11

22K 913 0
                                    

Harapan demi harapan selalu kupanjatkan, mungkin memang bener dunia itu berputar. Dulu kamu yang menjaga dan merawatku, tapi sekarang giliran aku yang menemanimu dalam tidur panjangmu. Ali syarief

~~~~~~

Hari terus berganti, tapi keadaan prilly masih sama saja yaitu koma. Kini hanya alat inilah yang membantu prilly untuk hidup, dokter sudah berkali-kali menawari untuk melepas alat ini tapi tak pernah ku perbolehkan

Mungkin dokter berfikir bahwa tanpa alat ini prilly akan meninggal dan akan tenang tanpa harus terbebani dengan alat ini, tapi gue yakin dengan yang namanya mukjizat.

Setiap hari gue selalu datang keruangan prilly atau bisa dibilang ICU.

"Pagi prill, gimana keadaan kamu? Masih belum ada perubahan juga. Prill besok lusa gue bakal operasi, apa lo gak mau jadi orang pertama yang gue liat setelah operasi?" ucapku yang masih sama saja seperti hari kemarin yang tak di respon.

"Prill mungkin kali ini gue egois tapi, pliss prill gue pengen lo sadar secepatnya. Gue gak tau harus gimana lagi, semenjak lo koma gue semakin ngerasain kesendirian. Gue takut sendiri prill, gue takut gelap dan lo tau itu"

"Ali, sayang hari ini kamu harus cek keadaan kamu karena lusa kamu akan operasi nak" ucap mama gue yang ternyata sudah kembali dari ruangan dokter

"Ma prilly bakalan sadar kan ma, ali takut kalau yang dokter bilang itu benar ma. Prilly gak bakal ninggalin kita kan ma" ucapku yang mulai menangis. Ucaplah gue cengeng tapi mau gimana lagi kalu dokter sudah bilang kayak gitu

"Mungkin yang dokter bilang ada benarnya sayang, mama juga gak kuat liat prilly yang di penuhi sama alat² kayak gini"

"Gak ma, pokoknya ali gak bakal bolehin siapapun yang mau ngelepas semua alat ini, sampai prilly benar² udah ninggalin kita"

"Nak, papa kasian liat prilly kayak gini, kalau seperti ini caranya sama saja kalau kita melawan kehendak allah"

"Tapi pa, prilly masih hidup, detak jantungnya masih bunyi dan papa harus ingat kalau ali itu cuma buta jadi ali masih bisa dengar semua disini"

"Ma, pa biarain ali liat prilly dulu, ali pengen liat emang gimana keadaan prilly sampai semua orang bilang untuk ngecabut semua alat ini" ucapku mulai melemah

"Mama mengerti gimana perasaan kamu sayang, mama tau kalau kamu sedih tapi pliss sayang kamu jangan egois" ucap mama gue sambil meluk gue

"Pliss ma biarin ali liat dulu keadaan prilly seperti apa, kalau emang keadaannya seburuk itu mungkin ali akan belajar buat ikhlasin prilly ma"

"Pa, pliss biarain ali liat keadaan prilly dulu. Sebenarnya sekarang ali kesepian tanpa prilly ma, pa. Hidup ali suram tanpa prilly. Ali masih harus nyiapin mental buat kehilangan prilly"

"Papa akan izinin kamu untuj ngeliat keadaan prilly dulu tapi papa berat buat bilang ini, papa yakin kalau kamu liat keadaan prilly kamh bakalan ikhlasin prilly buat pergi"

'Ya allah apa seburuk itu keadaan prilly sampai semua orang harus ngerelain prilly kembali ke sisimu' batinku yang masih terus menangis

Skip satu minggu

Ali pov

Hari ini adalah hari dimana gue bakal buka perban mata gue setelah operasi. Mungkin banyak yang tanya kenapa di buka begitu lama. Karena memang setelah operasi kita harus menunggu 4 hari baru bisa buka perban.

"Selamat pagi ali, hari ini kita akan buka perban mata kamu" ucap dokter yang sudah masuk keruangan gue

"Iya dok, semoga saya bisa melihat lagi"

Dokter mulai membuka perbannya secara perlahan. Setelah semua perbannya terbuka, dokter nyuruh gue buat buka mata gue secara perlahan

Gue mulai ngebuka mata gue pelan² sampai akhirnya

"Ma, pa ali udah bisa liat kalian lagi"

"Alhamdulillah sayang, akhirnya kamu bisa melihat lagi" ucap mama gue sambil nangis bahagia

"Selamat nak, kamu akhirnya bisa melihat lagi" ucap papa gue dengan raut wajah bahagia

"Selamat yah ali, operasi kamu berjalan lancar, kalau begitu saya permisi dulu"

"Makasih dok"

Kebahagiaan kini nyelimutin keluarga gue, sesaat gue lupa sama seseorang yang sedang melawan penyakitnya dan dalam kondisi koma

"Ma, ali udah cukup bahagia, sekarang ali mau liat keadaan prilly"

"Kamu yakin mental kamu udah siap liat keadaan prilly" balas mama gue yang masih ragu

"Iya ma, ali yakin. Bagaimanapun keadaan prilly ali bakal siap dengan semua itu" jawabku mantap

"Oke, kalau begitu yuk kita keruangan prilly" ucap papa gue

Kemudian kita menuju ruangan prilly yaitu ruang ICU, tapi masih belum sampai eh tiba²

"Alii.." teriak orang itu yang ngebuat mama papa gue juga kaget.

"Apaan sih lo, ini itu rumah sakit jadi tuh mulut gak usah berisik banget, ngeganggu tau" balasku ngebentaknya

"Ali kamu udah melihat lagi"

"Udah yah, lo itu emang gak abis cara yah buat deket sama gue. Dasar cewe centil lo"

"Husst ali, jangan ngomong gitu" ucap mama gue ngelerai

"Udah yah sekarang lo pergi, sebelum gue panggil satpam"

"Oke gue bakal pergi, tapi ingat jangan panggil gue seira kalau gue gak bisa dapetin lo" ucapnya menekan nama dia

"Truss gue takut" ucap gue kemudian berlalu dari hadapan dia

Gue ngelanjutin jalan keruangan prilly. Ketika sampai depan ruangan itu ternyata jauh lebih buruk dari pada waktu gue gak ngeliat ruangan ini, bagaimana bisa prilly bertahan disini yang sudah hampir satu bulan

"Li kamu siap"

"Iya ma, ali siap liat keadaan prilly"

Gue emang udah siap liat keadaan gadis yang telah ngebuat gue luluh. Ketika gue masuk, gue belum liat sosok prilly tapi gue cuma denger alat² yang ada disini.

Gue mulai mendekat ke bangsal prilly dan keadaannya...

Gak bisa gue bilang

'Apa ini saatnya....' batinku bimbang





Vote dan komennya


My Brother LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang