Setelah menanti sekian lama, akhirnya dia kembali. Namun kehadirannya kembali telah membawa luka yang lebih perih, dibanding kepergiannya. Ali syarief
~~~~~~
"Li sekarajg kita balik ke vila, gue gak mau rafli nyariin kita" ucapku mengajaknya
"Kamu duluan aja, aku masih mau disini dengan hujan"
"Gue tau lo mau disini karena lo gak mau kan keliatan nangis, tapi pliss li kita balik sekarang"
"Prill gue udah gak berarti dikehidupan lo, jadi pliss gak usah pikirin gue"
"Li, lo itu kakak gue. Gue gak mau liat kakak gue sakit dan dengan alasan sakit lo jadi gak dateng di pernikahan gue minggu depan"
Ali pov
Minggu depan secepat itukah prill, apa lo gak tau kalau gue disini sakit, jauh lebih sakit dibanding waktu lo pergi
"Secepat itukah? Selamat yah, selamat akhirnya lo udah ngilangin rasa itu"
"Udah cukup. kalau lo gak mau balik, gue duluan" ucapnya kemudian mulai melangkah menjauh
"Prill, pliss lo bilang kalau lo itu masih cinta sama gue prill. Gue mohon lo pertimbangin semua ini" teriakku yang mampu membuat langkahnya terhenti
Gue liat bahu dia bergetar, itu tandanya dia nangis
"Maaf li, gue udah gak cinta lagi sama lo" ucapnya kemudian berlari
"Arghh... Kenapa cobaan ini selalu ada, disaat harapan itu mulai ada selalu saja ada cobaan yang nimpa gue"
Jauh dari tempat ali menangis, ternyata prilly masih melihatnya
"Maaf li, gue gak bisa balik lagi sama lo. Gue takut bakal ada hati lagi yang sakit" ucap prilly yang jauh dari ali
*****
Setelah kejadian kemarin, ali jadi jarang berbicara. Ketika di tanya dia hanya menjawabnya sesingkat mungkin. Apa sesakit itukah yang dia rasakan sampai dia tak bisa bilang apa² lagi
"Li, hari ini kita bakal berangkat ke bali. Gue sama prilly udah nyusun tempat buat prewed secara buru², berhubung waktunya tinggal bentar lagi" ucap rafli memulai pembicaraan saat sarapan
"Maaf, tapi kayaknya gue harus balik deh. Soalnya ada client yang ngotot ketemu gue" balas ali, entah dia jujur atau hanya sekedar ingin menjauh dari pasangan ini
"Truss siapa dong yang bakal jadi fotografer kita"
"Nanti gue bakal nyuruh salah satu rekan kerja gue buat ikut kalian"
"Kak, emang kakak gak mau nemenin prilly di detik² terakhir prilly sebelum menikah?" ucap prilly yang mampu mebuat ali diam seribu bahasa
Ali pov
Detik² terakhir sebelum menikah, atau detik² terakhir sebelum kau membawaku dalam penyiksaan yang begitu sakit
"Maaf tapi aku ada kerjaan lain" jawabku sesingkat mungkin
"Li, ayolah kan bisa tuh client kamu datengnya besok" ucap rafli yang membela prill
"Iya kak, pliss ushaain yah kak" ucapnya dengan muka lucunya yang mampu ngebuat gue kangen kembali dengan semua tingkahnya
"Akan aku usahakan"
******
Prilly pov
Sekarang kita sudah sampai di bali, tepatnya di hotel. Berhubung karena capek jadi gue istirahat dulu dikamar
Saat sedang bosan, gue mulai ngebuka HP gue dan tanpa sengaja gue ngeliat foto² candid ali waktu gue selalu sama dia. Ahh entah kenapa kalau gue liat ali, rasanya ingatan itu terputar kembali
Flashback on
Hari ini entah kenapa rasanya sulit sekali untuk kubuka mata, namun aku tetap berusaha membukanya. Ketika gue berhasil, yang gue liat pertama kali adalah dokter rafli. Sungguh dia bukan orang yang kuharapkan untuk kuliat
"Alhamdulillah prill akhirnya kamu sadar" ucapnya dengan wajah berbinar
"Kak, mama papa sama ali mana yah?" tanyaku dengan nada lemah
"Ali lagi masa pemulihan setelah operasi kalau mama papa kamu dia lagi pulang buat istirahat" jawabnya
Setelah bertanya dia menceritakan berapa lamanya aku koma dan betapa marahnya ali saat semua orang ingin mencabut semua alat di tubuhku. Ceritanya mampu ngebuat gue nangis, gue gak abis pikir ternyata yang ngejagain gue selama koma adalah ali, tapi kenapa bukan dia yang gue liat pertama kali
"Kak, bisa temenenin gue buat keruangannya kak ali" mohonku padanya namun dibalas gelengan
"Gak prill kamu baru sadar dari koma, kamu belum boleh buat keluar kamar"
"Ayolah kak, suster pasti gak bakal ngelarang aku buat keluar kamar karena aku sama dokter , jadi aku aman"
"Baiklag tapi hanya sebentar, oke"
"Oke" jawabku antusias namun ketika gue terlalu girang rasanya dada gue sesak, tapi gue sembunyiin demi keluar kamar
Kita mulai berjalan keruangan ali, namun dokter rafli tak mengijinkanku untuk berjalan jadi aku menggunakan kursi roda
Ketiak sampai gue langsung masuk dan gue ngelarang dokter rafli buat masuk
"Hai kak, aku tau kakak bakal ngeliat lagi tapi maaf kak itu artnya kita harus berpisah" cuma kata itu yang mampu gue ucapkan ketika dia tertidur
Paginya aku tau kalau hari ini aku harus segera pergi
"Kak, tolong bawa aku jauh dari sini"
"Aku tau prill kalau kamu gak mau ingkar janji tapi , baiklah aku akan mengikut sertakan kamu ke singapore"
Sebelum keberangkataku, gue sempat pulang dan menulis surat serta membrikan ucapan keali
Ketika telah sampai di singapore ternyata disinilah keluarganya tinggal. Tak butuh waktu lama untuk berbaur dengan keluarganya
Tak terasa setahun sudah gue tinggal bareng dokter rafli dan keluarganya, sampai waktu itu kita semua berkumpul di ruang keluarganya
"Prill jadi gini berhubung kita sekua lagi kumpul, gue pengen ngomong sesuatu sama lo prill. Lo mau jadi istri gue?" tanyanya yang spontan ngebuat gue kaget
"Terima... Terima..."sorak ashila adik rafli yang memang sangat mendukungku
Gue bingung, disatu sisi keluarga ini sudah sangat baik sama gue dan di sisi lain gue masih cinta sama ali
"Baiklah, aku terima" ucapku memang sulit untuk menolak memgingat semua kebaikan keluarga ini
Flashback off
Mengingat semua itu memang keadaan gue waktu sangat sulit, namun aku yakin pilihan ku tak akan salah
Tok.. Tok... Tok
"Sayang kamu siap² yah, bentar lagi kita pemotretan" teriak rafli dari luar kamar
"Iya" jawabku singkat
Dibalik setiap pilihan, pasti masing² memiliki resiko dan aku sudah siap dengan stiap resiko dalam setiap pilihanku
Kali ini versi flashback hehe
Vote dan comment yah