6.

616 63 1
                                    

Yerin menghela nafas. Hari-hari seperti biasa. Pergi kesekolah, bermain, kembali kerumah, makan, lalu tidur lagi.

Lepas dari semuanya, maksudnya, seluruh keluh kesalnya pada si sipit Wonwoo. Walau lusa lalu masalah itu selesai, Yerin masih terus memikirkannya. Hari ini ia ingin pindah kursi. Tapi Kim Saem tak membolehkannya. Membuatnya frustasi setengah mati.

Dan juga tentang Sunbae-nya. Gadis itu masih selalu meletakkan permen itu diloker Sunbaenya. Melakukan kebiasaan itu tak membuatnya lelah.

Sudah seminggu berlalu, sejak kejadian 'Yerin Wonwoo bertengkar diloker' itu. Yerin masih saja diam dan tak ingin memulai berbicara jika tidak ada yang penting.

Begitupun Wonwoo. Mereka cenderung lebih diam dan tak ingin berbicara. Mungkin karena pertengkaran itu yang lebih besar dari sebelumnya.

Tapi sejujurnya, Wonwoo risih dengan keadaan ini. Ditambah Yerin yang lebih diam dari sebelumnya. Ia ingin seperti dulu. Bertengkar karena hal kecil lali berbaikan lagi, bersikap seolah-olah teman.

Satu kata untuk posisi ini,

Aneh.

Ya, segala sesuatu menjadi lebih aneh setelahnya. Bukan apa-apa, Wonwoo cenderung tidak biasa dengan keadaanya dengan gadis ini. Ia ingin mengatakan apa yang sebenarnya, tapi gadis disebelahnya ini cenderung mengalihkan pembicaraan lalu tersenyum penuh pengertian jika ia tak mau membahas itu.

Semua ini membuat pikirannya seketika kacau. Padahal sebelumnya, ia baik-baik saja. Ia menyesal telah menyakiti perasaan gadis itu.

Dan sekarang, ia dengar gadis itu akan memberi permen lolipop diloker Sunbaenya. Oh tuhan, seperti tidak ada kerjaan yang lain.

Wonwoo bosan saat istirahat tiba hingga ia keluar kelas untuk mengambil sesuatu dilokernya.

Ah, ada susu dan roti. Ia lapar sekali. Setelah kejadian itu, ia merasa harus menghindari hal seperti loker. Mungkin karena terlalu kasar pada wanita dan membuatnya trauma.

"Wonwoo, ayo ke ruang musik," Wonwoo menggeleng pelan atas ajakan Mingyu. Moodnya hilang seketika.

"Kenapa?" Tanya Mingyu. Lelaki itu mengerucut bibirnya.

"Kau saja, aku sedang tidak ingin ikut." Ia meninggalkan Mingyu yang masih terheran-heran disana.

Ia melihat Yerin menempelkan lolipop yang lumayan besar si loker Scoups. Jika awalnya Wonwoo tidak suka melihat itu, tapi kali ini ia lebih dingin dan tak peduli dengan itu. Ia berjalan lurus tak memandang Yerin sedikitpun.

Ini bukan salah Wonwoo, buakn pula salah Yerin. Wonwoo hanya merasa bahwa lebih baik lebih diam walau ia merindukan sesuatu permusuhan kecil saat bersama gadis itu.

Tapi cukup dengan membuatgadis itu menangis lagi dihadapannya, ia tak sanggup. Lebih baik diam dan melihay saja bukan?

♣♧

Hujan. Memang akhir-akhir ini sering sekali mendung. Dan kerap Yerin sering lupa sedia payung sebelum hujan. Kadang pepatah itu ada benarnya.

Ia menatap langit gelap itu. Lalu tersenyum sekilas. Tidak buruk juga hujannya.

"Yerin, masih hujan begini," keluh Eunha. Yerin tertawa melihat sahabatnya itu.

"Mau menunggu sampai kapan? Hari ini ada acara keluarga, ottokhe?" Gumamnya. Yerin mengedikkan bahunya. Ia pun tak tahu bagaimana caranya pulang.

"Buru-buru sekali ya?" Eunha mengangguk. Yerin menaikkan kedua alisnya. Dilihatnya Eunha sibuk bertelpon dengan ibunya.

"Kalau aku pulang deluan tidak apa-apa kan, Yerin?" Yerin hanya mengangguk kecil. Seperti ragu. Tapi ya bagaimanalah. Gadis ini juga buru-buru.

"Kau dijemput eomma-mu ya?" Ia mengangguk kecil.

"Itu eomma, Yerin aku deluan ya," Yerin mengangguk melihat punggung Eunha yang makin menjauh.

Hari itu kelas sudah sunyi. Tidak tahu ingin kemana sambil menunggu hujan. Ia menatap langit gagah yang masih mengeluarkan rintikan itu. Gadis itu menggigit bibirnya. Dingin juga. Dan mungkin tinggal ia sendiri disini.

Yerin merasakan ada sesuatu yang membalut tubuh mungilnya. Ia menoleh. Menampakkan Wonwoo yang memberinya payung merah. Ia menaikkan kedua alisnya tak mengerti.

"Jauhi aku kalau kau mau. Aku akan lakukan hal yang sama." Ucapnya. Yerin menahan nafasnya.

"Tapi jika butuh bantuan bilang padaku. Jangan ragu. Aku sebisa mungkin membantumu," Wonwoo tersenyum tipis.

"Maaf kalau selama ini kata-kataku menyakiti hatimu. Aku tak berniat begitu." Yerin hanya diam mendengarkannya. Tanpa membalas satupun ucapannya.

"Tapi jangan diamkan aku begini. Aku tersiksa," ia tersenyum menampakkan deretam giginya. Tatapannya dingin.

"Anyeong?" Ucapnya lalu melambaikan tangan. Pergi dari sana meninggalkan gadis yang mencerna kata-katanya.

Apa Wonwoo terluka?

"Wonwoo~ya, gomawoyo," ucapnya pelan. Wonwoo menoleh sekilas tersenyum miring lalu berjalan meninggalkannya.

♧♣

Gaees thanks vomentsnya!

Love my EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang