12. PERMINTAAN TANTE

49.7K 1.1K 87
                                    

BACA DARI AWAL KARENA BANYAK YANG DIRUBAH!!!

Lama kelamaan aku jadi kikuk, berada di antara ibu dan anak ini, yang tampaknya sedang mengadakan perang dingin. Lebih baik aku pamit pulang aja, daripada kelamaan di sini, nggak ada gunanya juga. "Tan... maaf aku permisi pulang dulu ya. Tadi aku bilangnya sama mama bakalan pulang sebelum jam sepuluh. Mumpung masih jam sembilan, lebih baik aku pulang, tan."

"Jangan pulang dulu! Tante mau bicara. Nanti kalau sampai pulang telat, biar tante nanti yang telpon mamamu memberitahu. Lagian ada Alex yang nganterin kamu nanti. Ayo masuk ke ruang kerja bareng tante. Kita ngobrolnya di sana aja," seru mamanya Alex dengan ekspresi yang tak bisa dibantah.

Terpaksa aku menurut. Padahal sebenarnya hatiku meronta-ronta dan ingin kabur rasanya. Apa lagi ini yang mau diomongin mama Alex? Nggak mungkin kan dia mengajak aku ke ruangan kerjanya, hanya untuk sekedar bergosip. Pasti ada hal yang penting yang mau dibicarakan mamanya Alex, sampai harus bicara berdua saja seperti ini.

"Duduk dulu, An." Setelah aku duduk, mama Alex kembali melanjutkan perkataannya. "Tante mengajak kamu ke sini, sebenarnya karna tante mau bertanya sesuatu yang pribadi sama kamu."

"Pertanyaan pribadi apa, tan?" Hatiku mulai nggak enak. Entah kenapa, tapi aku merasa aku nggak akan suka pertanyaan tersebut.

"Oke... tante langsung terus terang aja ya tanyanya. Tante sebenarnya masih penasaran tentang kenapa kamu menolak menikahi anak tante tadi. Rasanya tadi kamu tidak jujur dalam memberitahu alasanmu."

"Ha? Nggak jujur bagian mananya tan?" Mataku langsung menghindari tatapan tante. Rasanya aku mulai bisa menebak kemana arah pembicaraan si tante.

"Bagian waktu kamu bilang kalau kamu tak mencintai Alex! Setahu tante justru sebaliknya, kan?!"

Tatapan mama Alex semakin tajam, seakan mencoba membaca mimik wajahku. Wanita itu berhasil membuatku panik luar biasa saat mendengar pertanyaan itu. "Ah... a-aaku nggak ngerti. Aku sungguh nggak ada perasaan apa-apa tan sama Alex."


"Ah masak sih! Masak nggak cinta selalu setia datang sampai hampir tiap hari. Nungguin sama nemenin Alex waktu dirawat di rumah sakit. Dan yang paling menguatkan adalah pas kamu datang bersama teman-temanmu setelah kelulusan sekolh dulu. Kamu datang dengan dandanan berbeda. Temen-temenmu yang datang juga bilang kok kalau kamu datang untuk nyatain perasaan sama Alex hari itu. Sudahlah An... jujur aja. Tante justru senang kok kalau kamu memang suka sama anak tante."

Kontan saja mendengar itu aku terkejut bukan main. Aku pikir selama ini aku sudah menyembunyikan perasaanku dengan baik, tapi ternyata aku tetap tak bisa menipu mama Alex

"Tante benar... Aku mencintai Alex. Selama lima tahun ini pun perasaan yang aku miliki tak pernah berkurang sedikitpun. Menikah dengan Alex? Tentu saja aku tidak akan menolak, tapi masalahnya... tante tau sendiri kan kalo dia... tidak memiliki perasaan yang sama denganku. Jika aku tetap menikahinya maka tidak hanya dia, tapi aku juga tidak akan bahagia. Kemungkinan besar juga kami akan berakhir saling menyakiti satu sama lain. Setelah tau semua ini lantas bagaimana mungkin aku masih setuju dengan pernikahan yang tante dan om tawarkan?" jelasku panjang lebar.

"Tante mengerti. Tapi jika kamu berusaha lebih lagi, bisa saja kan suatu hari dia berbalik mencintaimu."

"Lima tahun tante, aku sudah mencobanya. Dan lima tahun bukan waktu yang singkat. Selama itu, tidak sedetikpun, aku berhenti mencoba membuat dia, setidaknya sedikit saja, memperlakukanku layaknya seorang pria terhadap wanita. Namun selalu saja Erna yang ada di hati dan pikirannya. Jika waktu lima tahun saja tidak bisa mengubah hatinya, pernikahan pun tak akan bisa!"

Mama Alex menghela nafas tampak putus asa. "Tapi menurut tante... Alex pasti punya perasaan yang sama denganmu. Hanya saja dia belum menyadarinya. Jika saja..."

"Maaf tante, aku sudah membuat keputusanku. Aku harap tante mengerti," seruku cepat-cepat.

"Anna...dengarkan dulu..."

"Maaf tante, lebih baik kita sudahi saja pembicaraan ini. Sampai kapanpun keputusanku tidak akan berubah," tegasku sambil berdiri hendak meninggalkan ruangan tersebut.

"Jika tante memohonmu, apa kamu akan berubah pikiran?" tanya mama Alex tiba-tiba. Langkahku pun terhenti.

"Sebenarnya ada sesuatu yang ingin tante beritahu. Duduklah dulu." Karna penasaran aku pun menurutinya.

"Awalnya... saat Alex memperkenalkan Erna sebagai pacar, tante senang sekali, karna Erna kelihatannya anak yang baik. Tapi ketika papa Erna tiba-tiba datang ke kantor Om untuk pinjam uang, firasat tante uda nggak enak. Surya Dharmawan itu terkenal licik dalam berbisnis. Dia bisa lakukan cara kotor sekalipun untuk memperkaya dirinya. Apalagi setelah tau Erna yang lama menghilang tiba-tiba kembali, kecurigaan tante semakin bertambah. Oleh karena itu, tante dan om menyewa orang untuk menyelidiki keluarga Erna."

"Kok sampai segitunya, tan? Nggak perlulah sampai nyewa detektif. Oke... taruhlah yang tante bilang tadi benar, kalau papa Erna itu licik dan suka main kotor. Tapi walaupun papa Erna seperti itu, Erna sama sekali berbeda. Dia anak yang baik. Kecurigaan tante agaknya berlebihan."

"O ya? Lalu bagaimana jika yang tante temukan ternyata menguatkan kecurigaan tante?"

"Maksud tante?"

Mama Alex kemudian mengeluarkan sebuah amplop coklat besar dan meletakkannya di depanku.

"Bukalah!"

Saat kubuka, ternyata amplop tersebut berisi foto-foto yang menampilkan sosok Erna yang beradegan mesra dengan beberapa lelaki yang berbeda-beda.

"I...ni pasti kesalahan. Mana mungkin ini Erna!" seruku tak percaya.

"Kamu tenang dulu, biar tante jelaskan! Foto-foto ini seratus persen asli foto-foto Erna. Tante bahkan sudah mengeceknya berkali-kali. Foto-foto ini diambil di salah satu bar di kota ini. Tampaknya di bar itulah Erna sering mencari 'teman kencan' nya. Kamu tau artinya 'teman kencan' kan?"

Aku tak tahan lagi mendengarnya. Ingin sekali aku menutup telingaku rapat-rapat dan segera pergi dari tempat ini.

"Maaf tante...aku... aku lebih baik pulang. Aku..."

"Lho kok?"seru mama Alex heran. Namun tampaknya dia melihat tampangku yang muram. "Oke... oke an, nggak apa-apa... tapi tante mau kamu bawa amplop ini beserta isinya. Jika kamu masih tidak percaya kamu bisa memastikannya sendiri. Di dalam juga ada semua keterangan mengenai Erna, termasuk di mana dia tinggal sekarang."

"Oke tan, aku permisi dulu ya."

Aku benar-benar merasa ingin muntah. Aku ingin cepat-cepat keluar. Namun tampaknya aku tidak seberuntung itu. Saat aku membuka pintu, ternyata diluar ruang kerja tante, Alex sudah menungguku dengan cengar-cengir.

"Lama banget di dalam. Mama ceramah apa aja ke kamu?"

"Oh... Bukan apa-apa. Kami hanya mengobrol," seruku sambil menyembunyikan amplop yang di berikan tante tadi ke belakang punggungku.

"Kau pasti menolaknya kan Anna? Ya kan?"

"Hah? Apa?"

"Pernikahan kita. Kamu pasti menolaknya, kan?"

"Entahlah Alex. Nanti saja kita bicarakan itu. Sekarang aku benar-benar ingin pulang."

"Ahhh... nggak boleh! Kamu nggak boleh pulang sebelum jawab pertanyaanku!!! Ayo... Ayo jawab dulu," serunya bercanda sambil menghadang-hadangi aku agar tidak mencapai pintu.

"Alex!!! Bisakah satu kali ini saja kau tidak hanya memikirkan kepentinganmu sendiri! Kau pikir mudah bagiku menerima berita ini? Tiba-tiba saja dari tamu undangan aku berubah menjadi calon menantu, kau pikir aku tidak terkejut? Sekarang yang aku inginkan adalah pulang. Aku butuh waktu menenangkan diri. Jadi tolong minggir!!!" teriakku emosi.

"Kok marah? Oke... oke sorry. Ya udah... kapanpun kamu siap memberikan jawaban, aku akan menunggu."

Mendengar hal itu aku langsung mengambil langkah seribu keluar dari rumah Alex.

***



PERNIKAHAN PARO WAKTU  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang