Lauren POV
"Errgh! Kenapa sih harus salah paham begini?!" salah satu melampiaskan amarahku adalah dengan cara membabi buta alat alat kantor. Kalian harus maklum. Sebab, emosiku sangat tidak bisa ditahan (ya..walaupun sebenarnya bisa sih...dalam urusan akting.) Namun, melihat dia yang begitu terkejut dengan posisiku pada saat itu aku tidak bisa menahan emosi lagi. Bagaimana jika ia memutuskan aku? Kalau kami putus, siapa lagi yang bisa aku ajak untuk kencan? Eh! Dia itu model terkenal bro! Lihatlah bodynya, mulus macam papan amplasan. Kuatnya? Jangan ditanya lagi ataupun diragukan. Dia orang yang imbang dalam menghadapi lawan.
"Eh! Lo itu ya cewek aneh! Ck! Kalau saja bukan karena tangan lo yang sialan itu memegang tangan gue, pasti gue dan kekasih gue enggak akan salah paham begini!" aku menatap dia dengan tatapan tajam kemudian memukul tembok sebagai bahan pelampiasan.
"Jadi..wanita itu kekasihmu?" oh iya ya! Cewek ini kan enggak tahu siapa pacarku. Kalau aku bilang yang sebenarnya, kira-kira dia marah enggak ya? Hihi...cuman ngetest doang.
"Iya! Emang kenapa rupanya?! Ada masalahnya sama lo?!" aku menatap tajam ke arah si cewek aneh ini yang sedang duduk santai di sofa. Tatapannya langsung seperti menyelidik ketika mendengar omongan aku.
"Ya elah! Cuman nanya orang pun! Sombong amat anda jadi manusia! Aku kan cuman nanya doang! Enggak usah pakai emosi lah! Lagi pula pun, kalau dia itu bener-bener sayang dan tulus sama anda dia pasti tidak akan meninggalkan anda kok. Tapi, kalau dia meninggalkan anda begitu saja tanpa mendengarkan alasan yang jelas dari anda, maka ia tidak patut untuk anda perjuangkan." ia melipatkan kedua tangannya sambil menatap ke arah jendela yang dengan jelas pemandangan kota dari atas sini. Tumben suci nih anak? Alah! Palingan akting doang mah!
"Enggak usah jadi sok suci deh lu! Lo itu enggak tahu apa-apa tentang seluk beluk kehidupan gue selama di dunia ini." aku memutuskan untuk duduk di sofa yang langsung berhadapan dengan cewek aneh yang matanya masih betah melihat pemandangan kota.
"Walaupun aku tidak mengetahui seluk beluk kehidupanmu, namun aku bisa mengetahui dengan jelas bagaimana sikapmu selama ini." dan sekarang posisinya adalah ia menatapku dengan mata tepat di manik mataku. Sebenarnya ia kenapa sekarang? Tumben enggak marah? Biasanya cerewetnya mengalahkan mak lampir. Hmm..ada yang perlu diberesin.
"Aku mau pulang dulu. Kamu tidak mau ikut?" Nadia mulai berdiri sambil merapikan pakaian yang sedikit kusut kemudian melihatku dengan tatapan yang err..tidak bisa aku tangkap dengan jelas untuk saat ini.
"Hm..tidak. Lo aja duluan." aku memutuskan untuk kembali tenggelam bersama dengan berkas-berkas yang bisa menghasilkan kekayaan yang enggak akan pernah habis tujuh turunan.
"Oke. Baiklah." ia langsung pergi melenggang begitu aaja tanpa mau berdebat lagi. Cewek labil itu kenapa? Labil amat. Kemungkinan dia lagi PMS kali? Apaan sih?!
Aku memutuskan untuk berusaha tidak mau tahu mengenai kelabilan cewek lagi itu.
Cewek itu kenapa?
Nadia POV
Dengan keadaan uang pas-pasan dan hati yang tidak karuan maka aku mendatangi tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girl And Playboy CEO
Romance"Aku tidak tahu setan apa yang sedang merasuki tubuhku. Hanya karena berawal dari anak itu, aku dengan mudahnya meminta dia untuk menikahiku. Padahal aku saja tidak mengenalnya. Entahlah...aku hanya ingin menyayangi dan melindungi anak itu walaupun...