12:05 [Hemmings]

116 14 3
                                    

This part dedicated to kenthood-kechood yang bilang nungguin cerita ini di update eHEHEEHE (gue jd ngerasa punya fans tau engga😭)

Aku Luke Hemmings, aku bekerja sebagai seorang pengawal untuk band yang baru-baru ini melejit namanya–Xo Xucks. Singkat saja, aku ingin berbagi cerita yang bagiku cukup menyeramkan ketika aku sedang bekerja. Hal ini terjadi di Bangkok, ketika aku harus menunggui Dan–si drummer, berbelanja pagi-pagi buta.

10.05 PM

"Thank you Bangkok, you guys rock!"

Suara teriakan histeris gadis-gadis muda sudah biasa kudengar selama tiga bulan ini. Tapi menurutku, suara teriakan histeris paling heboh adalah milik gadis-gadis kampung halamanku, Australia. Aku berdiri di belakang panggung, melihat Dan, William, Jim dan Brent sedang merangkul satu sama lain dan mengedipkan matanya genit kearah lautan gadis-gadis di barisan festival. Tak lama kemudian mereka berempat berbalik menuju backstage tempat aku berada sekarang. "Yo, Luke! Bagaimana penampilan kami tadi?"

"Kalian keren, seperti biasa. Hanya saja ketika lagu 'Vodka' kalian seperti kurang bersemangat?"

"Yeah, itu karena Will barusaja patah hati." Will memelototi Brent yang sekarang tertawa terbahak-bahak, aku menggeleng dengan sedikit menyengir.

"Sungguh! Tadi sebelum kami lanjut menyanyikan 'you' dan Jim sedang berbicara pada penonton, Will mencolek ku dengan stiknya lalu berkata 'oh, gadis di ujung sana yang berambut merah api cantik sekali! Aku akan menghampirinya nanti' tapi lima menit kemudian seorang laki-laki datang dan langsung memeluk mesra gadis itu."

Kami semua menertawai Will yang kini pipinya merah padam seperti tomat. "Oh ya, setelah ini kalian akan ada sesi meet and greet. Pergi bersama sekarang atau bagaimana?"

"Mungkin kau bisa pergi duluan, kami mau minum kopi sebentar. Nanti malam ada pertandingan bola, bung!" Seru Dan, dengan itu aku berlalu meninggalkan mereka menuju ruang Meet and greet.

11.35 PM

Gadis Asia terkenal dengan kulit mereka yang memiliki keunikan tersendiri. Gadis-gadis Thailand memiliki kulit yang, well, tidak begitu putih juga tidak begitu gelap. Kulit mereka eksotis, eksotis itu seksi. Setelah memeriksa tiket meet and greet yang dibawa oleh fans, aku duduk di depan ruangan yang kini tertutup. Ya, aku sedang berjaga, mwlaksanakan tugasku. "Ugh, kuku ku panjang sekali. Dimana ya potongan kuku ku? Oh, ya!"

Aku memotong kuku jari tangan ku yang mulai memanjang, coba kalau aku sekarang sudah di kamar, mungkin kuku jari kaki ku juga sudah kupangkas pendek. Aku tersentak ketika mendengar suara nafas tertahan dan begitu mendongak aku menemukan sosok gadis dengan rambut hitam berponi menatapku tidak percaya. "Kau memotong kukumu?"

Oh, kukira hantu atau apalah. Syukurlah ternyata dia manusia. "Yeah, aku memotongnya. Ada yang salah, ms?"

"Oh, Tuhan. Seharusnya kau tidak memotongnya di malam hari! Kau bisa sial atau paling parah melihat hantu.." Lirih gadis itu yang kini menunduk, dia menggelengkan kepalanya sebelum meninggalkanku masuk ke dalam ruangan. Hey! Bahkan aku belum mengecek keaslian tiketnya.

Tadi apa katanya? Aku akan terkena kesialan? Melihat hantu? Hah. Omong kosong macam apa itu.

12.12 AM

"Pssst, Lukey. Bangun, bangun. Temani aku pergi ke mini market. Aku lapar."

Aku sekamar dengan Dan. Kini dia menggoyang-goyangkan diriku yang sedang tidur. Jam di tanganku (aku lupa melepasnya) menunjukkan pukul dua belas lebih dua belas menit di pagi hari. Ralat, tengah malam. Aku barusaja tidur sepuluh menit yang lalu. Dan sinting! "Kau mengigau? Aku masih mengantuk, pergi sendiri sana. Kau kira bodyguard ini apa? Guardian angel?"

"Oh, ayolah. Jangan membuat yang lain terbangun. Kau akan kubelikan gitar baru. Serius."

"Oke." Dengan itu aku segera bangkit dari tidur dan langsung menuju pintu bersamanya. Kami berdua tidak banyak bicara, karena aku yang masih mengantuk dan juga aku tahu jika Dan sedang lapar dia tidak akan banyak berbicara. Lift tertutup dan aku memejamkan mataku sebentar, demi Tuhan aku benar-benar mengantuk. Ketika lift berhenti di lantai dasar hotel, pintunya terbuka, aku melangkah lebih dulu keluar dan berbalik ke belakang . "Dan, kau mau ke minima—"

Aku tidak melanjutkan perkataanku karena ternyata Dan tidak ada di belakangku! Aku berbalik arah dan menampar pipiku keras. Lalu siapa yang berada bersamaku di dalam lift tadi? Yang membangunkanku tadi? Belum selesai aku memikirkan jawabannya, aku merasa ada yang aneh dengan lantai dasar ini. Hawanya sedikit lebih dingin dari biasanya, dan juga lumayan menyeramkan. Entah ini pandanganku yang mengabur atau bagaimana, tapi disini seperti adegan dalam film abu-abu. Tidak ada banyak warna dan cenderung didominasi warna-warna gelap. Juga tidak ada resepsionis dan pelayan-pelayan hotel yang biasanya berjaga di shift malam.

Melihat ke jam di dinding menunjukan pukul 12

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat ke jam di dinding menunjukan pukul 12.12, hey, seharusnya ini sudah lebih dari dua belas menit! Aku mencoba berpikir positif, mungkin saja jamnya mati. Mengumpulkan keberanian, aku memberanikan diri untuk bertanya kepada seorang bapak-bapak yang sedang tertidur dengan topi yang menutupi bagian wajahnya. "Uhm, maaf? Apa aku boleh tahu ini jam—shit!"

Aku berlari kembali menuju lift ketika bapak itu menyingkirkan topi yang menutupi wajahnya. Dia tidak memiliki hidung dan matanya berdarah-darah. Dengan gemetaran aku menekan tombol lift berkali-kali, dan sialnya aku mendengar suara gebrakan serta geraman sekelompok mayat hidup. Mereka melihatku dengan ganas, dan lalu pintu kaca hotel terpecah. Selanjutnya mereka berlari ke arahku dengan tatapan lapar. Pintu lift pun terbuka dan aku bergegas masuk. Di dalam lift ternyata ada Jim, anehnya dia hanya menunduk. "Apa, kau melihatnya?" Tanyaku terengah-engah, tapi dia tidak menjawabnya.

Teriakan Jim menggema di dalam lift dan baru kusadari bahwa dia kini merupakan satu dari mayat hidup yang barusaja kulihat tadi. Bedanya dia membawa pisau daging dan dia mengarahkannya kepadaku. Terakhir yang kuingat adalah aku yang berteriak dan semuanya menjadi gelap.

•••

Ternyata itu hanya mimpi dan aku merasa bersyukur karenanya. Aku tidak bisa membayangkan jika hal tersebut benar-benar terjadi, mungkin aku sudah mati dan tidak bisa duduk disini menceritakannya kepada kalian yang membaca. Aku ingin berpesan satu hal; jika kalian pergi ke luar negeri, sempatkan untuk membaca aturan atau mitos-mitos negara yang akan kau kunjungi. Sebagai bekal saja, jangan sampai kalian menyesal sepertiku.

Meskipun itu hanya mimpi, tapi sangat terasa nyata bagiku. Keesokan paginya Brent menyiramku dengan air kamar mandi, dan menanyakan darimana aku mendapat luka cakar di leherku. Aku sendiri tidak ingat dan tidak tahu menahu akan bekas cakaran tersebut. Mungkin saja, luka tersebut ada untuk memberiku pelajaran. Mungkin.

~

HALOOOOO

MAAFKAN AKU YA YANG SELALU SLOW UPDATE!

Jadi alasan dibalik slow update ini ada banyak:

1. mager
2. jarang paketan (anak mandiri sih gini, beli paketan ga minta orang tua tapi usaha sendiri #azeg)
3. banyak tugas🙂
4. nulis kalo dapet pencerahan doang😂

Maafin ya maafin😭😭😭😭

Oke sekian keluh kesah q. Gmn ceritanya? eHeHEHE. Vote ya bote jangan lupa!1!1!1!1!!1!1!1!

12:12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang