Chapter 4

6.9K 275 4
                                    

Lauren POV

Memuakkan!

Satu kata yang pantas untuk hidupku yang sedang ku jalani sekarang.Punya pacar cantik nan seksi tapi enggak di restuin sama orang tua. Tiap hari pasti di tanya tentang anak sialan itu!

Benar-benar anak sialan!!

Kalian mau tahu lagi ngapain aku sekarang?

Tepat sekali! Diceramahin ama Nyonya Kusuma, plus di ketawain satu keluarga.

"Kamu itu ya Lauren! Kalau cari pacar itu yang sopan sedikit! Walaupun mama seorang model, tapi mama enggak pernah menperlihatkan aurat mama kepada orang lain! Oh! Apa jangan-jangan semua baju pacarmu itu masih kreditnya? Makanya kurang bahan seperti itu? Masa seorang model...."

Dan banyak lagi. Pagi-pagi bukannya dapat salaman hangat malah dapatnya ceramahan super pedas! Aduh!

"Kamu dengar mama enggak?!"

"I..iyya dengar ma."

"Huuuuuu!!!! Mana pernah dengar dia ma! Lagi pula dia tuh yang terlalu playboy!" mulut anak ini pengen ku sumpel pakai serbet ini. Kalau bukan dia anak kesayangan mama, udah gue jitak kepalanya itu.

"Iya! Kakakmu ini! Playboynya kakap!"

Lihat! Mama ku selalu membela adikku yang manja ini.

"Eh manja! Bisa diem enggak sih?! Bising banget! Anak kecil enggak usah ikut campur lah! Masih bau kencur juga!"

"APA KAKAK BILANG?!" dia langsung mengacungkan garpu dan pisau tepat di depan mukaku. Aku langsung menatap ngeri yang ada di depanku ini.

"Iya. Emang kenapa? Betul kan?" jawabku santai seakan tidak memperdulikan dirinya yang sudah menatapku dengan muka berapi-api.

"Oh ya?" dia langsung melambai-lambaikan pisau yang di tangannya sehingga melekat pas di leherku. Aku hanya bisa diam sembari menatap matanya.

"Sekali lagi kakak berbicara seperti itu. Jangan salahkan diriku bila pisau yang tajam ini tertanam di leher kakak yang tidak seberapa ini." dia berbisik dengan sangat pelan namun menyakitkan. Adikku langsung kembali duduk di kursi makannya dan dengan santai nya memakan sarapan paginya.

Aku melihat mama yang menatap kami dengan syok, sedangkan papa..ya..tenang-tenang saja.

Aku kembali berkutat dengan sarapan pagiku.

Dasar Autis!

®^~•√•~^®

Pagi yang cukup suram...

Satu kalimat yang bisa aku serapahkan dalam hati. Bagaimana tidak? Di rumah sudah di ceramahin panjang kurang lebar ama nyonya rumah, sekarang di ruangan kerjaku sudah terduduk seorang anak kecil tak berguna bagiku.

Yang lebih parahnya, ia duduk di kursi kebesaranku! Dia melompat-lompat di atas kursi dan mejaku. Kurang ajar nih anak!

"Anak sialan!" tidak ada sahutan dari anak ini. Nih anak tuli atau pura-pura enggak dengar supaya mancing kemarahanku ya?

Tanpa membuang waktu dan suaraku, aku langsung menghampirinya. Aku menjambak rambutnya yang tipis itu. Tidak peduli dengan suara rintihannya, aku langsung menghempaskan badannya yang kecil itu.

"Eh! Anak sialan! Lo dengar enggak sih gue panggil? Pura-pura tuli lo?! Iya?!"

"E..e.n.gggaakk pa... Maaf. Tadi Christian enggak dengar papa manggil. Tadi Christian lagi senang main game. Gamenya baru bibi yang belikan. Gimana pa? Bagus tidak?" dia mengasihkan permainan yang dia mainkan tadi.

Crazy Girl And Playboy CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang