14.

884 77 10
                                    

Demi apapun Wonwoo tidak berbohong akan perasaannya. Ia benar-benar menyukai gadis itu. Dan berharap bahwa musuhnya itu juga menyukainya.

"Aku.." ucapannya terhenti dan mendadak menjadi kaku. Yerin menghela nafas panjang berkali-kali.

"Wonwoo~ya, sebenarnya.."

"Sudahlah Yerin. Jangan paksakan dirimu." Potong Wonwoo. Ia tersenyum kecut.

"Aku tahu tak mungkin rasanya seorang Yerin menyukai musuhnya sendiri," Wonwoo tertawa parau membuat Yerin menangis.

Tadinya ia ingin mengungkapkan itu. Tapi Wonwoo memotong ucapannya terdahulu.

"Jangan pasang wajah begitu. Aku tak suka." Yerin menggeleng.

Wonwoo yang tak tahu apa yang dipikirannya sekarang. Wonwoo hanya buta karena takut untuk jatuh yang kedua kalinya. Ia tahu Wonwoo tidak ingin terluka seperti dulu lagi. Tapi apa dayanya? Ia hanya akan selalu menjadi penghapus dikala lelaki itu sedih. Dan ia tak ingin melukai Wonwoo karena hatinya yang kecil ingin melindungi segenap diri Wonwoo.

Untuk itu Yerin hanya diam tak berkutik. Takut akan seluruh perasaannya hanya akan menjadi bencana bagi Wonwoo. Untuk itu Yerin diam. Karena ia takut menjadi luka yang membekas dihati Wonwoo. Biarkan ia berbohong walau hanya sesaat. Karena isi hatinya yang tak karuan.

"Hei Pao, kenapa menangis?" Tanyanya. Yerin mengusap wajahnya pelan. Memasang wajah penuh keyakinan bahwa ia baik-baik saja.

"Ani, haha, hanya saja lucu saat kau mengungkapkan kannya. Bahwa kau menyukaiku?" Ia tertawa hambar. Wonwoo menatapnya sembari tertawa pelan.

"Aku tidak menyangka bahwa kebencian berubah menjadi cinta begini. Padahal kau musuhku," ujar Wonwoo. Seulas senyuman Wonwoo sedikit meyakinkan Yerin bahwa Wonwoo benar-benar menyukainya.

"Parahnya, aku mencintai musuhku sendiri," Wonwoo tertawa hambar membuat Yerin ingin manangis saat itu juga.

Wonwoo bangkit dari duduknya. Lalu menatap mata Yerin yang sedikit membengkak.

"Kau mau disini sampai kapan?" Tanyanya. Yerin mengedikan bahunya.

"Ntahlah. Mungkin sampai aku mengerti perasaanku," Wonwoo berdecih.

"Kan sudah kubilang jangan terlalu dipikirkan. Itu hanya perasaanku." Yerin menggeleng.

"Aku sedang memikirkan perasaanku. Bukan perasaanmu," Wonwoo mendesah pelan.

"Yerin, aku tak ingin kau terpaksa menyukaiku padahal kenyataannya tidak. Aku tahu jika aku mengungkapkannya semua takkan berjalan seperti dulu. Karena aku tahu,"

"Aku adalah satu sisi yang menyukaimu sedangkan kau tak memiliki apapun disana. Dihatimu." Ucapnya. Yerin tersenyum kecil.

"Tapi faktanya aku tak bisa membohongi seluruhnya seperti ini." Ucap Yerin.

"Dan aku tak bisa membuang kenyataan bahwa aku menyukai dirimu," seketika Wonwoo terkecat akan apa yang dinyatakannya.

"Wonwoo, aku tak ingin ini berakhir dengan luka yang tumbuh kembali padamu." Yerin menangis. Dan itu faktanya bahwa ia tak bisa menyembunyikan hal bodoh yang dipendamnya.

"Aku tak ingin seorang Wonwoo terjebak dalam luka yang sama dan berakhir dengan hal yang sama."

"Aku hanya ingin melindungi segenap perasaanku padamu. Walau kenyataannya.." ia terisak.

"Walau kenyataannya aku takkan bisa mengobati luka dihatimu walaupun dengan tidak mengungkapkan perasaanku." Matanya sembab. Dan Wonwoo hanya menatapnya lurus.

Love my EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang