Omaigat omaigat. Gue seneng bgt part sebelumnya dikomen sama frantastickris maygat. Ingin menangis di pinggir kali. Thankyou kiki, you're the best mwah👄❤️💛💚💚💙💜. Oke, karena gue seneng banget, kupersembahkan chap calum ok fix gue td habis baca autralians sampe australians 2. ingin berkata kasar tau endingnya. Ada yg baca ga btw? Hehe.
Abaikan author note yang gajelas. Asyiq. Jangan lupa votes ya^^ #sokcutekarenasenang
Next chapter : I guess it's Thomas Sangster/Bradley Simpson(?)
---Oh, Cal. Maaf aku harus pulang sekarang, puteriku mendapat serangan asmanya lagi. Kau tahu apa yang harus kau kerjakan kan?" Calum mengangguk paham, Neil menepuk pundaknya. "Kusarankan kau meminum kopi. Well, untuk bekerja di mini-market dua puluh empat jam kau harus menyukai kopi. Kalau begitu aku pergi, hati-hati, Cal."
Neil telah berjalan meninggalkan Calum yang berdiri menatap kepergiannya dari balik meja kasir. "Huh, mungkin memang nasibku menjadi seorang pegawai baru."
Calum menyumpal kedua telinganya dengan earphone yang tersambung dengan iPod nano seri terlawas miliknya. Terkadang suara lagu yang mengalun dari iPod itu tidak jelas, Calum sendiri tidak begitu mempersalahkannya karena dia sendirilah yang menyebabkan kerusakan itu terjadi. "Kapan ya aku bisa membeli iPod keluaran terbaru?"
Suara bel pintu masuk berbunyi. Calum buru-buru melepas earphone yang ia gunakan lalu memasukannya ke dalam saku celana. "Selamat datang di Conner's." Lelaki berambut panjang dan berwarna cokelat itu hanya mengangguk, dia berjalan melewati Calum menuju rak berisi makanan ringan.
"Hanya ini saja?" Lelaki tadi mengangguk mantap. Tangan Calum ditahan oleh lelaki tadi saat hendak memasukkan barang belanjaannya ke dalam kantung plastik. "Tidak usah dimasukkan, aku langsung memakannya."
"Kau akan memakannya disini, Tuan?"
"Ya. Lalu untuk apa minimarket ini menyediakan meja-meja kecil? Lagipula aku sedang menunggu seseorang."
"Oh, baiklah." Lelaki itu menyerahkan tiga lembar uang dollar pada Calum, lalu melenggang duduk di salah satu pojokan minimarket dekat pintu masuk tanpa mengambil uang sisa belanjanya. "Anggap saja tip untukmu."
Sunyi. Itu yang dirasakan Calum saat ini. Hanya ada dia dan lelaki tadi di dalam minimarket ini. Sesekali Calum mencari hal yang bisa membuatnya mengalihkan perhatiannya dari lelaki tadi. Memang, Calum sempat memperhatikan gerak-gerik lelaki tadi yang menurutnya cukup aneh. Dia terlihat gelisah, tatapannya lurus ke depan, tapi tatapan itu kosong.
"Hei kau, aku titip barang-barangku. Dimana toiletnya?" Calum sedikit terkesiap kaget, mungkin karena dia terlalu fokus dengan teka-teki silang yang ia kerjakan, ia sampai tidak menyadari bahwa lelaki yang tadi sempat dia perhatikan itu kini berdiri di depannya. "Disana. Setelah rak paling pojok dekat mesin pendingin, kau masuk ke dalam lorong. Lalu disana ada pintu alumunium berwarna merah. Itu toilet."
11.39PM
Sudah lebih dari satu jam lelaki berambut cokelat itu tidak kunjung keluar–Calum baru menyadarinya setelah dia tidak sengaja tertidur dan lalu terbangun karena suara ponsel milik lelaki itu yang berbunyi cukup keras.
"Apa sebenarnya yang dilakukan oleh lelaki itu? Benar-benar aneh." Calum pun memutuskan untuk memeriksa toilet setelah mengambil ponsel milik lelaki yang diketahuinya bernama Jim–Calum mengetahuinya karena lockscreen ponsel itu terpasang foto seorang gadis cantik membawa kertas bertuliskan 'I love you Jim'. Terdapat sepuluh panggilan tak terjawab dari seorang bernama Tony. Calum berjalan menuju toilet, dan pas sekali dengan Tony yang kembali menghubungi ponsel Jim. Calum tidak mengangkatnya, menurutnya itu terlalu melanggar privasi seseorang.
"Jim? Hei, apa sebenarnya yang kau lakukan di dalam sana bung?" Calum berteriak dari luar pintu toilet, berharap Jim menyahut panggilannya. "Ayolah Jim, kau kira kau ini siapa? Ini toilet umum. Aku minta kau seka–holyshit!"
Tubuh Jim tergeletak di lantai keramik toilet yang sempit. Calum tahu bahwa Jim tidak pingsan, tetapi mati. Jim melakukan aksi bunuh diri dengan cara mencongkel kedua bola matanya–yang sekarang ditemukan Calum hancur tak berbentuk seperti bola lagi. Beberapa luka tusukan juga terlihat di perut Jim. "Shit! A-aaku harus bagaimana?!"
"Tuhan, aku masih terlalu muda untuk melihat ini semua." Calum mau tidak mau harus membersihkan semua kekacauan ini, dia mengambil pisau lipat berlumuran darah dengan sapu tangan kesayangannya, lalu menaruhnya tepat dibawah kaki Jim.
Seandainya Neil ikut ada di toilet ini sekarang, Calum bisa memastikan bahwa Neil akan menghubungi kantor polisi terdekat. "Benar! Kantor polisi, aku harus menghubungi kantor polisi!"
Calum berjalan mondar-mandir sebelum berlari menuju meja kasir, alangkah terkejutnya dia mendapati tiga orang lelaki berbadan kekar dan berjaket kulit hitam melihat ke arahnya. Salah satu diantara mereka berjalan menghampiri Calum. "Apakah tadi ada lelaki berambut cokelat kemari?"
"T-ttadi—"
"Tunggu, apakah itu darah di tanganmu?" Tunjuk lelaki lainnya yang berkepala botak, "Godverdomme! Periksa seluruh minimarket ini!"
Sementara dua diantara mereka memeriksa tempat itu, lelaki berkepala botak tadi mencengkram kaus yang dikenakan Calum. "Kau. tetap. disini."
"Joran! Hij is dood. We kunnen hem niet hebben. Ogen helemaal gebroken!" kedua lelaki yang ditugaskan untuk memeriksa seluruh minimarket itu kini telah kembali di beranda depan dengan dua bola mata yang sudah tidak berbentuk di genggamannya. Calum rasanya ingin muntah. "Kau membunuhnya?"
Calum membelalakkan matanya, "Tidak! Aku tidak membunuhnya! Aku menemukannya sudah tak bernyawa di toilet itu, aku berani bersumpah ak–"
Lelaki botak bernama Joran itu mendorong tubuh Calum hingga terjerembap di lantai yang dingin. "Kau tahu? Mata Jim itu seharusnya untuk puteriku! Kenapa kau membiarkannya melakukan tindak bunuh diri bodoh!"
"Aku sudah berkata pada Camile, tidak seharusnya dia berkencan dengan Jim. Jim bukan lelaki baik-baik. Dan ternyata benar," Joran mengeluarkan sebilah pisau bermata tajam dari tas pinggangnya. Membuat Calum merangkak mundur ke belakang, keringat dingin mengucur dari kening lelaki berparas seperti asia itu. Calum benar-benar takut. "Jim membuat mobil itu tertabrak! Dan ketika Camile buta, ia membuang puteriku seperti seongok sampah tak berguna!"
"Camile marah, dan dia hanya ingin donor mata milik Jim. Tapi karena kau emmiliki warna iris mata yang sama sepertinya... Maafkan aku, aku tahu kau tidak bersalah." Dengan itu Calum merasakan organ di perutnya robek karena sesuatu yang tajam. Itu pisau. Pisau itu menusuk perut Calum sangat dalam.
Semuanya gelap, dan kegelapan menjadi teman Calum. Tidak hanya kegelapan dalam pandangan, tapi kehidupan. Karena dia telah mati.

KAMU SEDANG MEMBACA
12:12
FanfictionKetika banyak orang hanya mengetahui tentang 11:11 'ucapkan keinginanmu, dan cepat atau lambat itu akan terkabul'. Taukah kau tentang 12:12? Ada apa dibaliknya? Mari kuajak kau membaca beberapa cerita tentang 12:12. This story is a pure fiction, bas...