"Ma, Pa Sarada pergi dulu, ya?" Sarada berpamitan sambil membenarkan sepatunya.
"Tunggu Sarada!" Sakura berlari kecil menghampiri anaknya yang hendak pergi.
"Ini bekal untukmu."
"Arigatou ,Ma!"
"Hmm, kau seharusnya berterimakasih pada papa. Ini buatan papa, lho." ucap Sakura sambil menoleh dan tersenyum ke arah suaminya yang kini berada di sampingnya.
"Eh? Buatan papa? Arigatou Papa!"
"Hm, hati-hati dalam misimu,ya." pesan Sasuke pada anaknya.
"Tentu! Kalau begitu Sarada pergi, ya? Sampai nanti Ma, Pa!" Sarada melambaikan tangannya kemudian berlari meninggalkan rumah dengan semangat.
"Lakukan yang terbaik, Sarada!" Sakura menyemangati anaknya dari kejauhan. Mendengar suara mamanya, Sarada pun membalikan badannya.
"Hm, serahkan padaku!" Sarada berbalik dan membalas sahutan dari mamanya, kemudian memantapkan langkah kakinya.
"Melihat Sarada, ia sangat mirip denganmu Sasuke-kun."
"Tidak juga, aku rasa ia lebih mirip denganmu."
"Hehehe... dia benar-benar mirip dengan kita." Sakura menyandarkan kepalanya di bahu Sasuke dan memeluk lembut tangan suaminya. Sasuke hanya membiarkan Sakura bermanjaan di sisinya. Mereka terus berdiri berdampingan untuk beberapa saat di halaman rumah sambil memerhatikan kepergian anak mereka.
"Sakura?" Tiba-tiba Sasuke memanggil nama istrinya.
"Hm?" Sakura membalikan badannya kemudian menghadap wajah sang suami. Ia menatap dalam wajah suaminya itu sambil tersenyum. Melihat wajah Sasuke yang begitu dekat, Sakura merasakan gejolak tersendiri dalam dirinya. ia memejamkan matanya dan mendekatkan wajahnya lebih dekat lagi dengan suaminya itu.
Puk. Dengan lembut jari telunjuk yang sangat ia kenal ini mendarat di dahinya untuk kesekian kalinya.
"Kau tidak ke rumah sakit?"
"..." Sakura terpaku sejenak.
"Bersiaplah, aku akan mengantarmu." lanjut Sasuke melihat istrinya yang masih terbengong.
"Eh? Iya... iya! Aku harus ke rumah sakit!" Sakura pun berlari dengan canggung meninggalkan suaminya dan masuk ke dalam rumah.
'Bodoh! Apa yang kau lakukan Sakura, Shannaro!' umpat Sakura dalam hati. Ia benar-benar malu karena memejamkan matanya di depan Sasuke begitu saja.
Sementara Sasuke hanya tersenyum melihat istrinya yang terlihat jelas salah tingkahnya.
===
"Sasuke-kun, ayo kita pergi!" ucap Sakura sambil menenteng tas kerjanya dan membawa tumpukan berkas rumah sakit.
"Hm, ayo." Balas Sasuke sambil membantu membawakan barang bawaan istrinya. Sakura pun hanya tersenyum merona sambil memandang wajah suaminya dari samping. Ya, ia benar-benar suka itu. Saat Sasuke terlihat peduli padanya. Ia akan selalu senang walau hanya dengan perhatian yang sekecil apapun.
"Arigatou Sayang." ucap Sakura sambil tersenyum pada suaminya.
"Hm." balas Sasuke singkat.
===
Sementara itu...
"Gawat, Aku harus cepat-ttebasa!" Boruto berlarian dengan tergesa-gesa menuju gerbang perbatasan desa untuk menemui timnya.
"Tck, Sudah hampir 15menit, namun ia belum juga sampai. Dasar, apa yang dipikirkan si bodoh itu?!" Sarada terus mendecak.
"Tidak biasanya ia telat selama ini. Biasa 5menit. Paling lama 10menit. Ini rekor barunya." Mitsuki bersandar pasrah.
"Sepertinya kita harus memberinya pelajaran. Kelewatan kalau sudah begini! Awas saja dia nanti, sha...! " Sarada mengepalkan tangannya.
"Dasar, kemana perginya anak itu..." Konohamaru menggunakan teropongnya berharap anak didikannya yang satu itu akan datang.
===
Boruto memang sudah berangkat tepat waktu dari rumah. Namun dalam perjalanannya, ia melihat seorang nenek yang tampak kesulitan membawa bawaannya sambil berusaha menenangkan bayi yang terus menangis di gendongannya. Melihat hal itu, Boruto pun menghentikan langkahnya dan menghampiri nenek itu.
"Nenek, biarku bantu-ttebasa!" Boruto menawarkan diri.
"Wah, te...terima kasih, Nak! Kau bisa membawanya?" Nenek itu tampak sedikit lega setelah mendapati bantuan. Namun ia masih terus berusaha menenangkan bayi di gendongannya.
"Serahkan saja padaku-ttebasa!" Boruto membentuk segel dan mengeluarkan bunshinnya. Boruto membentuk dua bunshin. Satu untuk membawakan barang bawaan, dan satu untuk menghibur sang bayi.
"Dengan begini lebih mudah-ttebasa!" Boruto tersenyum pada sang nenek.
"Wah! Jurus ini... Jangan-jangan kau anak tuan hokage." Nenek ini terkejut melihat Boruto menggunakan jurus yang sudah tidak asing lagi bagi penduduk desa. Ya, penduduk Konoha menyebutnya 'Jutsu Sang Hokage'. Karena hokage mereka menggunakan jurus ini tiap harinya. Ya, Naruto setiap harinya selalu menyebarkan bunshin untuk melakukan berbagai pekerjaan sekaligus, termasuk membantu para penduduk desa.
Boruto hanya tersenyum lebar pada nenek tersebut.
"Geez, ayahku benar-benar merebut kepopuleran di desa ini."
"Terima kasih banyak, Tuan muda. Tuan muda sangat baik, persis seperti Tuan hokage. Wah, kau sangat beruntung dapat bertemu dengan anak tuan hokage, Daichi." Nenek itu berbicara dengan bayi di gendongannya.
"Hehehe... Boruto. Panggil aku Boruto saja, Nek." Boruto tampak malu karena dipuji berlebihan.
'Gomen sensei, Sarada, Mitsuki sepertinya aku akan telat.'
-
-
Begitulah singkat cerita dibalik terlambatnya Boruto.
part 10 end, to be continued
===
YOU ARE READING
Sasusaku: Home
FanfictionI don't own the characters. Such a sasusaku shipper! My first ff ever, hope you like it all! Sasuke akhirnya pulang setelah menjalankan misinya. Ia berniat memberikan surprise untuk istri dan anak tercintanya, Sakura dan Sarada yang selalu setia men...