11.

509 59 4
                                    

   Yerin membereskan baju-bajunya lalu memasukkannya diranselnya. Beberapa camilan tak lupa dimasukkannya.

    "Berapa hari kalian akan camping?" Tanya eomma Yerin. Yerin mengulum senyum.

     "Tiga hari. Itupun jika tidak ada halangan." Jawabnya. Eomma Yerin mengelus rambut anaknya lalu mengecup pipi anak gadisnya itu.

      "Hati-hati disana ya sayang," pesannya. Yerin mengangguk.

      "Pasti!" ia mengeluarkan senyuman andalannya.

      Yerin kali ini diantar oleh ibunya ke sekolah. Tidak berjalan kaki seperti biasa. Mungkin juga karena ingin camping dan oemma Yerin ingin melihatnya pergi.

     "Eomma, aku pamit pergi dulu," ujarnya mencium pipi milik ibunya.

     "Hati-hati diperjalanan ya," ia mengangguk lalu melambaikan tangannya.

      "Bye mom!"  Tiba-tiba Wonwoo datang mencekik leher gadis itu dengan lengannya.

      "Ya! Hutangmu! Kemarin kau membeli jajamyeong lagi dengan uangku kannn?!?" Ujarnya membuat Yerin meringis.

      "Wonwooo!! Ibuku melihat!!" Ujarnya memelankan suara. Wonwoo melirik ke arah mobil putih milik Yerin. Ia sesegera mungkin melepas cekikannya itu lalu memberi senyum cerah.

      "Hai Ahjumma!" Sapanya riang. Yerin memberi senyuman yang tak kalah ceria.

      "Oh, hai!" Balas ibu Yerin. Yerin mengijak kaki Wonwoo.

      "Yang tadi itu..aku hanya bermain-main. Ah, Yerin memang suka dicekik seperti tadi," Wonwoo mendapat pelototan dari Yerin.

      "Apa kau pacar Yerin?" Mata mereka serasa ingin keluar saat itu juga.

      "ANI!!!!" Teriak mereka bersamaaan. Astaga. Wonwoo bisa saja gila karena gadis itu.

      "Hmm..kalau begitu aku pergi dulu ya eomma!" Pamitnya. Ia melambaikan tangannya sambil menggeret Wonwoo dengan senyuman palsunya.

       "ANYEONG AHJUMMA!!!!" ish. Lelaki ini tak bisa diajak kompromi sama sekali.

     "Kau membuatku ingin membunuhmu sekarang!" Ujarnya marah.

      "Hei, pao. Santai saja. Lagipula takusah bersusah payah. Eommamu sudah memberi restu untuk kita kan?" Tanyanya. Jantung Yerin berdegup kencang.

   Jangan membuatku melayang terlalu tinggi, Wonwoo..

    "Dimana hutangmu?"  Yerin mengerutkan keningnya.

     "Hutang apa?" Tanya Yerin polos. Wonwoo kembali mencekik gadis itu dengan lengannya.

     "Wonwoo!!! Sakitt!! Yayaaa!!! Lepas bodohh!" Wonwoo malah tertawa dan membawa gadis itu ke kelas.

     "Eunhaa!! Tolong aku!!" Eunha tertawa kecil melihat mereka. Lalu menarik Yerin dari rangkulan kecil Wonwoo.

     "Ini! Hutang jajamyeong yang kemarin kan? Sudah lunas, ok?" Ujarmya memberi beberapa lembar won pada lelaki dihadapannya.

     Wonwoo terkekeh lalu mengacak rambut gadis itu.

      "Dahh Pao!"

       Yerin menghela nafas lega saat Wonwoo keluar dari kelas. Eunha tertawa keras melihat Yerin dengan wajah merah tomatnya sekarang.

      "Omo! Kau blushing.."  gumamnya. Yerin mengerucutkan bibirnya. Tidak suka. Sungguh tidak suka.

     "Eunha jahat!" Ia duduk dibangkunya lalu menutup wajahnya.
     "Kau benar-benar menyukainya ya?" Tanya Eunha. Gadis itu mengangguk.

      "Tapi ia suka terluka. Aku takut untuk membuat luka baru jika menyukainya." Eunha memandang wajahnya lembut.

       "Pasti ia juga menyukaimu." Yerin menggeleng frustasi. Lalu memandang wajah Eunha.

      "Kisah cintaku terlalu berlebihan ya?" Eunha tertawa lalu ikut menopang dagu bersama Yerin.

Yerin yang malang.

♣♧

    Inilah bus mereka. Sudah sampai. Seluruh siswa yang mengikuti camping sesegera mungkin meletakkan barangnya ke bagasi bus disana. Wonwoo melihat Yerin yang kesusahan meletakkan tasnya. Ia tersenyum kecil.

     "Biar kubantu," ia mengambil alih tas Yerin lalu meletakkannya dibagasi bus itu.

      "Gomawo.." ucapnya lalu beralih masuk ke dalam bus. Duduk disebelah Eunha.

       Wonwoo juga ikut masuk lalu duduk disebelah Mingyu. "Sudah beres?" Tanya Mingyu. Lelaki itu tersenyum kecil lalu mengangguk.

      "Aku duduk didekat jendela boleh tidak?" Pinta Wonwoo. Mingyu mengangguk lalu bergeser.

       Saat bus mulai berjalan. Dan sepanjang perjalanan itu hujan. Membuat Wonwoo menikmati seluruh jalanan yang terkena rintikan air itu.

      Ada sesuatu yang diingatnya. Sesuatu yang dulu pernah tersangkut dihatinya.

     Kalau melihat hujan rasanya aku ingin disini saja.

     Ia mengulum senyum. Lalu menghela nafas. Dan Mingyu melihat pergerakan temannya itu.

     "Kau mengingat dia lagi?" Tanya Mingyu. Wonwoo hanya membalas ucapannya dengan anggukan kecil.

     Mingyu menatap mata Wonwoo yang menatap jalan dengan tatapan kosong.

     "Wonwoo kau harus segera melupakannya." Wonwoo hanya memberi senyum penuh pengertian lalu menutup matanya.

      Dan saat itu. Yerin berbalik tak ingin melihat Wonwoo disana. Saat ia mendengar percakapan singkat itu.

      Jikapun aku menyukainya. Aku yakin ia tak menyukaiku. Seperti aku menyukainya. Tuhan, kenapa ini terasa sulit?
    

Love my EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang