Alex's point of view
Anna Karenina, dialah cewek yang melempariku dengan buku dan membuatku mimisan gara-gara mengira aku cowok mesum yang biasa masuk-masuk toilet cewek untuk ngintipin mereka. Sebenarnya sebelum kejadian di toilet cowok itu, aku sudah beberapa kali melihat dia mondar-mandir sambil membawa buku-buku tebal kemana-mana, dan seingatku aku sudah bolak-balik kena tabrak dia tapi dia kayaknya nggak ingat sama sekali kejadian-kejadian itu.
GEMES... adalah perasaan pertama yang muncul saat melihat dia berusaha menampilkan muka memelasnya kepadaku dan memintaku untuk memaafkannya. Tak perlu pikir panjang aku langsung memaafkannya.
Setelah hari itu kami mulai berteman baik. Well...sebenarnya aku sih yang selalu rajin mengunjungi kelasnya hanya untuk sekedar ngobrol atau ngerjain PR bareng. Pertamanya sih Anna terkesan cuek. Jika ditanya jawabannya selalu singkat dan perhatiaannya nggak pernah lepas dari buku. Apalagi ekspresinya selalu menyiratkan kalau aku mengganggu 'zona nyaman' nya dia. Tapi entah kenapa bukannya malah tersinggung, aku justru terus saja ngedeketin dia. Sampai sekarang aku sendiri pun nggak tau apa penyebabnya. Mamaku sih bilang mungkin alasannya karena aku nggak punya saudara perempuan jadi aku secara nggak sadar ingin menuangkan perhatianku pada Anna. Entahlah... mungkin saja yang di katakan mamaku benar.
Anyway... setahuku Anna sudah terkenal dengan julukan 'perpustakaan berjalan', tapi buatku julukan tersebut tidak cocok buatnya. Menurutku, dia lebih cocok dijulukin 'Doraemon' karna sebenarnya bukan hanya buku-buku saja yang di bawanya kemana-mana. Dia juga menyimpan bermacam-macam barang di kantong roknya. Mulai dari tisu, minyak angin, bulpen, permen, pensil, obat sakit perut dan masih banyak lagi yang lainnya. Jadi jika ada yang memerlukannya dia langsung merogoh kantongnya dan memberikannya pada orang itu. Apapun yang di perlukan selalu tersedia di kantongnya. Bahkan suatu saat aku pernah nyeletuk, "Aduh gelap banget sih perpus ini, mana bisa baca kalau gelap begini."Tanpa di komando dia langsung mengeluarkan senter kecil dari kantongnya dan memberikannya padaku tanpa sedikitpun memalingkan wajahnya dari buku di hadapannya.
Tidak hanya itu, doraemonku yang satu ini terkenal selalu ada dan selalu punya solusi jika ada yang membutuhkannya. Saat tau ada yang punya masalah, dia pasti langsung mengeluarkan ide-ide aneh yang tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Tapi lucunya, malah ide-ide aneh tersebut yang lebih manjur di bandingkan solusi-solusi logis milik teman-teman yang lain. Dasar memang ajaib doraemonku yang tiada duanya ini.
Namun, julukan doraemon ini hanya aku saja yang tau. Aku tidak pernah memberitahukannya pada siapapun, terutama Anna. Aku takut kalau sampai Anna tau, dia bakalan tersinggung dan nggak mau berteman denganku lagi. Jika itu terjadi aku pasti akan mati kebosanan.
Demikianlah hari demi hari aku jadi makin getol mendekatkan diri dengan Anna. Tak pernah seharipun aku 'bolos' mampir ke kelasnya. Namun saat suatu hari aku mengunjungi kelasnya, aku melihat Anna sedang mengobrol serius dengan seorang cewek. Nggak biasanya dia begitu, pikirku. Anna biasanya jarang bicara pada seseorang tapi ini kelihatannya cewek tersebut cukup akrab dengan Anna. Daripada berlama-lama penasaran, aku pun menyapa Anna dan kemudian dikenalkan dengan cewek yang mengaku teman dekat Anna tersebut. Cewek tersebut bernama Erna. Dia sangat cantik. Aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya.
Anna dan Erna sangat berbeda satu sama lain. Mereka bagaikan berasal dari dua kutub yang berbeda. Jika di umpamakan mungkin Anna bagaikan api dan Erna bagaikan air. Itu semua karena sifat Anna yang cenderung ekspresif, keras kepala, dan gampang meledak-ledak. Sedangkan Erna kebalikannya, dia lebih tenang, perhatian, dan lemah lembut. Namun justru karna perbedaan itulah persahabatan kami jadi berwarna dan menyenangkan.
Hari demi hari kami jadi sering menghabiskan waktu bersama dan makin dekat satu sama lain. Namun di kelas dua, kedekatanku dengan Erna mulai berubah dari sahabat menjadi sepasang kekasih. Sebenarnya sih sebagian besar itu berkat usaha Anna yang selalu getol ngejodoh-jodohin kami dengan berbagai trik-trik romantis yang di pelajari dari... darimana lagi kalau bukan dari novel.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERNIKAHAN PARO WAKTU
RomancePengalaman cinta terpahit adalah jatuh cinta pada seseorang yang menyimpan cinta untuk orang lain di hatinya. Anna Karenina mencoba peruntungannya dengan menikahi Alex Tjandra, walaupun dia tahu secuil pun tak pernah ada perasaan di hati sahabatnya...