Chapter 12

5K 176 25
                                    

Lauren POV

Mulai sekarang, gue menganggap bahwa antara gue dengan si cewek labil itu akan bermusuhan sampai kapan pun. Bila perlu supaya selalu ingat, gue akan mencatat sumpah gue ini di jidat gue pakai spidol permanen. Tapi, sekarang gue memilih untuk tenang-tenang saja dulu. Kalau saja sikapnya berlanjut terus-menerus, gue tidak dapat memastikan tangannya masih berada di tempatnya.

"Cieee...yang semalam enggak bisa kencan sama kekasihnya." si cewek lebay ini baru saja memasuki kamar langsung melambaikan tangannya kepadaku dengan tingkahnya seperti anak-anak.

"Sibuk banget lo! Itu semua gara-gara lo! Padahal gue pengen senang-senang sama pacar gue!"

"Ya elah! Ribet banget sih berurusan sama om sih! Tinggal mandi terus pakai baju yang baru dan harum kan udah bisa pergi lagi. Gitu aja kok susah!"

"Enak banget lo ngomong ya! Itu baju, baju kesayangan gue sama dia! Tapi gara-gara lo, errrr!!! Terserah lo deh!" gue berlari meninggalkan cewek aneh itu. Menuruni anak tangga dengan langkah cepat namun pasti.

Bugkk!

Gue terjatuh dengan cantiknya. Ingat! Posisi kepala hampir mengenai anak tangga. Kalau sampai terkena, habislah gue langsung geger otak.

"Aduh! Aduh! Maaf Lauren. Kamu tidak apa-apa kan? Tadi mama lagi mengepel lantai." gue berdiri dengan bantuan mami. Memulihkan dulu kepalaku yang terasa pusing. Kemudian melihat wajah mami yang tampak khawatir.

"Eh..enggak apa-apa kok mi. Hanya jatuh doang. Ah! Kecil itu! Hehe..mami tenang saja." gue mencoba tersenyum walaupun kepalaku yang masih terasa pusing. Mama mengelus dadanya sambil menghela nafas.

"Baguslah Lauren. Mama senang dengarnya. Ya sudah. Mama lanjutin dulu kerja mami ya." gue hanya bisa mengangguk-anggukan kepalaku sambil mencoba meresapi sakit kepala yang masih terasa ini.

"Ya udah ma. Aku mau ke dapur dulu ya." ngomongnya harus baik sama mertua. Biar dibilangnya kalau menantu tampannya ini baik plus taat. Ingat! Baik ngomong sama mertua!

"Eh! Lauren lan..."

Bugkk!

"Kan sudah mama bilang. Mama lagi mengepel lantai. Kamu sih yang tidak mendengarkan kata mami. Jadinya kan jatuh lagi." gue terjatuh untuk yang kedua kalinya dengan kondisi mencium lantai. Adeh! Nasib, nasib.

"Hahahahahahahahahahahahahhahahaahahahahahahhaahah!!! Rasain tuh! Makanya jadi orang itu jangan kegatelan deh! Bwek! Enak?! Mantap?! Ya jelaslah! Udah kepala terkena cium, bibirnya juga! Kurang puas lantainya! Kasih tuh yang lebih dari situ! Hahahahhahaha!! Makan tuh keramik!" dari suaranya yang cempreng ini sudah terdengar sekali kalau si cewek labil itu sudah menertawakan gue dalam keadaan aib seperti ini. Puas sekali ketawanya ya! Nampaknya kalau gue deket si cewek labil enggak pernah enak nasibnya selalu saja apes!

"Nadia! Kamu ngomong apa sih?! Enggak baik mengejek seperti itu! Apalagi ia adalah suami kamu! Kamu akan jadi istri yang sangat berdosa!" gue mendengar mami mencoba melawan perkataan kasar si cewek aneh itu kepadaku. Hmm..rasanya sekarang aku sudah pembantu dalam timku. Hehehe...

"Udah ma. Lauren enggak apa-apa kok. Ini cuman diolesin pakai mintak doang langsung sembuh kok." gue dibantu mama untuk duduk di kursi meja makan. Gue mencoba mengurut-urut kepalaku yang sakit. Gila! Sumpah! Ini sakit banget! Gila nih keramik! Terbuat dari apa nih?! Sampai rasanya mau pecah nih kepala!

"Lihatlah Nadia! Betapa baik dan tegarnya suamimu ini! Kamu seharusnya bersyukur punya suami seperti dia!" gue tersenyum di dalam hati ketika mendengar kata baik. Oh! Jelaslah! Gue itu terkenal dengan baiknya. Hehehe...mami ikut dalam timku.

Crazy Girl And Playboy CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang