1.

1.3K 84 6
                                    

Yerin mengunyah permen karetnya berkali-kali. Menghembusnya sehingga menjadi balon lalu pecah.

"Lebih baik makan jajamyeong ini ketimbang mengunyah bubble gum lagi," ujar Eunha sambil meletakkan kotak makanan berisi jajamyeong itu. Yerin tersenyum senang lalu membuka plastik jajamyeong tadi.

"Terima kasih Eunha." Ujarnya dengan senyum cengar-cengir bahagia. Sahabatnya itu hanya tertawa pelan lalu mengangguk.

"Bagaimana dengan teman sebangkumu? Ada perubahan?" Tanya Eunha sambil duduk dikursi Wonwoo. Gadis itu mengerang kesal sambil mengunyah jajamyeongnya dengan emosi.

"Tadi pagi saja ia membuang tasku ke tempat sampah. Aish! Aku ingin pindah kursi!!" Ujarnya frustasi. Eunha lagi-lagi tertawa melihatnya.

"Astaga, sudahlah. Bukannya dari pertama masuk SMU kalian selalu duduk berdua? Kau tidak berpikir itu semacam takdir?" Yerin menggeleng dengan cepat.

"Kurasa aku harus menjadi gila sebelum kau bilang yang tadi itu takdir," ujarnya tak terima. Eunha hanya mengulum senyum lalu menyuapkan jajamyeong itu kemulutnya.

"Kalian ada masalah apa? Kenapa selalu bertengkar?" Tanyanya. Yerin mendengus lalu mencari tahu sesuatu ada apa dengan mereka.

"Ntahlah, anak itu memang begitu." Jawabnya asal. Eunha tertawa sambil melanjutkan makan siangnya. Yang dibumbui dengan obrolan kecil yang hangat.

Tak lama kemudian, Wonwoo datang dengan jus ditangannya. Eunha hendak bangkit namun ditolaknya.

"Lebih bagus kau duduk disana daripada aku duduk dengan si bakpao bodoh ini," ujarnya. Yerin menggeram. Walau sebelumnya ia baik-baik saja, tapi melihat Wonwoo mengganggunya rasanya ingin
Mencekik lelaki itu sekarang juga.

"Sipit gila!" Ujarnya. Wonwoo menjulurkan lidahnya lalu berlari keluar kelas.

"Aku benar-benar bisa gila jika duduk dengannya!" Teriaknya histeris. Eunha hanya tertawa pelan melihat tingkahnya.

Astaga. Kenapa mereka selalu begini?

♣♧

"SARANGEN!"

"Berisik sekali!" Teriak Mingyu sambil melempar botol air mineral kosong ke arah Wonwoo.

"Sakit bodoh!" Marahnya.

"Ya karena itu diamlah!" Teriaknya. Aish. Wonwoo depresi. Tasnya bau sekali.

Gadis bodoh! Astaga! Si bakpao itu mencari masalah lagi dengannya!

Sungguh ingin sekali rasanya menjabak rambut gadis itu. Aishh!

"Kau kenapa sih?" Tanya Mingyu. Wonwoo menggeleng.

"Kau tahu tidak si bakpao gendut, bodoh, gila, yang bersuara cempreng itu? Dia nyaris membuat hidupku
hancur!" Ujarnya frustasi.

Wonwoo sudah seperti orang gila sekarang. Menceritakan gadis itu seolah-olah bertemu dengan hantu kemarin.

"Kenapa lagi sih?" Tanya Mingyu tak sabar. Wonwoo menarik nafasnya.

"Kau tahu? Gadis itu balas dendam padaku. Kemarin aku membuang tasnya ke tempat sampah, dan sekarang seluruh senar gitarku putus dibuatnya. Ditambah, tugasku dicoretnya. Gadis itu gila!!!" Ujarnya. Mingyu tak pernah tahu Wonwoo bisa se-gila ini jika sedang frustasi.

"Kalian tak pernah akur. Ada apa sebenarnya?"

"Pertama kali melihatnya memang firasatku sudah buruk. Gadis itu seperti monster yang mencari mangsanya." Jelasnya. Mingyu tertawa pelan.

"Kalian sebenarnya cocok kalau dipikir-pikir." Wonwoo mendorong Mingyu hingga jatuh dari kursinya.

"Ya! Sakit bodoh!" Pekiknya. Wonwoo menatapnya horor.

"Kau mengatakan hak tak seharusnya dikatakan! Pergi kau! Pergi!" Astaga. Mungkin benar Wonwoo sudah tak waras sekarang.

"Kau gila ya? Kenapa? Karena senarmu putus semua?" Wonwoo mengerang.

"Astaga. Bagaimana ini.."

"Sebenarnya kalian ini kenapa?" Tanyanya. Wonwoo mengedikkan bahu. Ia sudah mulai tenang sekarang.

"Ntahlah. Mungkin karena kami diciptakan untuk bertengkar selamanya," Mingyu tertawa.

"Gadis itu menyebalkan, kau tahu, dulu pas pertama kali aku masuk SMU, ia membatasi meja kami dan diam melirikku tajam, menyingkirkan bukuku kalau melewati garis. Seperti orang gila aku dibuatnya!" Ceritanya panjang lebar.

"Aish...sudahlah. bawa santai saja," Wonwoo menghela nafas.

"Tapi kalau kuperhatikan kau suka padanya kan?"

♧♣

Inspiration by toscaheadband

Love my EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang