Ini nggak ada serem-seremnya. Malah banyak baper-bapernya. Ngehehe. Gatau deh, enjoy reading!💕
Namanya Pamela Belther, usianya barusaja menginjak 21. Seharusnya dia sekarang sedang menempuh pendidikan di bangku perkuliahan, tapi dia tidak. Pamela bekerja untuk mencari biaya operasi pengangkatan tumor ibunya. Di siang hari dia akan bekerja sebagai kasir di Starbucks dan malam harinya dia bekerja sebagai bartender di sebuah klub malam kecil di ujung kota New York. Tetapi dia memiliki satu pekerjaan yang bagi kita cukup menyeramkan dan aneh.
Terkadang Pamela akan merias orang-orang yang sudah meninggal. Ya, dia bekerja sebagai perias jenazah panggilan. Pamela sendiri tidak pernah merasa takut karena dia hanya takut akan Tuhan dan dia memiliki mental yang cukup berani. Dia sudah menggeluti pekerjaan ini selama dua tahun, dan uang yang di dapat juga cukup menggiurkan.
Sudah dua minggu ini Pamela tidak mendapat panggilan untuk merias jenazah. Jadi dia hanya menerima uang dari pekerjaannya sebagai kasir di siang hari dan bartender. Tapi uang itu baru akan diberikan akhir bulan, sedangkan saat ini sedang pertengahan bulan.
10.00 PM
"What's up Pamela! Kau terlihat murung, ada apa?" Zoe berdiri di samping Pamela sambil mengelap sebuah botol wine. Pamela malah semakin murung. "Penyakit ibuku semakin parah saja. Dokter bilang tumor itu harus segera diangkat dalam waktu satu minggu ini. Uang tabunganku masih kurang banyak, aku harus bagaimana?"
"Oh, darling." Zoe meletakkan botol itu dan merangkul Pamela. "Harusnya kau tidak menjadi bartender, kau lihat mereka? Gadis-gadis di sebelah sana?" Pamela mengangguk pelan, dia tahu kemana arah oembicaraan ini. "Harusnya kau menjadi mereka saja. Bayaran yang mereka terima sangat sangat besar. Aku bisa membantu mempromosikanmu."
"Aku tidak mau, Zoe. Itu pekerjaan kotor." Pamela melepas rangkulan Zoe, gadis itu bergerak berjongkok untuk memeriksa persediaan gelas dan buah-buahan. "Kau tahu sendiri aku sangat menghormati agamaku dan aku sangat menjaga 'mahkota' ku untuk suami ku di masa depan."
"Lebih baik kau tidak usah sok suci. Aku benar-benar bingung denganmu!" Pamela hanya menghela nafasnya, ini bukan yang pertama kalinya Zoe berusaha menjadikannya 'mainan' para lelaki hidung belang dan berakhir dengan Zoe mengamuk.
"Dia mengamuk lagi?" Suara berat yang bersumber dari arah depan membuat Pamela mendongak dan terkesiap mendapati seorang lelaki berambut cokelat keemasan. Gadis itu bangkit berdiri dengan sedikit tergesa-gesa. "Maaf, Tuan. Tapi klub baru akan dibuka lima belas menit lagi."
"Tidak masalah, aku kenal dengan pemilik tempat ini. Boss mu." Ujar lelaki itu seraya tersenyum. Membuat Pamela sedikit terpesona melihat senyumannya. "Aku Justin Bieber. Kau Pamela 'kan? Kau tahu, kau bisa menceritakan masalahmu padaku."
Pamela menatap Justin bingung. Sebenarnya dia juga merasa risih karena menurutnya Justin sedikit memaksa dan bersikap seolah dia mengenal Pamela sudah lama. Pamela meletakkan kedua tangannya diatas meja bar. "Maaf Tuan. Tapi aku tidak mengenal Tuan siapa, kita belum pernah bertemu sebelumnya."
"Aku mengenalmu jauh dari kau mengenal dirimu, Pamela" lirih Justin yang kini menatap sendu Pamela. Sedangkan gadis berambut merah ginger itu menatap Justin ngeri. "Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu."
"Jangan bertingkah seperti psikopat. Bisa saja kau membunuhku setelah merayuku seperti tadi, Tuan! Pamela meninggalkan bar dan Justin yang masih terduduk disana. Dia benar-benar merasa ngeri dengan kehadiran Justin. Meskipun perlu Pamela akui kalau Justin memiliki wajah yang cukup tampan–atau mungkin sangat sangat tampan.

KAMU SEDANG MEMBACA
12:12
FanfictionKetika banyak orang hanya mengetahui tentang 11:11 'ucapkan keinginanmu, dan cepat atau lambat itu akan terkabul'. Taukah kau tentang 12:12? Ada apa dibaliknya? Mari kuajak kau membaca beberapa cerita tentang 12:12. This story is a pure fiction, bas...