Chapter 13

4.6K 164 7
                                    

Nadia POV

"Nadia. Nanti pas jam 12 siang, kamu suapin suami kamu ya. Mama mau pergi dulu sebentar. Ada teman mama cucunya baru lahir. Ya, mami duluan ya Lauren. Kalau Nadia nakal, bilang saja sama mami biar mami jewer telinganya." mama mengelus kepalaku sebentar kemudian ia berjalan meninggalkan ruangan dengan tas kebesaraannya melekat di lengannya. Dasar emak-emak! Kerjanya ngegosip aja sama teman-temannya.

"Beres mi! 👍" aku mencibir kedipan mata si tua bangka itu kepada mamiku. Sudah ku bilang! Dia itu berondong tua yang tidak sadar diri! Dari yang masih kecil plus imut sampai yang tua renta sekalian pun di gandengnya. Para berondong tua mesti diberantas!

Setuju?! Mana suara pendukungnya Nadia?!

"Eh! Anda itu sudah tua sadar dirilah! Itu mamaku tercinta! Jadi enggak usah pakai kedip-kedip mata segalalah! Kalau sempat di lihat papa, habis anda tua bangka!" si tua bangka itu menaikkan satu alisnya mendengar omonganku.

"Memangnya ada masalah dengan lo bocah labil? Hmm..jangan-jangan lo cemburu ya sama gue? Alah! Ngaku saja lah!" aku melihatnya dengan tatapan terjijikku. Cemburu katanya?! Mati sajalah!

"Ngapain juga cemburu? Yang aku takutkan itu adalah anda tua bangka merebut mamaku! Mamaku itu tetap milik papa seorang!" aku melipat kedua tanganku dengan gaya sombongku.

"Alah! Banyak kali gaya lo! Bilang saja cemburu!"

"Nih! Mendingan anda tua bangka makan sendiri pakai tangan sendiri! Enggak usah banyak ngomel!" aku meletakkan nampan makan siangnya di pangkuannya dengan hentakan cukup keras.

"Auh! Pelan-pelah lah naruhnya! Lo enggak tahu ya, area bawah gue sakit berdenyut-denyut!"

"Emangnya aku pikirin?! Anda tua bangka lebih baik makan dulu, aku mau keluar sebentar eh! Mungkin lama deh! Soalnya lama gitu! Mau ketemu doi dulu! Hahahaha!!!! Bye Bye!!!" aku menjulurkan lidah kepada si tua bangka kemudian berlari keluar ruangan dan tidak lupa menutup pintu ruangan.

Sehabis keluar dari ruangan, aku tertawa sendiri sambil berjalan seperti orang gila kesasar enggak tahu arah pulang. Aku mengambil handphoneku yang aku simpan di tas kecilku tergantung di lengan kananku.

Bugk!

Aku merasa ada seseorang yang menabrak bahuku dengan keadaan yang mungkin sengaja. Hampir saja aku kehilangan keseimbangan badanku untuk berdiri. Namun, bagi handphoneku mungkin tidak.

Aku mengambil handphoneku yang terjatuh mengenaskan di lantai. Sudah ku duga! Kacanya pasti retak. Tetapi, masih bisa hidup. Aku melihat seseorang yang berani menabrak bahuku tadi. Berusaha mencari-cari siapa yang kemungkinan menabrakku tadi. Tetapi, di rumah sakit ini banyak sekali orang yang berlalu-lalang. Sulit untuk mencari si dia itu.

Hmm...dari pada mencari keberadaan si penabrakku tadi, lebih baik mencari keberadaan dokter tampan itu saja lah. Lebih menguntungkan!

®^~•√•~^®

Di kantin rumah sakit, lebih tepatnya lagi ada banyak orang yang berkumpul di sekitarku. Aku mengambil handphoneku dari tas sakuku kemudian mengelusnya dengan sayang sambil memandangnya dengan tatapan kosong. Aku sendiri bingung mengapa aku menatap handphoneku ini dengan tingkah bodohku.

"Kang, baksonya satu mangkok ya." samar-samar aku mendengar suara seseorang yang jaraknya dekat. Namun, aku yakin itu pasti hanya seseorang yang sedang numpang makan di bangkuku.

"Hey! Mengapa melamun?" sontak aku terkejut dengan tepukan di bahuku. Aku mengelus dadaku dengan perlahan menenangkan jantungku yang rasanya hampir mau copot.

Crazy Girl And Playboy CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang