeonghan segera membukannya

Strange Feeling || jeongcheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang