12:01 [Chance]

528 50 29
                                    

I'm back with new story!

Ok, this will be a short author's note. So, ini one-shot pertama q. Ok. Hehe. Setelah bebas unas, gue bebas mau ngapain aja heck yea.

Genre cerita ini dark [thrill-horror] dan.. KALIAN BISA REQ MAU CAST DI CERITA SELANJUTNYA SIAPA!1!1!1!

Just let me know who is your idol and kalian pengen genre thrill/horror buat one-shot idol kalian.

Next chapter : Calum Hood [thrill]

LEAVE A FEEDBACK OK? And for the silent readers, may God bless ur soul.

Enjoy reading x.

***

Tidak banyak orang beraktivitas di kampus pada malam hari sepertiku. Aku Kayla Schmidt, barusaja menyelesaikan studi psikologi tingkat S-1, dan saat ini mengambil kelas malam untuk melanjutkan studi ke tingkatan yang lebih tinggi. Mengapa aku memilih kelas malam? Karena pada pagi hari, aku bertugas sebagai seorang asisten psikiater di rumah sakit yang bekerja sama dengan kampus tempat aku menimba ilmu. Dan aku tidak memiliki pilihan lain selain mengambil kelas malam.

"Kay, apakah kau sudah makan malam? Kudengar kelas malam ini akan berlangsung sedikit lebih lama."

"Tentu sudah. Dan aku tidak masalah jika harus pulang pagi buta." Britney–gadis dari Swedia yang baru kukenal, menggeleng lemah. "Aku tidak tahu apakah ini benar atau tidak. Tapi tadi aku melihatmu memarkirkan mobilmu di Gate E."

"Lalu memangnya ada apa jika aku memarkirkan mobilku di Gate E?"

"Aku mendengar dari murid kelas pagi, bahwa pada malam hari Gate E itu menyeramkan. Kau tahu, hantu berkeliaran. Bahkan ada yang sempat memiliki pengalaman buruk karena memarkiran mobil malam hari di Gate E!"

Sebenarnya, bukan hanya Britney yang berkata seperti itu. Hampir semua murid mengetahui hal mistis yang ada di Gate E. "Aku tahu itu, Brit, aku sudah lebihdulu menapaki universitas ini darimu. Tapi aku sering memarkirkan mobilku di Gate E pada malam hari. Dan jujur, aku tidak pernah mengalami kejadian aneh."

"Ya, kalau kau sudah berkata seperti itu, aku tidak bisa menjawabnya. Aku lupa bahwa kau lebih senior daripadaku." Kami berdua terkikik geli, tepat ketika Mr. Franklin memasuki ruangan dengan tromol yang kuyakini adalah kopi. "Wah, rasanya ini akan menjadi malam yang panjang."

11.03PM

Kukira kelas akan berakhir pukul dua belas lebih, tapi perkiraanku salah karena mendadak Mr. Franklin mengaduh kesakitan karena perutnya yang mulas. Pun tiga puluh dua muridnya—termasuk aku, ia pulangkan. Bukan berarti kelas telah berakhir, aku tidak memiliki tugas untuk dikerjakan. Beliau memberi kami seabrek paper untuk dikerjakan dan kami harus mengumpulkannya besok malam. Sialan bukan?

Aku berjalan menuju Gate E yang terletak didekat kantin yang tutup di sore hari. Suasana kampus pada malam hari kuakui cukup mencekam, pohon-pohon yang tinggi serta angin malam yang berhembus cukup kencang bisa saja membuat bulu kuduk seseorang berdiri. Tapi bukankah seorang dokter tidak boleh takut akan hal simple seperti ini? Setidaknya, aku lebih memilih berjalan di tengah kesepian yang mencekam di kampus daripada berjalan menyusuri lorong rumah sakit jiwa tempat aku bekerja.

"Ah, sial. Dimana dompetku?" Aku mengacak isi tasku, jika dompetku hilang, maka tamatlah aku. Karcis untuk keluar dari kawasan universitas ini ada di dalam dompet. Kurang lebih sepuluh menit sudah aku berdiri di samping mobilku, masih mengacak isi tasku.

12:12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang