Risya, Angel, Yoga, Eri, berserta Rasya sedang asik menonton home teater milik keluarga Risya."Nih ya gua berani taruhan itu cewe bakal mau mati bentar lagi." Ucap yoga sambil membentulkan posisi duduknya.
"Sok tau lu" ucap keempatnya.
Yoga mengangkat bahunya lalu menatap ketiganya seakan berkata "liat aja ntar!"
Merekapun kembali fokus ke film yang mereka tonton"Hiks hiks bener eh dia mati, semoga kita gak ada ya yang kayak gini-ginian! Semoga kita bersama selamanya." Ucap Angel.
"Amin--" ucap mereka lalu berpelukan layaknya teletabis versi remaja.
*Ting Tong*
"Ganggu aja, lagi best moment juga!" Umpat Rasya.
"Yailah bilang aja lu keenakan di peluk, menang banyak!"balas Angel.
"Udah eh! bukain noh!" ucap Risya
"Ogah!" Jawab keempatnya.
" yaudah gua aja." Risya mendenguskan nafasnya melihat kelakuan sahabat+kakaknya itu.
Risya berjalaan kearah pintu masuk dan membukanya disitu terlihat Alina yang sedang mendumal tidak jelas sambil menghentak-hentakan kakinya.
"Lama amat neng bukanya! Udah kayak putri solo." Raut muka Alina tanpak kesal.
"Lah kenapa lu yang marah? Lu ngaretnya satu abad. " ucap Risya sambil menyender di muka pintu.
"Nenekmu! Gua cuma telat satu setengah jam ya! Udahlah gak mau debat lemes badan gua." Semprot Alina.
Alina pun memasuki rumah Risya dan langsung menuju Ke ruang yang ditempati teman-temannya.
"Eh Lin muka lu pucat amat udah kayak mayat hidup?" Ucap Angel sambil menyeruput es jeruk yang disiapkan mbok yem.
Alina memutarkan bola matanya lalu menghempaskan tubuhnya ke sofa tepat di sebelah Rasya.
Rasya melirik ke sebelahnya benar saja wajah Alina tanpak pucat.
"Lu kenapa?" Tanya Rasya.
"Gua sehat walafiat." Jawab Alina.
"Cie khawatir--," Alina menengok ke arah Rasya sambil memeletkan lidahnya.
"Uhh ceneng deh aku di khawatirin sama cowok ganteng nih." Ejek Alina.
"Weh iya dong, gua kan emang ganteng dan kece dari lahir." Balas Rasya dengan senyum yang mengerikan.
Alina membulatkan matanya, ia tak menyangka akibat omongan bodohnya Rasya menjadi over pede seperti tadi. Ia pun mengambil ponselnya.
*Ting*
Messenger from Alina.
Alina: Uh.. over pede!
Rasya : Memang kenyataannya begitu!"
Alina : Gak gak gak, diabetes gua lama- lama denger omonganmu.
Rasya : Woh karna saking manis nya gua.
Alina : "Idih! Nih cocok buat lu *pict Dijjah yellow* :v"
Rasya : "Amit-amit mending gua sama lu."
Alina membulatkan matanya lalu melempar asal handphonenya sehingga mengenai Rasya.
"Sentimen banget si lu ama gua!"umpat Rasya.
"Ih! lagi lu menjijikan mana mau Gua sama lu?" Balas Alina.
Rasya mendekatkan wajahnya tepat di samping telinga Alina, hembusan nafasnya sangat terasa di telinga Alina, membuat pipi Alina merona.
"Yakin? Gak bakal suka sama Gua?" Ucap Rasya berbisik.
"Hyaaaa!!! Mengerikan!--"Alina menjauhkan wajah Rasya darinya,
"Sonoh eh sono!" Alina menutup wajahnya yang merah padam itu.
"Cie blushing, uhh bentar lagi kita dapet pj nih." Goda Risya.
"Uhh?" Alina mengembalikan kedua tangannya seperti semula detak jantungnya sudah stabil sekarang.
"Eh Alin liat deh! Masa Rasya chatan sama karin" ucap yoga sambil menunjukkan chatnya.
Ntah kenapa saat itu wajah Alin berubah menjadi datar.
"Lalu?" Tanya alin datar.
Yoga menggelengkan kepalanya sementara Rasya merebut kembali ponselnya.
"Udah yuk langsung aja kita jalan ke bandung takut macet."
"Ayo!"
Mereka pun pergi ke bandung dan selama perjalanan Alina hanya melamun.

KAMU SEDANG MEMBACA
First & Last [✔]
Novela JuvenilPerasaan yang tidak pernah bisa di tebak oleh manusia manapun, dari awalnya membenci bahkan mengganggap seseorang itu sebagai musuh bisa jadi berubah menjadi sebaliknya, Alina dan Rasya yang awalnya selalu bertengkar namun berakhir bersama menjadi...