13.

489 59 4
                                    

Aku diam dan ragu untuk berkata. Untuk mengungkapkan sebuah kisah yang lama kupendam.

Aku tahu kau menyisipkan sebuah luka. Membuatku ingin mengobatimu tapi aku khawatir akan menyakitimu dikemudiannya.

Aku tahu gadis itu berharga. Aku tak bisa membuatmu melupakan dia.

Mungkin ia pena yang mengukir kebahagiaan pertama di hatimu. Tapi izinkan aku menjadi penghapus agar aku bisa menghapus seluruh kesedihanmu.

°°
Yerin memeluk kedua kakinya. Lututnya berdarah. Hari semakin gelap. Gadis itu tak tahu bagaimana keluar dari hutan belantara ini.

"Kumohon seseorang, tolong aku.." ia menangis dan tak tahu harus berbuat apa. Gadis itu sudah berjalan ntah kemana, jatuh dan berakhir dengan terluka.

Hari sudah gelap. Dan senter Yerin mulai meredup. Ia menangis. Tidak tahu bagaimana caranya. Ponselnya tidak ada sinyal. Membuatnya bergidik dan menangis karena tidak tahu arah dan tujuan.

Angin malam mulai menusuk tubuhnya. Membuatnya menggigil kedinginan.

"Wonwoo~ya..tolong aku.."

°°
"Wonwoo~ya!! Jangan emosi begini!" Wonwoo mengerang lalu menepis tangan Mingyu.

"Kau gila?! Gadis itu hilang dan kalian tidak mencarinya!" Wonwoo berlari ke arah hutan dan ditahan oleh Mingyu.

"Kita akan mencari gadis itu! Tenanglah sedikit! Aku juga khawatir padanya!!" Bentaknya. Wonwoo bersikeras dan tetap keras kepala.Eunha tetap menangis disana. Lututnya melemas.

"Mingyu kau gila!!" Ia melesatkan satu buah pukulan ke wajah Mingyu. Eunha berteriak.

"Aku bilang tenang!!! Kau tak perlu begini!?! Guru-guru juga sedang mengurus gadis itu!!" Wonwoo berdecih. Lalu berteriak.

"Kau gila?!! Cukup cinta pertama ku yang hilang dan mati!?! Aku tak ingin ini terjadi yang kedua kalinya!?!" Mingyu refleks melemas. Wonwoo menyukai gadis itu.

"Aku lelah kehilangan! Aku lelah untuk mengahadapi semuanya sendiri. Aku tak ingin gadis itu hilang.." lututnya kian melemas. Wajahnya memucat khawatir.

"Tenanglah Wonwoo. Kita akan mencari jalan keluarnya bersama-sama." Wonwoo menggeleng.

"Apa kau kira aku hanya akan diam disini? Tidak Mingyu. Aku akan tetap mencari gadis itu," ia bangkit dari posisinya lalu meninggalkan kedua temannya yang berteriak.

"Wonwoo~ya! Hutan ini berbahayaa!!!"

°°
Wonwoo menelusuri hutan itu. Ia membawa seluruh perlengkapannya. Ponsel yang diyakininya akan hilang sinyal, center, lampu emergency, semuanya sudah tersedia ditasnya.

Pertengkaran kecil itu membuat Wonwoo sadar akan perasaannya.

Bahkan ia benar-benar jatuh cinta dengan musuhnya itu.

Wonwoo cukup terluka saat cinta pertamanya meninggalkannya. Mengingat itu ia yakin takkan menemukan gadis seperti cinta pertamanya.

Wonwoo berusaha tegar agar tak menangis jika mengingat bagaimana cinta pertamanya itu hilang dan meninggal.

Wonwoo tak ingin itu terjadi pada Yerin. Cukup gadis itu yang hilang dan mati dihadapannya. Ia tak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya.

"YERIN~AH!! YERIN~AHH!!!" Ia berteriak sekencang mungkin. Gadis itu tak kunjung tampak.

Ia melihat seseorang dengan mantel hitam tebal tergeletak ditanah yang depannya sebuah sungai kecil.

"Yerin? YERIN~AH!??" ia menepuk wajah gadis pucat itu.

"Kumohon bangunlah...kumohon.." gadis itu tersadar. Ia menggerakkan badannya sekilas.

"Hm? Wonwoo~ya?" Ucapnya parau. Wonwoo memeluk gadis itu.

"Kukira kau akan mati," Yerin membalas pelukan Wonwoo.

"Aku takut.." ucapnya pelan. Wonwoo memberi isyarat pada gadis picat itu untuk naik ke punggungnya.

"Kau bersamaku. Jangan takut," suhu badan Yerin meningkat. Membuat Wonwoo menggosokkan tangannya ke wajah gadis itu.

"Jangan hilang begini.. aku khawatir," ucapnya. Yerin mengulum senyum.

"Wonwoo~ya.." panggilnya.

"Hmm," terdengar gumaman kecil dari bibir Wonwoo. Yerin menghela nafas.

"Terima kasih karena sudah datang disaat aku begini," ucapnya. Wonwoo menghela nafas kasar.

"Jangan pergi jauh-jauh. Hutan ini berbahaya," ujarnya mengabaikan ucapan Yerin.

Yang ia tahu Yerin tidak memiliki rasa padanya. Maka dari itu Wonwoo berhati-hati akan perasaannya.

"Wonwoo~ya.." Wonwoo bergumam lagi.

"Bagaimana jika aku menyukai seseorang, lalu ia sendiri pernah rapuh karena masa lalu. Aku harus bagaimana?" Ujarnya. Wonwoo berpikir sejenak.

"Ya, hibur dia." Yerin menggeleng.

"Wonwoo.. aku suka dia." ucapnya memelan. Langkah Wonwoo terhenti.

"Siapa?" Tanya Wonwoo.

"Kau suka siapa?" Tanyanya lagi. Dilihatnya Yerin sudah tertidur pulas.

"Yerin, beritahu aku. Biar aku tahu siapa yang memikat hati kecilmu itu,"

°°
Perkemahan tetap dilanjutkan. Walau ada sedikit kecelakaan. Namun acara terlaksanakan dengan baik dan lancar.

Sampai akhirnya penutupan perkemahan yang disambut dengan api unggun yang menyala.

Mereka bernyanyi riang dan melakukan berbagai jenis permainan. Perjalanan yang cukup menyenangkan sudah puas membuat Wonwoo bahagia.

Ia melihat Yerin yang tengah bergumam pelan melihat api unggun.

Tanpa disadari, hanya tinggal mereka berdua yang berada di api unggun itu.

"Hei," sapa Wonwoo. Membuat Yerin terkejut. Ia menaikkan kedua alisnya.

"Wonwoo, aku terkejut." Wonwoo hanya tertawa pelan melihat Yerin.

"Kondisimu sudah membaik?" Tanya Wonwoo. Yerin mengangguk lalu memeluk kedua kakinya.

"Terima kasih yang kemarin itu."

"Tidak seberapa," ujarnya dengan senyuman. Mereka terlarut dalam keheningan san membuat Wonwoo berdehem.

"Saat di hutan kau ada bilang sesuatu," ujarnya memecahkan keheningan. Yerin mengerutkan keningnya.

"Apa itu?" Tanya Yerin.

"Kau pasti hanya mengigau dan melupakannya." Jawabnya. Yerin mencoba mengingat-ingat apa itu. Namun nihil. Yang ia tahu, ia hanya tertidur saat digendong Wonwoo.

"Lupakanlah." Ujarnya. Wonwoo menatap lekat mata gadis itu.

"Aku ingin menanyakan sesuatu," ujarnya.

"Tanyakan saja," Wonwoo berdehem pelan. Lalu menatapnya.

"Siapa orang yang kau suka?" Tanyanya. Membuat jantung Yerin berdegup lebih cepat. Ia menggeleng.

"Tidak ada.." jawabnya. Wonwoo menghela nafas.

"Tadinya aku kira kau menyukai seseorang," ujarnya. Ia mendongak menatap langit yang bertaburan bintang itu. Yerin menatap lekat matanya. Seperti ada sesuatu disana.

"Dan tadinya aku berharap." Yerin melirik Wonwoo yang menatap lekat wajahnya.

"Tadi aku berharap bahwa orang itu adalah aku."

°°

Hhhhaaaalllooohhhhaaaa! Makasihya readers yang berminat membaca ini!! Sekali lagi gomawoo

Love my EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang