Lauren POV
"Lauren! Itu makanannya dimakan! Bukan disenyumin!!" mamaku berteriak tepat di depanku dengan tampang khasnya.
"Iya tuh ma! Terlalu lama jomblo ya kaya gitu! Ngenes amat dah hidupnya!"
Pletak!
"Kamu itu ya dek. Asbun(asal bunyi) aja deh kerjanya!" aku memukul kepala Hannah dengan sendok yang ada di tanganku. Nih anak udah paling kecil di keluarga ini melawan aja kerjanya. Mulutnya enggak bisa ditahan pergerakannya.
"Suka-suka hatiku lah kak! Mulut-mulutku. Kok kakak pula yang sewot?"aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku melihat tingkah adikku semata wayang ini.
"Lihatlah ma. Ini akibatnya kalau sering banget dimanjain." aku menyenderkan tubuhku ke kursi sambil melihat raut mama sama Hannah saat ini.
"Oh iya dek. Enggak nyadar ya kalau kamu itu yang jomblo ya? Enggak pernah ngaca ya? Jangan-jangan enggak punya kaca ya di kamarnya? Dimanjain kok enggak punya kaca!"
"LAUREN!!"
"KAKAK!!!"
Aku berlari dari meja makan ke ruang tengah untuk mengambil tas kerjaku. Aku terus berlari hingga sampai di depan pintu rumah, aku berteriak kepada yang ada di meja makan sana.
"MAMA!PAPA!HANNAH! AKU PERGI KERJA DULU YA! BYE! BYE! PAPA HATI-HATI SAMA DUA NENEK LAMPIR ITU! WKWKWK!!!" aku tertawa sepuasnya di samping pintu rumahku.
"LAUREN!!"
"KAKAK!!!"
"IHH! SINI KAMU! DASAR ANAK INI! SUKA BANGET CARI GARA-GARA YA!!"mamaku dan Hannah berjalan mendatangiku dengan raut mukanya yang bikin aku ketawa. Jangan lupakan juga! Alat-alat makannya.
Hannah membawa sendok dan garpu sedangkan mamaku datang dengan pisau dan panci. Aku berlari sekencang mungkin sebelum aku bernasib sama dengan makanan.
Sesampai di garasi, aku memasuki mobilku tanpa melihat-lihat keberadaan mereka. Langsung menghidupkan mesin mobil lalu tancap gas menuju keluar rumah.
Sesampainya di gerbang, aku melihat ke luar jendela. Di belakang sana, mama dan Hannah yang menatap sangar mobilku.
Prangg!
Mati aku! Apaan itu tadi? Aku melihat dari jendelaku, panci yang sering digunakan mama untuk masak sudah tergeletak di samping mobilku. Mampus! Ini tanda peringatan buat mobilku.
"LAUREN! BALIK KAMU! SINI BIAR MAMA HUKUM KAMU!" aku langsung menancap gasku sekuat-kuatnya agar mama tidak dapat mengejarku. Dalam mobil, aku ketawa sepuasnya melihat tingkah laku mama sama Hannah yang menurutku terlalu 'kekanakan'.
®^~•√•~^®
Huft!
Aku menyadarkan tubuh lelahku di kursi kebesaranku. Baru saja aku menutup mata lelahku, sekretarisku sudah datang dengan setumpuk pekerjaan.
"Pagi pak. Pagi ini, ada beberapa berkas yang harus bapak tanda tangani segera." ia menaruh setumpuk berkas sialan itu di atas mejaku. Meliriknya saja sudah membuat moodku enggak bagus, apalagi membacanya. Tapi..ya terpaksa juga namanya juga pekerjaan.
Aku mengambil setumpuk berkas yang harus aku tanda tangani. Mengambilnya satu-persatu, dibaca, dipahami, lalu tanda tangani. Begitulah seterusnya sampai membuat jenuh. Sampailah berkas yang terakhir. Sedikit lega lah.
"Terima kasih pak. Oh iya pak! Setelah ini, bapak akan menghadiri beberapa acara rapat penting yang akan bapak hadiri, dan juga malam harinya akan diadakan makan malam bersama perusahaan..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girl And Playboy CEO
Romance"Aku tidak tahu setan apa yang sedang merasuki tubuhku. Hanya karena berawal dari anak itu, aku dengan mudahnya meminta dia untuk menikahiku. Padahal aku saja tidak mengenalnya. Entahlah...aku hanya ingin menyayangi dan melindungi anak itu walaupun...