Chapter 10: " My Wedding "

7.7K 236 16
                                    

Nadia POV

"Nadia! Astaga Tuhanku! Ini sudah jam berapa?! Kamu masih tiduran disini?!" aku menegakkan kepalaku dari kasur lembutku dengan sangat terpaksa. Menyingkirkan rambutku yang menghalangi pandanganku kepada mama yang berdiri di hadapanku sekarang.

"Ada apa mama? Ini kan masih pagi. Masih jam 5. Sudahlah ma. Mama jangan ganggu tidurku. Aku ngantuk sekali..." sambil menguap, aku melihat jamku yang ada di atas nakas. Aku melanjutkan kembali acara tidurku yang sangat enak sekali ini.

"Ih...nih anak dibilangin ngeyel banget sih! Baguslah kalau jam 5 kamu bangun! Apa kamu enggak ingat kalau 3 jam lagi kamu akan menikah?" ih! Ini yang namanya emak-emak. Pagi-pagi udah ngajak berantem. Udah tahu lagi ngantuk, malah dimarahin. Adeh...

"Ih! Ya tahulah ma! Itu kan masih lama. Masih ada 3 jam lagi waktunya. Jadi, mama aku mohon. Izinkan aku untuk tidur sejenak, dari pada aku pingsan disana? Mama mau tanggung jawab?" kembali lagi aku menghempaskan kepalaku yang sedikit berat ini ke tempat tidurku.

"Kamu ini! Mama nyuruh kamu bangun supaya nanti kamu enggak tergesa-gesa di sana nanti! Lagi pula kan kamu mau di make up." aku memperhatikan mamaku yang dengan gaya santainya bergaya di hadapanku.

"Ya udah! Aku enggak usah di make up! Gampang kan?" mama melotot tdengan tajam ke arahku.

"Mana ada orang mau kawin enggak di make up?" aku menggelengkan kepalaku mendengar pernyataan mama.

"Yang benar itu nikah ma! Bukan kawin! Itu pun mama tidak tahu!" aku menyindir perkataan mama yang salah sedangkan mama hanya memutar matanya dengan malas lalu melihatku.

"Alah! Itu pun jadi lah! Pokoknya terserah kamu saja lah!" aku cekikikan melihat aksi ngambek mamaku.

"Hm...kalau aku sih memilih untuk melanjutkan tidurku saja." mama menatapku dengan tatapan horrornya sedangkan aku kembali melanjutkan tidurku.

"Eh! Siapa yang suruh kamu tidur lagi?! Bangun kamu! Ayo!" mama menarik-narik tanganku dengan tarikan yang sangat kuat hingga pergelanganku terasa sangat perih. Ku berharap ia tidak memerah apalagi membiru.

"Ih! Mama pelan-pelan aja lah! Tanganku masih dibutuhkan!" aku merengut kesal sambil mengibaskan tanganku ke udara.

"Ya sudah! Kamu harus bangun lalu siap-siap sekarang!" mama melipatkan tangannya di depan dadanya. Aku menatap cuek mamaku.

"Tadi kata mama terserah aku! Mana yang betul ini?"

"Ck! Pokoknya kamu harus siap-siap sekarang juga!" mama menarik-narik lagi tanganku yang belum sembuh dari rasa perihnya.

"Ada apa ini? Kenapa ribut sekali?" aku melihat ke arah pintuku yang terbuka dan tampak papa yang tampang khasnya berdiri dengan tegap.

Ku langkahkan kakiku melewati mama lalu berlari ke arah papa untuk memeluknya. Papa memelukku dengan hangat. Ya tuhan! Aku bakalan merindukan pelukan papa.

""Ini ada apa sebenarnya?" papa mengelus-elus kepalaku dengan sayang. Aku mendongkakan kepalaku mendengar pertanyaan papa.

"Nadia ini pa. Di suruh untuk siap-siap, ia malah marah-marah sama mama." mama melipat kedua tangannya di depan dadanya, tidak lupa dengan raut wajahnya menatapiku. Aku hanya bisa mengerucutkan bibirku di dalam pelukan papa.

"Nadia. Ini sudah pagi sayang. Kamu itu harus bangun lalu siap-siap untuk acara istimewa mu nanti." papa menatapku dengan sayang sambil mengelus-elus kepalaku dengan sayang. Aku mengatup bibirku dalam-dalam.

"Kenapa belum siap-siap sayang?"

"Aku masih ngantuk pa. Jam 3 tadi aku baru bisa tidur dengan nyenyak pa. Jadinya...aku cuman tidur dalam 2 jam saja. Lagian ngapain sih dibanguni pagi-pagi subuh begini? Kurang kerjaan banget sih!" mamaku memutar malas matanya mendengar pernyataanku sedangkan papa hanya bisa geleng-geleng kepala melihatku.

Crazy Girl And Playboy CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang