5.

574 63 0
                                    

Kita tak pernah tahu kapan terakhir kali ini terjadi. Tapi kita berpura-pura tidak tahu saat itu menyakitkan hati. Cinta memang begitu.

♧♣

Yerin berjalan pelan menuju gerbang sekolah. Kakinya memar. Eunha ada urusan sehingga tak bisa menemaninga pulang. Malang sekali gadis ini.

Apapun itu. Bagaimana memarnya. Ia tak peduli. Berkali-kali ia mencoba melupakan itu tapi tak berhasil. Mengingat kejadian itu menyakiti hatinya. Terluka sekali.

"Yerin~ah," panggil seseorang. Gadis itu menoleh ke sumber suara. Wonwoo. Ia melanjutkan jalannya yang tertatih itu.

"Ya! Aku memanggilmu bakpao!" Marah Wonwoo. Gadis itu tidak peduli. Ia berjalan terus dan mengabaikan memar dikakinya.

Wonwoo menarik tangannya hingga gadis itu terjatuh. Yerin menepis tangan Wonwoo dan berusaha bangkit sendiri.

"Kau bodoh ya.." gumam Wonwoo pelan. Yerin sebisa mungkin menutupi wajahnya yang ntah kenapa itu.

"Aku berbicara padamu bakpao!" Marahnya lagi. Yerin sama sekali tidak peduli sampai akhirnya Wonwoo menarik gadis itu ke pelukannya.

Deg.

Jantungnya.

"Jangan menghindari ku, bodoh. Aku benci itu." Ucap Wonwoo akhirnya. Ia tak tahan. Se bagaimanapun Yerin musuhnya, atau temannya. Ia tetap membenci ketika Yerin menjauh darinya. Ntah apa itu. Tapi yang dilakukannya adalah refleks.

"Aku benci kau. Sama seperti kau benci padaku." Ucap Yerin. Ia berusaha menjauh dari Wonwoo walau berakhir dengan tidak berhasil.

"Hei bakpao, jangan begitu."

"Kau hanya mengingatkanku saat aku membenci kalimat itu." Ucapnya. Dirasakannya seragamnya basah. Dan gadis itu senggugukan kecil.

"Pao? Kau menangis?" Tanyanya. Yerin hanya diam didekapannya. Wonwoo membiarkan itu. Oh ayolah.Semua itu murni kesalahannya.

"Aku dengar kau membenciku, tidak suka padaku, kita bukan teman..." ucap Yerin. Wonwoo mengeratkan pelukannya.

"Jangan menangis..."

"Aku benci melihat seorang gadis menangis.." ucapnya. Yerin masih sengugukan. Membuatnya ingin memeluk gadis itu lebih lama.

Ia melepaskan pelukannya lalu jongkok membelakangu gadis itu. Yerin memiringkan kepalanya tak mengerti.

"Naiklah. Keadaanmu buruk sekali!" Gadis itu menurut lalu naik ke punggung Wonwoo. Ia menyenderkan kepalanya di bahu Wonwoo.

"Jangan menangis lagi ya Pao," Yerin menggeleng.

"Aku tak bisa janji." Wonwoo mengerutkan keningnya.

"Kenapa?" Tanyanya. Yerin menghela nafas lalu menutup matanya.

"Kurasa kau akan lebih sering menyakitiku. Dan membuatku tak berhenti menangis dihadapanmu." Ujarnya. Wonwoo tersenyum kecil.

"Maaf ya Pao," ucapnya. Yerin mengangguk yang bisa dirasakan Wonwoo pergerakannya.

"Padahal waktu dulu aku yang menangis karena seorang gadis. Tapi kenapa sekarang aku yang membuat seorang gadis menangis?" Gumamnya.

Ia berjalan pelan sambil tersenyum manis. Ia melirik gadis itu. Jaraknya terlalu dekat.

Dan gadis itu...

Tertidur.

"Maaf ya Yerin. Aku sudah membuatmu menangis.." ucapnya.

Ia berjalan hingga ke halte dan langsung mendapatkan bus. Ia meletakkan gadis itu perlahan ke kursi yang kosong dan ia duduk disebelahnya.

Ia mengusap wajah Yerin yang masih berair karena menangis.

"Gadis bodoh." Ucapnya. Kepala Yerin jatuh ke bahunya. Membuatnya lebih berhati-hati agar gadis itu tak terbangun.

Wonwoo menatap wajah gadis polos itu.

Manis. Anak ini manis.

"Kenapa kau diciptakan untuk mengganggu hidupku?" Gumamnya. Ia menyentil kepala gadis itu. Pelan.

"Jangan menangis lagi Pao. Aku akan kesal sendiri melihatmu seperti itu." Ujarnya.

"Maaf Pao, aku melukai hatimu,"

Perlahan tapi pasti, Wonwoo mengecup kening gadis itu. Tersenyum sekilas lalu menatap wajah gadis itu.

"Jaga dirimu ya, Pao."

♥♡

Love my EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang