Berakhir disini lagi. Wonwoo berakhir didanau ini lagi. Berkali-kali ia mencoba untuk mencari gadis itu. Namun tak berhasil. Berkali-kali ia mencoba mencari gadis itu.
Dan ini yang terakhir.
"Apa kau melihat Yerin?" Tanyanya. Untuk terakhir kalinya.
"Tidak," jawab Eunha. Ia menghela nafas gusar.
Bukan apa-apa, Wonwoo khawatir dengannya. Ia memerhatikan Yerin yang mengintip itu. Sungguh. Ia tahu sekali gadis itu terluka. Apalagi mendengar Scoups berkata seperti itu.
Ia yakin sekali gadis itu mendengarnya. Yakin sekali.
"Dasar gadis bodoh," erangnya kesal. Ia mengunyah permen karet yang tadi dibelinya.
Ia menyendiri di danau. Lagi. Untuk ke berkali-kalinya. Mencari gadis itu sanagt sulit dsn membuatnya ingin menyindiri lagi.
Ia mendengar suara lemparan batu ke danau. Ia menoleh ke arah lemparan itu. Siapa yang suka kesini selain dia?
Wonwoo berjalan menuju arag dimana batu itu dilempar. Dilihatnya seorang gadis berkucir dua memeluk kedua kakinya.
Jung Yerin.
"Sendiri disini?" Tanya Wonwoo yang mengagetkan gadis itu. Gadis itu menoleh sekilas lalu menghela nafas.
"Kau juga sendiri?" Tanyanya. Wonwoo mengangguk lalu duduk disebelahnya.
"Sedang apa disini?" Yerin mengedikkan bahunya.
"Menenangkan diri dari masalah." Jawabnya tenang. Wonwoo hanya diam lalu menatap wajahnya sekilas.
"Kau melihat yang tadikan," baiklah, Wonwoo, kurasa kau yang memulai.
"Saat Scoups bilang punya kekasih? Atau yang ia bilang tak menyukaiku?" Mata gadis itu menatapnya nanar. Ia kembali menangkup wajahnya.
"Napeun Sarang*" gumamnya. Wonwoo hanya melihat tingkah gadis itu.
"Kau pasti tak pernah merasakan ini kan Wonwoo?"
"Merasakan apa sakitnya cinta," ujarnya. Matanya menerawang. Menatap danau dengan pandangan yang tak fokus.
"Kurasa pun kau tak mengerti apa itu cinta?" Gumamnya. Wonwoo menghela nafas.
"Jangan rasakan bagaimana itu cinta. Cinta itu menyakitkan,"
"Apalagi jika ditolak." Ujarnya. Sekena mungkin. Wonwoo hanya menatap gadis itu sampai ia selesai bercerita.
Wonwoo tidak suka memotong pembicaraan orang. Karena ia juga tak suka diperlakukan seperti itu.
Setelahnya gadis itu diam. Tak bersuara dan menunduk sambil memeluk kedua kakinya. Dan Wonwoo melakukan hal yang sama. Memeluk kakinya, tetapi kepalanya mendongak ke atas.
"Aku sudah merasakannya sebelum kau."
"Makanya aku santai saja saat kau berbicara seperti itu," ucapnya membuat Yerin melihat ke arahnya.
"Kau pernah jatuh cinta?" Tanyanya. Wonwoo mengangguk.
"Dulu aku pernah menyukai seorang gadis," ucapnya menatap Yerin.
"Saat umurku 12 tahun. Kami sangat dekat. Dan membuatku sayang sekali padanya,"
"Dan yang aku tahu ia juga menyukai ku seperti aku menyukai nya." Wonwoo tersenyum miris.
"Dan tak ada yang ingin memberu tahu perasaan mereka satu sama lain," Yerin melihat tatapan dingin itu dimana Wonwoo.
"Kalian beruntung sekali.." ucap Yerin. Wonwoo menggeleng.
"Tapi waktu tak mengizinkan kami bersama." Ucapnya. Mata Wonwoo seakan berbicara bahwa itu semua benar-benar kisah nyatanya.
"Ia pergi. Dahulu sebelum aku,"
Jantung Yerin berdegup. Ntah kenapa, tatapan dingin Wonwoo ditujukan kepadanya.
"Aku turut, aku minta maaf. Aku tak tahu kisah itu,"
"Kau beruntung Yerin." Ucap Wonwoo sambil menatap kelangit.
"Kau beruntung karena Scoups Sunbae masih ada disekitarmu." Yerin menatap wajah Wonwoo. Lelaki itu hampir menangis. Tapi ditahannya.
"Sedangkan aku? Melihatnya saja tak bisa," ia tersenyum miring. Apa itu yang membuat Wonwoo berubah akhir-akhir ini? Apa karena patah hatinya yang diingatnya?
"Tanpa kau tahu, aku sudah merasakan pahitnya cinta bahkan yang lebih pahit lagi sebelum kau."
"Kau mengatakan bahwa aku berubah akhir-akhir ini, kurasa kau benar." Ucapnya. Yerin masih tak mengerti.
"Aku akan berubah menjadi seperti ini jika kehilangan sesuatu,"
"Apalagi yang berharga dihidupku." Yerin menatap matanya lekat.
"Wonwoo jangan menangis.." dilihatnya wajah Yerin yang berubah menjadi kacau.
Eh? Yerin menangis?
"Wonwoo jangan sedih begitu. Aku tak suka..." tiba-tiba Yerin terisak.
Astaga. Ya ampun.
"Maafkan aku..aku tak tahu kau sudah tahu sakitnya cinta,"
"Huaa...eomma..nan napeun chingu*..."
Benar-benar bodoh. Yerin memalukan!!!
"Ya..jangan menangis begini! Aku malu bodoh.." ujar Wonwoo histeris. Gadis itu masih terisak.
"Wonwoo~yaaa...aku minta maaf tak tahu bagaimana hatimu yang sebenarnya...huaa!! Wonwoo~yaaaa." Wonwoo menutup telinganya.
Yang namanya gila memang tetap gila.
"Diamlah bodooh!" Ia mendorong bibir gadis itu hingga ke belakang.
"Ya! Appona.." Wonwoo menaikkan sebelah bibirnya.
"Wonwoo..." panggilnya. Wonwoo menyahut.
"Mianhae, seharusnya aku bisa sepertimu. Menerima semuanya dengan lapang dada. Sayangnya aku terlalu egois begitu..." Wonwoo mengangguk lalu tertawa kecil.
"Kenapa tertawa?"
"Melihatmu seperti ini aku jadi ingat dengannya.." Yerin mengatup mulutnya.
"Dia cantik pasti," Wonwoo mengangguk lalu melirik wajah Yerin.
"Lebih kurang sepertimu," ujarnya. Yerin menoleh di buatnya. Membuat mata mereka bertemu. Dan saat itu mereka bertatap lama.
"Dari dulu aku suka pada seorang gadis dengan wajah bulat seperti ini!" Ia memperaktekkan wajah bulat Yerin dan membuat Yerin memukul lengannya.
Wonwoo tertawa lepas dibuatnya.
"Ish! Napeun chinguya!!!" Marahnya. Wonwoo tertawa sekilas lalu menghela nafas. Mendengarkan celotehan gadis disampingnya.
Yerin memang musuh terbesarnya. Tapi tersirat sebuah hati kecil yang menyimpan perasaan itu.
♣♧
KAMU SEDANG MEMBACA
Love my Enemy
FanfictionJangan melihatku. Kau hanya membuatku terjatuh dilubang yang sama. Kembali padaku, walau kau membenciku diwaktu yang sama.