Tidak menerima protes dari team#Zigi😂 ini semua hanya fikzi😂
7.00 AM
"Sayang, aku akan pergi bertemu dengan team dari MTV. Aku akan segera kembali."
Aku mengangguk paham, Joe mencium keningku cukup lama lalu mengelus pipiku. Dia tersenyum, aku juga. "Aku mencintaimu, jaga Jonas kecil ya."
"Aku juga mencintaimu. Tentu saja, sayang. Hati-hati."
Dengan itu Joe berlalu menuju mobilnya yang terpakir di depan rumah kami. Aku tidak bisa melarangnya untuk pergi karena aku tahu dia melakukan apa yang ia suka, dan itu hal positif. Kami berdua sepakat kalau kami masih boleh melakukan apa yang kami sukai asalkan kami tetap ingat satu sama lain. Terlebih beberapa tahun ini band yang digawangi oleh Joe sedang naik daun.
"Ah, baby. Dad mu sibuk sekali, Mom jadi kesepian. Tapi untung ada kau, bagaimana kalau kita jalan-jalan sebentar?" Ucapku sambil mengelus perutku yang semakin hari semakin membesar.
Usia Jonas kecil baru menginjak tujuh bulan dalam perutku. Tapi aku bisa merasakan bahwa dia sedang bertepuk tangan kesenangan karena akan kuajak berjalan-jalan sebentar, mungkin. Segera aku berjalan menuju kamar untuk mengambil ponsel dan tas selempang kecil, tidak lupa dengan sebotol air mineral. Sebenarnya Joe tidak mengijinkan aku untuk berjalan-jalan keluar rumah, tapi aku rasanya terlalu bosan menunggu di rumah.
Aku dan Joe tinggal di kawasan perumahan elit, beberapa rekan sesama selebriti juga tinggal disini. Seperti Perrie Edwards, haha kami sudah lama akur. Sebenarnya tidak ada masalah yang benar-benar serius dengannya saat Zayn memutuskan untuk memacariku. Mungkin hanya sedikit miss communication. Bahkan dia sering mengajakku untuk makan malam di rumahnya.
Setelah berjalan-jalan mengelilingi taman perumahan, aku memutuskan untuk menghampiri bangku taman yang terletak di depan air mancur. Karena aku melihat sesuatu di bangku itu yang cukup menarik perhatianku; sebuah sepatu bayi dan boneka beruang kecil.
"Sayang, ada boneka kecil disana. Kita lihat kesana ya?" Ujarku sambil mengelus perut besarku, dan Jonas kecil menendang perutku. Dia pintar, sangat responsif. Aku adalah calon ibu paling beruntung.
Pun aku terduduk di bangku taman, tanganku meraih boneka beruang kecil itu. Warnanya cokelat, sangat menggemaskan. Dan sepatu bayi ini, sangat kecil. Benar-benar menggemaskan. "Aku akan membelikanmu sepatu juga, baby. Ini sangat menggemaskan..."
"Kau bisa mengambilnya jika mau."
Aku mendongak dan menemukan seorang pria dengan kemeja putih polos berdiri di hadapanku. Rambut pirangnya memiliki warna sepertiku dan membuat pesona pria itu semakin menawan, tampangnya juga cukup tampan. Dilihat dari penampilannya, mungkin dia seorang CEO.
"Oh, ini pasti milikmu. Maafkan aku, aku terlalu lancang."
"Tidak, tidak." Pria itu duduk di sampingku. "Ini milik anakku, tapi kurasa ukurannya terlalu kecil. Aku salah memilihkan ukuran, jadi kurasa lebih baik kau ambil saja."
"Kau serius?" Aku menaikkan sebelah alisku heran, pria itu tersenyum. "Kau benar-benar baik. Padahal aku tahu merek sepatu ini, cukup mahal untuk sepasang sepatu bayi."
"Terima kasih. Aku tahu itu, aku bekerja keras selama ini." Perlahan senyuman pria itu mulai luntur, digantikan oleh ekspresi marah yang tertahankan. "Tapi sekarang semuanya sia-sia."
"Apa maksud—Oh, sebentar. Suamiku menelfon." Aku bangkit berdiri untuk menjawab panggilan Joe. Semenjak aku hamil, Joe menjadi sedikit lebih cerewet dan itu kadang membuatku kesal.
"Aku akan pulang malam, sayang. Maafkan aku, tapi aku akan memastikan kalau kau sudah makan dan segalanya. Kurasa aku akan meminta Kevin dan kakak iparku itu untuk menemanimu di rumah."
"Tidak masalah, kau sudah makan?"
"Belum, aku barusaja selesai check sound." Aku mengangguk, seolah Joe bisa melihatku. "Aku harus pergi sekarang. Aku mencintaimu, Gigi!"
"Aku juga sangat mencintaimu." Aku berujar sambil tersenyum lebar, dan panggilanpun terputus. Saat aku berbalik, aku tidak menemukan eksistensi pria tadi. Padahal tadi aku sempat meliriknya dan dia masih duduk di atas bangku taman sambil memainkan boneka beruang kecil di tangannya.
"Astaga! Kevin akan ke rumah, aku harus segera kembali."
9.50 PM
Kevin tidak bisa berlama-lama di rumah karena ibu mertuanya sedang dalam masalah; dapur mereka terbakar dan sekarang dia sangat syok. Bukan kebakaran besar, tapi tetap saja mengejutkan. Jadi Kevin dan istrinya memutuskan untuk pulang dengan sangat terpaksa. Aku tidak bisa berkata tidak.
"Dan, akhirnya kita sendiri lagi. Hanya berdua. Kau dan Mom."
Jauh dalam hatiku; sebenarnya aku benci sendirian. Ingin rasanya memaki Joe, karena dia sangat sibuk. Tapi aku bisa apa?
Bella sedang melakukan pemotretan di Spanyol dan Anwar sedang berlibur dengan kekasihnya. Mom dan Dad juga cukup sibuk mengurusi bisnisnya.
Merasa sangat jenuh, aku melempar televisi yang masih menayangkan siaran ulang Miss Universe dengan bantal. Tak lama aku mematikan televisinya. Remote-nya pun kulempar ke lantai hingga baterainya keluar dari tempatnya.
"Sayang, apa kau mau menelfon Daddy?" Tanyaku sambil mengelus perut besarku. Dan Jonas kecil meresponnya.
Pandanganku teralih ke arah sepatu bayi kecil yang diberikan oleh pria di taman tadi. Aku meletakkannya di samping pigura foto kosong yang nanti akan diisi oleh foto Jonas kecil yang akan lahir sebentar lagi. Aku tersenyum simpul. Tak lama, aku mendengar samar suara sesuatu yang berhasil membuat bibirku terkatup.
Oekk.. oekk
Tanganku memegang erat ponsel yang barusaja kuambil dari balik bantal sofa. Badanku menegang.
Bayiku belum lahir.
Shit, ada apa ini?
***
QOTC : Menurut kalian, kira-kira siapa pria di taman tadi?
Mungkin itu suara boneka bayi mba wkwk
Lagi pengen update nihhh, jadi kubagi dua saja😂
Votes jangan lupa dong ya, biar cepet di update hehe

KAMU SEDANG MEMBACA
12:12
FanfictionKetika banyak orang hanya mengetahui tentang 11:11 'ucapkan keinginanmu, dan cepat atau lambat itu akan terkabul'. Taukah kau tentang 12:12? Ada apa dibaliknya? Mari kuajak kau membaca beberapa cerita tentang 12:12. This story is a pure fiction, bas...