HIIIII!!!
How's school? Agak 💩 yha tugas-tugas di sma. #CurhatanAnakKelas10 . Halah.
Maafkan diriku yang lama banget update cerita huhu, bukan mager sih. Sebenernya tinggal post-post aja, cuma ya gitu. Isi kantong anak sekolahan berapa sih? Beli pulsa aja kalo ada sisa uang 😅Untuk mengurangi ketidakjelasan penulis, silahkan langsung dibaca. Enjoy reading and don't forget to leave me a feeback!! xx💕
---
Setiap hari Senin, Red–kakak laki-laki ku, akan mengantarku ke sekolah. Karena setiap akhir pekan ia akan menghabiskan waktu di rumah, dan baru akan kembali ke asrama kampusnya pada Senin pagi. Aku Thomas Sangster, orang-orang menjuluki ku dengan si babyface yang jenius. Bukan menyombongkan diri, hanya saja itulah nama panggilan yang mereka berikan dan seolah melekat dengan diriku. Mereka juga memasukkan namaku dalam daftar 'murid-murid Rawles High yang populer'. Entah apa yang ada di pikiran mereka, aku lebih suka menjadi biasa-biasa saja. Meskipun sebagian menganggapku sombong karena tidak menyapa mereka, tapi, aku sekolah untuk menuntut ilmu. Bukan untuk berbasa-basi. Semasa sekolah menengah pertama, aku tidak pernah mendapat perlakuan seperti sekarang ini; disegani, populer dan dijadikan panutan.
"Oh Tuhan, surat lagi." Aku mengeluh ketika menemukan surat lagi di dalam lokerku. Biar kuceritakan secara singkat, dua bulan terakhir aku mendapatkan surat misterius dari seorang gadis misterius. Dia memasukkannya ke dalam sela-sela lokerku. Dan ini merupakan surat ke delapan belas yang aku dapat rutin per-dua hari sekali, gadis ini benar-benar maniak dan menyeramkan. Pagi ini memang aku sengaja membawa ketujuh belas surat yang kusimpan di rumah, dan berencana untuk menaruhnya di dalam lokerku. Agar si pengirim dapat melihat bahwa aku sudah cukup muak dengan barisan kata-kata manis yang ia tulis. Tolong, aku adalah anak lelaki. "What's up Sangster? Mendapat mendapat surat lagi?"
"Yeah. Aku muak dengan surat-surat ini, Cal. Jika gadis ini sangat menyukaiku, mengapa dia tidak berterus terang langsung di hadapanku?"
"Namanya juga gadis, mereka kelihatannya dari luar pemalu tapi di dalam mereka sangat ganas." Calvin memukul lenganku, aku barusaja akan menutup pintu loker jika ia tidak menahannya. "Begini saja, aku punya ide. Ketika jam istirahat pertama berbunyi, kau bawa semua surat yang ia kirim ke kantin. Kau membawanya 'kan?"
"Ya? Aku membawanya. Lalu?"
"Kau bakar di tengah-tengah kantin. Lalu perhatikan apakah ada gadis yang bersikap aneh setelah surat-surat itu dibakar." Untuk sesaat aku terdiam. Ide yang bagus, tapi berisiko. Siapapun gadis itu, pasti dia akan terluka jika aku memperlakukannha seperti itu. "Jangan dipikirkan tentang perasaan gadis misterius itu. Nanti juga kau bisa menanyainya secara langsung."
10.45AM
"Perhatian semuanya!" Seisi kantin kini menatapku dan Calvin yang berdiri di tengah-tengah ruang kantin yang besar ini. "Aku dan lelaki favorit kalian, Thomas, akan membakar surat-surat dari gadis misterius yang menyukainya."
"Aku akan berhitung sampai sepuluh. Jika setelah surat dibakar dan kau, gadis misterius tidak memunculkan diri di hadapan Thomas setelah bel istirahat selesai berbunyi, maka kuharap kau berpikir dua kali sebelum mengiriminya surat ke-sembilan belas, ke-duapuluh sampai seterusnya. Tapi aku akan senang jika kau mau muncul sebelum Thomas benar-benar membakar surat-suratmu."
"Satu."
"Dua."
Seluruh anak-anak di kantin kini saling berbisik satu sama lain. Sebagian dari mereka memilih untuk menyantap makanannya tetapi dengan pandangan melihat ke arah pemantik api yang kupegang serta tumpukan surat yang telah kuikat dan kupegang di tangan kananku. "Kasihan sekali gadis itu, lihat. Thomas dan Calvin memang kejam." Kira-kira seperti itu bisikan para gadis-gadis di kantin ini, tetapi ada yang berbisik seperti; "bukan Thomas dan Calvin yang salah. Tapi gadis misterius itu. Berani sekali dia mengambil resiko menyukai Thomas si populer, sekarang lihat apa akibatnya." Aku memilih untuk diam saja dan menunggu hingga Calvin menyelesaikan hitungannya.
"Delapan."
"Cal, lebih baik kita tidak usah bakar surat-surat ini." Aku mematikan pemantik apinya, berbisik di telinga Calvin. Dia hanya menggeleng. "Kau tahu, firasatku akan ada sesuatu buruk yang akan terjadi."
"Kau terdengar seperti seorang gadis Sangster. Aku hanya ingin membantumu." Calvin berujar sambil merebut satu bendel surat yang kuikat itu. Dia juga merebut pemantik api ditanganku. "Sepuluh."
Calvin.
Benar-benar.
Membakar.
Surat itu.
Kantin benar-benar menjadi sepi ketika Calvin memegang surat-surat yang kini telah setengah terbakar. Entah apa yang membuatku bertindak sebodoh ini, tapi aku mengambil sebotol air mineral di meja sebelahku secara asal, lalu menyiramkannya pada surat-surat yang hampir hangus itu. "Kurasa itu cukup, Cal. Maaf semua, kalian bisa lanjutkan makan kalian. Sekali lagi, aku minta maaf karena mengganggu."
Setelah aku berkata seperti itu, mataku tidak sengaja menangkap seseorang yang berlari menjatuhkan bungkusan cokelatnya sambil menutupi wajahnya. Aneh saja.
P A R T T W O
C O M I N G S O O N

KAMU SEDANG MEMBACA
12:12
FanfictionKetika banyak orang hanya mengetahui tentang 11:11 'ucapkan keinginanmu, dan cepat atau lambat itu akan terkabul'. Taukah kau tentang 12:12? Ada apa dibaliknya? Mari kuajak kau membaca beberapa cerita tentang 12:12. This story is a pure fiction, bas...